Alice tertekun mendengar penuturan Gugun. Kini tatapannya beralih pada pria yang ternyata suaminya. Rasa sesal dan marah kini menyatu, dimana saat penyatuan itu membuatnya kecewa. Namun, kini tak perlu lagi karena semua yang ia lakukan karena hak suami dan kewajibannya sebagai istri. "Masih ragu? Akan aku jelaskan pernikahan kita. Begini, kita bicara di kamar saja." Bisik Alaric, mengedipkan sebelah matanya.Alaric membimbing Alice masuk ke dalam mobil berdua memutuskan untuk pulang ke rumah setelah lelah mendera mereka. Di tengah jalan Alaric memutuskan untuk mampir di salah satu restoran namun, sayangnya Alice menolak mentah-mentah."Aku tahu apa yang kamu inginkan. Maafkan, aku sayang," Alaric melajukan mobilnya, mansion adalah pilihannya meski Alice ingin kembali di rumah ibunya.Alaric tidak ingin jika sang istri terlalu banyak berfikir dan lelah menghadapi mereka. Sehingga Alaric melarangnya, tentu itu tak berlangsung lama. Sebab, Alaric ingin mereka tahu posisi dimana Alice y
Geya tersenyumin sinis melihat sang suami menundukkan wajahnya dan kini keluar menuju balkon."Ingatlah apa yang aku lakukan semua hanya untuk masa depan kita dan juga Federica. Kamu tahu bagaimana kehidupan kita dan aku sebagai istrimu tentu tidak ingin mengalami kebangkrutan untuk kesekian kalinya. Tapi, aku tidak melakukan apapun pada ayahmu semua ini karena kesalahan dari kamu berapa kali aku harus katakan lakukanlah dengan cepat tidak perlu menggunakan tangan kita sendiri. Tapi tangan orang lain dengan begitu kita akan tetap aman tapi faktanya? Kamu sendiri yang menunda semua rencana dan lihat semua yang kita lakukan sudah diketahui. Sekarang apa yang akan kamu lakukan kalau bukan rencana yang aku buat sendiri." Ujar Geya. Menjelaskan semua rencana yang sebelumnya mereka buat secara mata namun, semua tidak berjalan sesuai rencana meski hal itu mereka tahan hingga sampai detik ini dan yang lebih menyakitkan dan mengejutkan mereka di mana pembicaraan mereka yang diketahui oleh Jar
Tanpa pikir panjang Geya, melihat sekeliling keadaan yang mendukung. Geya berlari mengejar Jarvis melihat Jarvis bicara dengan cepat mendorong tubuh pria tua hingga terpental kepalanya terbentur, ponselnya yang ada di tangannya terjatuh hingga hancur. Geya tersenyum meski panik.Usai memeriksa denyut nadi Jarvis Geya mengambil ponselnya menghubungi seseorang yang sudah menunggu kabar darinya. Preman yang sudah dihubungi tidak berselang lama datang, mereka terus memantau kediaman Jarvis sesuai perintah. Preman manipulasi keadaan sehingga posisi Geya tetap aman."Kalian bawa pria tua itu. Lakukan sesuai rencana. Jangan tinggalkan jejak sedikit pun. Kalian paham?" "Baik, anda jangan khawatir. Kami profesional jadi jangan ragukan kami, jangan lupa untuk mentransfer uangnya.""Jangan pikirkan itu, akan aku berikan uang muka sisanya setelah tugas kalian selesai. Berikan video ataupun foto hasilnya setelah itu kalian pergilah sejauh mungkin." Ucap Geya tegas.Setelah kepergian preman dari r
"Oke. Kabar keduanya, apa? Atau masih ada dua kabar lagi yang belum kamu katakan padaku?Salah satunya mengenai anak itu?" cecar Geya."Tuan Alaric sudah menyiapkan semua untuk acara pernikahan yang akan diumumkan di media selain itu undangan akan dikirimkan lusa itu artinya kita masih memiliki waktu hanya sehari untuk menggagalkan rencana mereka. Jika anda ingin mengetahui di mana keberadaan Tuan besar, mereka yang memindahkan rumah sakit lain. Tapi, sebelum itu kita bekerjasama dengan orang lain yang memudahkan langkah kita untuk mendapatkan keduanya. Setidaknya kita tidak perlu bersusah payah untuk menggagalkan rencana mereka. Dan ini alamat rumah sakit tuan Jarvis di rawat, nyonya," ujar Gisella, menjelaskan semua Tania ada yang tertinggal.Gisella memperhatikan wajah Geya yang terlihat puas dengan kabar yang ia berikan. Sejak lama Gisella bekerjasama dengan Geya. Namun, baru berapa tahun Gisella di perkenalkan pada Edison. Selain menjadi juru bicara keluarga Ravindra, Gisella adal
Rumah duka ramai keluarga dan pelayat tidak sedikit yang turut mendoakan kepergian Jarvis. Alunan doa mengelilingi jasad Jarvis isak tangis mereka terdengar begitu kehilangan sosok sang jutawan. Siapa yang tidak kenal Jarvis Ravindra, pemilik utama perusahaan raksasa dan bisnis yang tak terhitung jumlahnya. Memiliki anak kembar melengkapi kebahagiaan Jarvis, meninggalkan sang istri membuat Jarvis harus membesarkan putranya seorang diri. Itulah kenapa anak kembarnya memiliki sifat yang berbeda.Amukan seseorang yang berhasil memicu keamanan menghadang di depan pintu masuk. Meski berhasil melewati keamanan tetapi Alaric gagal dalam menghindar."Kau pembunuh ayahku, anak kurang ajar berani kau berbuat seperti ini pada ayahku! Anak sialan dan kau Alice, sejak dulu kau hanyalah anak pembawa sial. Orang yang dekat denganmu akan menjadi korbannya! Seharusnya kau yang mati bukan saudaraku dan istrinya! Sekarang kau bunuh juga ayahku. Pergi kau anak membawa sual!" Edison mendorong tubuh Alari
Acara makan malam yang panas Edison dan Geya tidak terima peraturan yang di buat oleh Alice. Terlebih kursi yang biasa di duduki oleh Jarvis. Edison menginginkan kedudukan yang di miliki sangat ayah.**Pagi harinya Alaric meminta Alice untuk pulang ke mansion, melihat sikap Edison dan Geya yang memperlihatkan ketidak sukaannya pada Alice membuat Alaric tidak nyaman saat meninggalkan Alice bersama dengan mereka terlebih sosok Albert yang terus mencuri pandang pada Alice, seperti yang di lakukannya saat acara makan malam tadi."Aku tidak mau kamu di sini terus, sekarang bersiaplah, kita pergi dari sini. Kita bisa berkunjung ke sini kapan saja aku tidak bisa meninggalkan kamu, terlebih aku akan ada di luar kota selama dua sampai tiga hari. Jika kamu berada di mansion aku jauh lebih tenang," Alaric mengulurkan tangan, meriah wajah Alice yang sendu. "Ada apa?" tanya Alaric.Kehadiran Alaric yang tiba-tiba mengaku sebagai suami dan ayah dari anak yang di kandungnya membuat Alice begitu ca
Tanpa peduli dengan teriakan dan umpatan Carissa, Alice duduk dengan anggun. Senyum terukir indah di bibir ranum milik Alice."Duduklah, dulu, mati kita bicara dari hati ke hati. Apa yang membuatmu begitu marah, padaku?" ujar Alice. "Ck, sepertinya Alaric salah membeli orang seperti kamu. Lihatlah, kau menganggap dirimu Nyonya di rumah ini!" sindir Carissa.Hatinya begitu panas dan iri, bagaimana bebasnya wanita di depannya yang tinggal di mansion pribadi milik Alaric. Bahkan sejak dulu Carissa tidak pernah bisa memasuki mansion tanpa seizin bahkan, kartu khusus pun ia tidak dapat kecuali pemberian Urmila ibu Alaric."Kalau aku salah, lalu siapa yang benar? Sepertinya kamu begitu mencintai suamiku? Tapi, sayangnya cintamu hanya bertepuk sebelah tangan bukankah cinta sejati itu tidak harus memiliki?" ujar Alice, membantu seorang pelayan yang datang membawa nampan berisikan minuman dingin dan cemilan."Terima kasih, istirahatlah. Jangan memaksakan tenagamu untuk bekerja jika tidak ada
Matanya membulat seakan keluar dari tempatnya, Alice terkejut melihat reaksi yang di tunjukan wanita yang melahirkan pria yang berstatus suaminya. Walau hal itu belum terbukti secara nyata, karena Alice tak sekalipun melihat bukti pernikahan mereka.Ucapan Urmila ibu dari laki-laki yang berhasil mencabik-cabik harga dirinya, begitu murka padanya. Tidak ada pembelaan, semua tidak mampu untuk di jawab oleh Alice."Pergi!!!" sentak Urmila. "Anda yakin menginginkan saya keluar dari sini, nyonya? Tidakkah anda tanyakan pada putra anda lebih dulu?" tanya Alice, sebelum pergi dari mansion Alaric."Tidak perlu. Keputusan saya mutlak di setujui!" Urmila menunjuk arah pintu yang terbuka. Tanpa mengatakan apapun Alice pergi begitu saja hanya pakaian yang menempel di tubuhnya dan ponsel miliknya yang ada dalam genggaman. Bahkan, di tangannya tak ada uang sepeser pun yang mampu membeli atau memesan taksi online untuk dirinya."Nyonya, tunggu!!" Alice mempercepat langkahnya. Begitu sakit hatinya