"Oke. Kabar keduanya, apa? Atau masih ada dua kabar lagi yang belum kamu katakan padaku?Salah satunya mengenai anak itu?" cecar Geya."Tuan Alaric sudah menyiapkan semua untuk acara pernikahan yang akan diumumkan di media selain itu undangan akan dikirimkan lusa itu artinya kita masih memiliki waktu hanya sehari untuk menggagalkan rencana mereka. Jika anda ingin mengetahui di mana keberadaan Tuan besar, mereka yang memindahkan rumah sakit lain. Tapi, sebelum itu kita bekerjasama dengan orang lain yang memudahkan langkah kita untuk mendapatkan keduanya. Setidaknya kita tidak perlu bersusah payah untuk menggagalkan rencana mereka. Dan ini alamat rumah sakit tuan Jarvis di rawat, nyonya," ujar Gisella, menjelaskan semua Tania ada yang tertinggal.Gisella memperhatikan wajah Geya yang terlihat puas dengan kabar yang ia berikan. Sejak lama Gisella bekerjasama dengan Geya. Namun, baru berapa tahun Gisella di perkenalkan pada Edison. Selain menjadi juru bicara keluarga Ravindra, Gisella adal
Rumah duka ramai keluarga dan pelayat tidak sedikit yang turut mendoakan kepergian Jarvis. Alunan doa mengelilingi jasad Jarvis isak tangis mereka terdengar begitu kehilangan sosok sang jutawan. Siapa yang tidak kenal Jarvis Ravindra, pemilik utama perusahaan raksasa dan bisnis yang tak terhitung jumlahnya. Memiliki anak kembar melengkapi kebahagiaan Jarvis, meninggalkan sang istri membuat Jarvis harus membesarkan putranya seorang diri. Itulah kenapa anak kembarnya memiliki sifat yang berbeda.Amukan seseorang yang berhasil memicu keamanan menghadang di depan pintu masuk. Meski berhasil melewati keamanan tetapi Alaric gagal dalam menghindar."Kau pembunuh ayahku, anak kurang ajar berani kau berbuat seperti ini pada ayahku! Anak sialan dan kau Alice, sejak dulu kau hanyalah anak pembawa sial. Orang yang dekat denganmu akan menjadi korbannya! Seharusnya kau yang mati bukan saudaraku dan istrinya! Sekarang kau bunuh juga ayahku. Pergi kau anak membawa sual!" Edison mendorong tubuh Alari
Acara makan malam yang panas Edison dan Geya tidak terima peraturan yang di buat oleh Alice. Terlebih kursi yang biasa di duduki oleh Jarvis. Edison menginginkan kedudukan yang di miliki sangat ayah.**Pagi harinya Alaric meminta Alice untuk pulang ke mansion, melihat sikap Edison dan Geya yang memperlihatkan ketidak sukaannya pada Alice membuat Alaric tidak nyaman saat meninggalkan Alice bersama dengan mereka terlebih sosok Albert yang terus mencuri pandang pada Alice, seperti yang di lakukannya saat acara makan malam tadi."Aku tidak mau kamu di sini terus, sekarang bersiaplah, kita pergi dari sini. Kita bisa berkunjung ke sini kapan saja aku tidak bisa meninggalkan kamu, terlebih aku akan ada di luar kota selama dua sampai tiga hari. Jika kamu berada di mansion aku jauh lebih tenang," Alaric mengulurkan tangan, meriah wajah Alice yang sendu. "Ada apa?" tanya Alaric.Kehadiran Alaric yang tiba-tiba mengaku sebagai suami dan ayah dari anak yang di kandungnya membuat Alice begitu ca
Tanpa peduli dengan teriakan dan umpatan Carissa, Alice duduk dengan anggun. Senyum terukir indah di bibir ranum milik Alice."Duduklah, dulu, mati kita bicara dari hati ke hati. Apa yang membuatmu begitu marah, padaku?" ujar Alice. "Ck, sepertinya Alaric salah membeli orang seperti kamu. Lihatlah, kau menganggap dirimu Nyonya di rumah ini!" sindir Carissa.Hatinya begitu panas dan iri, bagaimana bebasnya wanita di depannya yang tinggal di mansion pribadi milik Alaric. Bahkan sejak dulu Carissa tidak pernah bisa memasuki mansion tanpa seizin bahkan, kartu khusus pun ia tidak dapat kecuali pemberian Urmila ibu Alaric."Kalau aku salah, lalu siapa yang benar? Sepertinya kamu begitu mencintai suamiku? Tapi, sayangnya cintamu hanya bertepuk sebelah tangan bukankah cinta sejati itu tidak harus memiliki?" ujar Alice, membantu seorang pelayan yang datang membawa nampan berisikan minuman dingin dan cemilan."Terima kasih, istirahatlah. Jangan memaksakan tenagamu untuk bekerja jika tidak ada
Matanya membulat seakan keluar dari tempatnya, Alice terkejut melihat reaksi yang di tunjukan wanita yang melahirkan pria yang berstatus suaminya. Walau hal itu belum terbukti secara nyata, karena Alice tak sekalipun melihat bukti pernikahan mereka.Ucapan Urmila ibu dari laki-laki yang berhasil mencabik-cabik harga dirinya, begitu murka padanya. Tidak ada pembelaan, semua tidak mampu untuk di jawab oleh Alice."Pergi!!!" sentak Urmila. "Anda yakin menginginkan saya keluar dari sini, nyonya? Tidakkah anda tanyakan pada putra anda lebih dulu?" tanya Alice, sebelum pergi dari mansion Alaric."Tidak perlu. Keputusan saya mutlak di setujui!" Urmila menunjuk arah pintu yang terbuka. Tanpa mengatakan apapun Alice pergi begitu saja hanya pakaian yang menempel di tubuhnya dan ponsel miliknya yang ada dalam genggaman. Bahkan, di tangannya tak ada uang sepeser pun yang mampu membeli atau memesan taksi online untuk dirinya."Nyonya, tunggu!!" Alice mempercepat langkahnya. Begitu sakit hatinya
Terpaksa mengalah demi tujuan yang belum terwujud. Carissa, bukan hanya mengikuti keinginan Urmila untuk menjauh tetapi Carissa hanya mencari cara untuk menyingkirkan rivalnya. Alice, ada saingan yang paling berat karena Alaric begitu mencintai dan menggilai Alice. "Aku harus secepatnya melakukan sesuatu jika tidak semua akan terlambat. Alaric, secepatnya menjadi milikku dan wanita itu harus aku singkirkan." Gumam Carissa.Seseorang telah memberikan informasi mengenai siapa Alice yang sebenarnya. Dan langkah untuk mendekatinya orang terdekatnya yang mampu melancarkan rencananya. Uang segalanya bahkan, dengan uang mampu membeli harga diri orang lain. Itu yang dipikirkan oleh Carissa, dengan uang yang dimilikinya mampu membayar seseorang untuk menghancurkan Alice.[Bos, dia sepupu wanita itu. Dengannya, nona bisa menghancurkan saingan anda.] Pesan di terima, Carissa berjingkrak pesan yang sejak tadi ia tunggu-tunggu. [Atur pertemuan dengan wanita itu, di tempat biasa.] Balas Carissa.
"Kau menyiapkan ini?" tanya Alice, acuh."Ya, untukmu dan anakku yang ada dalam kandungan kamu. Sayang, maafkan aku seharusnya aku bisa menjagamu dan anak kita. Maafkan sikap mama, aku pastikan mama tidak akan melakukan hal ini lagi padamu dan calon anak kita ini," Alaric, bersimpuh di depan Alice mengecup perut rata milik Alice. "Biar aku yang membantumu," sambung Alaric, tanpa menunggu jawaban Alice. Alaric bergerak lincah menyiapkan air hangat dan baju yang pas untuk istrinya."Aku berjanji setalah semuanya selesai aku akan menjagamu. Setiap saat ada untukmu," meski Alice tak menanggapi perkataannya. Alaric mengajak berbincang, wanita yang acuh namun ia ia cintai. Berlahan menarik tubuh istrinya ke dalam dekapannya. "Tidurlah, aku di sini menjagamu. Aku tak akan membiarkan mereka mengusik tidurmu." "Pergilah, aku mau tidur tenang." Alice mendorong tubuh atletis Alaric. Sejak mengetahui dirinya hamil Alice begitu menyukai aroma tubuh Alaric."Tidak akan, kau menyukai aroma ini.
Tubuh Alice terhuyung ke belakang beruntung tangan besar dengan sigap menahan pinggangnya. Wajahnya terlihat jelas di sana salah satu wartawan melebarkan gambar dirimu yang tengah berlari di bawah guyuran hujan penampilannya yang sangat mengenaskan dan wajahnya terlihat begitu tertekan. Foto yang berhasil menghantam dadanya."I– itu," ucapnya terbata."Hentikan! Pertanyaan macam apa ini? Saya adalah pria yang dimaksud oleh kalian. Saya adalah suami dari wanita yang kalian tuduh sebagai simpanan!" ujar Alaric, yang tiba-tiba muncul begitu saja."Ayok kita pergi," sambung Alaric, mengajak Alice pergi dari kerumunan media."Bagaimana kamu bisa ada di sini? Bukankah kamu pergi pagi-pagi sekali?" tanya Alice, saat mereka berada di dalam lift. "Sudah aku katakan untuk jangan pergi kemana pun. Kenapa kamu membantah, hum?" Alaric, menarik pinggang Alice lembut. Mengecup keningnya yang terdapat keringat dingin di sana."A– aku, hanya," Alaric mengangkat dagu Alice, mengecup bibirnya sesaat.