Selina masih terdiam di tempatnya saat berhadapan dengan Heidy. Selina pun berusaha tidak menanggapi Heidy, bukan karena Selina takut, hanya saja Selina tidak mau membuat keributan. "Maaf, Nona Heidy, seperti kata Pak Dhexel, pantas atau tidaknya itu tergantung orang yang menjalaninya, jadi aku tetap menghargai pendapatmu tentang aku, tapi kalau tidak ada hal lain yang kau butuhkan, aku permisi dulu!" Dengan cepat Selina membalikkan tubuhnya, tapi Heidy terlihat masih belum puas melampiaskan rasa cemburunya. "Aku belum selesai bicara!" seru Heidy yang membuat Selina pun kembali menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Heidy. "Ada lagi, Nona Heidy?" "Kalau kau bersama Dhexel hanya karena uang, aku bisa memberimu uang, tapi tinggalkan Dhexel karena kalian benar-benar tidak pantas!" Selina menahan napasnya sejenak dan mati-matian ia menahan dirinya. Selina sama sekali bukan wanita yang sabar dan Selina tidak pernah takut bahkan kalau harus berkelahi, tapi saat ini ia adalah seor
Darrel masih berdiri di pintu ruang keluarga dan mengurungkan niatnya untuk masuk saat mendengar pembicaraan Rebecca dan Heidy. Entah apa maksud Heidy berbicara seperti itu, sama sekali bukan bermaksud memberitahu secara positif, tapi Heidy malah terdengar seperti sedang menggiring Rebecca untuk membenci Selina. Sungguh walaupun Darrel belum pernah bertemu dengan Selina, tapi dari cerita Dhexel, Selina tidak seburuk itu. Darrel pun tetap menunggu di tempatnya, sampai tidak lama kemudian, Heidy pun keluar dari ruangan itu. "Haruskah kau berkata begitu pada ibuku, Heidy?" tegur Darrel. Heidy yang belum tahu Darrel berdiri di sana pun cukup tersentak mendengar suara Darrel sampai ia membelalak kaget. "Darrel?" "Ya, aku mendengar semuanya, Heidy." "Ah, baiklah, aku juga tidak sedang menyembunyikan apa pun. Karena kau tidak tahu tentang kekasih Dhexel, jadi aku bertanya pada Tante Rebecca dan ternyata Tante Rebecca juga tidak tahu tentang itu." "Tapi kau terlalu berlebihan menjele
"Mama menyukai wanita itu.""Mama sudah mengatakannya berkali-kali, Ma!" "Benarkah itu, Darrel? Haha, Mama memang selalu begitu kalau sudah menyukai orang." Rebecca dan Darrel tertawa bersama saat mereka sudah duduk di ruang kerja Dhexel. Tentu saja Dhexel tidak ada di sana dan mereka hanya melihat resume kerja dari para cleaning service di Putra Perkasa. Rebecca pun terus membolak-balik semua resume kerja di sana, tapi Rebecca tidak menemukan nama Selina. "Apa Mama salah lihat? Mama tidak menemukan nama Selina di sini, Darrel!" "Well, itulah sebabnya aku memeriksa di berkas yang ini, Ma!" Darrel menunjukkan berkas yang lain sampai Rebecca mengernyit melihatnya. "Berkas apa lagi itu, Darrel?" "Ini berkas resume kerja admin, Ma!" "Mengapa admin?" Darrel mengembuskan napas panjangnya sebelum ia kembali bicara. "Jadi sebenarnya Kak Dhexel sudah sedikit bercerita tentang Selina, kekasihnya itu." "Jadi benar Dhexel sudah punya kekasih? Mengapa sejak tadi kau diam saja, Darrel?"
"Kau!" Rebecca beranjak bangkit dari kursinya saat melihat Selina. Senyuman Rebecca pun terus mengembang saat akhirnya ia melangkah mendekati Selina. "Apa ini Selina kekasihmu, Dhexel?" "Ah, iya, ini Selina, Ma! Selina, ini Mamaku!" Selina mengerjapkan mata tidak menyangka ternyata wanita yang tersenyum padanya kemarin ada ibunya Dhexel. "Ah, iya, Bu, kemarin kita bertemu di kantor." "Benar, kau adalah wanita yang membantu mengepel lantai itu kan?" "Eh, iya!" Entah mengapa Selina begitu sungkan pada Rebecca. Dhexel sendiri yang mendengarnya langsung mengernyit. "Mama dan Selina sudah pernah bertemu?" "Kami bertemu kemarin, Dhexel. Mama ke Putra Perkasa dan Mama melihat Selina ini sedang mengepel lantai." Dhexel makin mengernyit menatap Selina. "Mengepel lantai? Untuk apa kau mengepel lantai, Selina?" Dexter dan Darrel masih terdiam di tempatnya, sedangkan Heidy langsung bangkit berdiri dengan menyebalkan. "Memang tugasnya mengepel lantai, dia kan seorang cleaning service
"Sering-sering ajak Selina pulang, Dhexel! Mama sangat menyukainya," seru Rebecca pagi itu. Setelah mengenal Selina, Rebecca makin menyukainya sampai Rebecca ingin bertemu terus dengan wanita itu. Dhexel sendiri yang mendengarnya juga merasa senang karena ibunya bisa menerima Selina, walaupun sebenarnya sampai detik ini, hubungan mereka bukan hubungan yang sesungguhnya. "Aku akan memberitahunya, Ma." "Mama juga ingin berkenalan dengan ibu Selina, Dhexel.""Aku juga akan memberitahunya." "Ya ampun, jangan kaku seperti itu. Tapi Mama jadi penasaran, sejak kapan kalian mulai bersama, Dhexel? Mama senang sekali karena kau tidak melihat status sosial seseorang." "Mama tahu aku bukan pria seperti itu, Ma!" Rebecca pun cukup banyak mengungkapkan kesan dan pesannya pada Dhexel tentang Selina sampai Dhexel pun tertahan di rumahnya cukup lama pagi itu. Di sisi lain, Selina sudah tiba di kantor dan Selina sudah menceritakan semuanya pada Bora tentang pertemuan kemarin malam. "Ya ampun,
"Wanita itu penipu, Dhexel!" "Apa maksudmu, Heidy?" "Selina! Kekasihmu itu! Kau dan Tante Rebecca menganggap dia adalah wanita baik-baik, tapi nyatanya dia adalah penipu, Dhexel! Dia hanya penipu yang bekerja sama dengan para rentenir untuk melunasi hutang keluarganya. Bahkan keluarganya juga bukan keluarga baik-baik." Setelah mengetahui tentang Selina, Heidy pun mencari tahu lebih dalam tentang wanita itu. Dan dari potongan-potongan informasi yang berhasil didapatkan, Heidy makin yakin bahwa apa yang ia dengar adalah kebenaran. Selina memang hanya seorang wanita penipu. Heidy pun tidak membuang waktu lagi dan langsung memberitahu semuanya pada Dhexel. Namun, ternyata respon Dhexel sangat di luar dugaan. "Heidy, hentikan semua omong kosong ini. Selina adalah kekasihku dan aku tidak suka orang lain menjelekkan tentangnya." "Tapi aku tidak menjelekkan tentangnya, Dhexel. Yang aku katakan adalah kebenaran. Kalau kau tidak percaya, aku bisa memberikan semua hasil pencarianku padamu
Debar jantung Dhexel sudah memacu tidak karuan mendengar teriakan Selina di telepon. Pasti sedang terjadi sesuatu pada Selina sampai Dhexel pun mendadak cemas luar biasa. "Selina, jawab aku! Selina!" seru Dhexel lagi di telepon, tapi hanya ada suara berisik di ujung sana. "Sial! Marlo, bereskan semua yang ada di sini!" titah Dhexel sebelum Dhexel pun berlari keluar dari ruangannya. Marlo yang melihat Dhexel pun menjadi bingung sendiri sampai Marlo memilih mengikuti Dhexel saja. "Tunggu aku, Bos! Tunggu!" teriak Marlo sambil berlari mengejar Dhexel yang sudah seperti kesetanan. Sungguh Marlo tidak pernah melihat Dhexel secemas ini sebelumnya. "Selina! Di mana tadi? Di warung depan perusahaan?" gumam Dhexel yang langsung berlari ke arah warung sampai semua karyawan yang masih ada di perusahaan pun menatap bingung pada sang CEO yang berlari begitu cepat. Sementara Selina sendiri masih terus melawan para pria yang berusaha menyeretnya. Awalnya Selina menahan kakinya sebisa mungkin
Selina membelalak kaget saat tiba-tiba Dhexel menyatukan bibir mereka. Debar jantung Selina yang sudah memacu kencang pun makin menghentak tidak karuan dan untuk sesaat, Selina tidak tahu apa yang harus ia lakukan, tetap diam atau mendorong Dhexel. Namun, Selina pun berakhir dengan tetap diam di tempatnya. Hal yang sama Dhexel lakukan karena Dhexel hanya diam di sana, seolah menunggu ijin dari Selina. Dan saat Selina tidak menolaknya, Dhexel pun mulai berani memagut bibir wanita itu. Bibir Selina terasa manis, lembut, dan rasa yang masih sama yang membuat Dhexel ketagihan seperti malam itu. Bahkan saat Dhexel tidak berada di bawah pengaruh obat saat ini, rasa bibir Selina tetap membuatnya kecanduan. Bibir Dhexel sendiri terasa dingin di bibir Selina, asin, dan anyir, ada rasa darah di sana karena memang bibir Dhexel sedang terluka. Namun alih-alih jijik, Selina malah merasakan getaran aneh dalam dadanya Perlahan Selina memejamkan matanya dan Dhexel pun memagut lembut bibir itu.