Home / Pendekar / Penguasa Tujuh Benua / Ch. 02 - Feng Guang dan Tanah Para Dewa

Share

Ch. 02 - Feng Guang dan Tanah Para Dewa

Author: Fii
last update Last Updated: 2023-11-19 12:37:11

Badai semakin kuat menyapu pesisir, kabut menebal saat menjelang malam. Di sisi lain semua orang memandang seram ke arah gunung yang dimaksud tetua desa, Gunung Gui Shan.

Gui Shan disebut sebagai Gunung Setan, di sana hidup banyak makhluk serta tanaman mistis peninggalan sejarah yang menjadi bukti bahwa dulu manusia dan siluman pernah hidup berdampingan. Tempat itu nyaris tak pernah disentuh setelah banyaknya manusia yang mati. Dari cerita yang beredar, tidak ada satu pun yang berhasil kembali setelah memasuki Gunung Gui Shan. Tujuan mereka kebanyakan untuk mengambil sumber daya di dalamnya, sumber daya itu sendiri berasal dari tanaman dan mahkluk spiritual yang dikatakan tak terbatas sehingga tak heran banyak kultivator di masa lalu berebut untuk masuk ke sana.

Meski pun dilihat dari kejauhan, Gunung Gui Shan seolah-olah dihuni oleh setan raksasa yang bersemayam di jurang dalam. Tidak ada yang berani membawa jasad anak kecil itu ke sana. Maka dari itu semua orang memasang wajah cemas.

"Tapi bagaimana cara kita mengantar anak ini ke sana, tetua? Bukankah di sana ..." Lelaki yang baru saja menyanggah menelan ludah tidak berani.

Kepala desa mengangguk memahami kekhawatiran penduduknya, lalu dia berkata, "Biar aku yang mengurusnya."

*

Malam hari hujan deras membasahi desa yang dipenuhi kabut pekat, sejauh mata memandang hanya ada asap putih memenuhi Desa Laoyang.

Sebuah gerobak yang diikatkan pada kuda hitam berderak ketika satu mayat diletakkan di atasnya bersama sebuah tong dan beberapa drum.

Dua laki-laki bertudung hitam di sisi kanan dan kiri kereta kuda melihat satu sama lain, mengangguk pertanda semua persiapan telah selesai. Sebelum kuda tanpa penunggang itu diluncurkan salah seorang dari mereka sempat mengelus kepala hewan tersebut.

"Bawa anak ini ke Gunung di depanmu dan jangan pernah kembali. Biarkan setan di gunung itu memakan jasad kalian berdua. Ini adalah tugas terakhirmu."

Kilat petir sekilas menerangi pandangan, salah seorang dari pemuda itu meringis tatkala melihat jasad anak kecil tersebut.

Mata hitam kuda menatap sesaat majikannya sebelum akhirnya satu kibasan membuat kuda tersebut meluncur melalui jalan yang mengantarkan mereka ke Gunung Gui Shan.

Kuda hitam yang mendaki gunung sesekali tergelincir, kuda itu mulai melambat saat dia berjalan di menuju puncak gunung yang berhadapan dengan jurang di depan.

Kepala desa yang mengamati tak jauh dari tempat pemuda itu mengangkat tangan, dia dapat melihat lokasi kuda tersebut karena lentera yang diikat di gerobak kayu. Lantas seorang maju dengan panah bercahaya. Tentu sosok tersebut bukanlah orang biasa melihat kekuatan yang dikeluarkannya meskipun dia hanya berdiri diam. Seluruh kekuatannya kini berpusat pada anak panah yang akan dibidiknya.

"Lepaskan!"

Kuda hitam berhenti berlari dan menoleh ke arah majikannya dari kejauhan yang kini memalingkan muka. Sebuah panah berapi menembus tong kayu dan drum yang dia bawa bersamanya. Seketika ledakan sebanyak lima kali terdengar dari atas gunung Gui Shan.

Pemanah menurunkan busurnya dan berucap tenang, "Mereka sudah terbakar, Anda bisa tenang."

Dia membalikkan badan, diikuti oleh kepala desa, tetua desa dan enam penjaga bersamanya. Namun diam-diam dia ingin memastikan sesuatu.

Hutan di atas gunung terbakar, api menjalar semakin lebar hingga membuat puncak gunung itu tampak merah bercahaya.

Namun sebuah cahaya tipis masuk ke penglihatannya, hanya sekelebat namun tidak begitu mengganggu pikirannya. Dia kembali menatap lurus ke depan sembari berpikir anak kecil itu sudah habis dimakan api, bahkan tulangnya tak akan tersisa lagi besok pagi.

Hujan turun semakin deras, mengguyur seluruh Desa Laoyang, dan juga Gunung Gui Shan.

*

10 Tahun Kemudian di Tanah Para Dewa...

“Lebih baik kau serahkan kitab itu, Feng Guang!” gertak seorang lelaki dengan jubah putih mewah sambil melotot marah, matanya menghunus tajam pada seorang lelaki yang berdiri di aula kerajaan.

Dia telah dikelilingi oleh para prajurit kerajaan. Ribuan pedang yang biasanya berjuang bersamanya sekarang diangkat untuk mengambil nyawanya, dalam situasi genting seluruh prajurit kerajaan mewanti-wanti setiap gerakan lelaki itu. Bahkan Sembilan Jenderal Perdamaian yang hadir memasang wajah tegang. Meski pun lelaki itu hanya seorang diri tapi dia memiliki kemampuan untuk meratakan seluruh prajurit kerajaan.

“Aku khawatir kau tidak bisa merebutnya dariku,” kata lelaki itu sembari menarik senyum tipis yang terkesan meremehkan.

Lelaki dengan jubah putih yang merupakan generasi ke-16 keturunan Raja Rong yang telah memerintah Tanah Para Dewa selama ratusan tahun melebarkan mata kesal, sebelah tangannya dikepal dengan geram, urat-urat muncul di wajahnya yang memerah.

“Kau adalah kerabat baik ayahanda, beliau menaruh kepercayaan besar padamu... Dia sendiri yang bahkan memberikan gelar Tujuh Pilar Langit kepadamu! Tapi, inikah balasanmu kepada kami?!” Di tengah kemarahan lelaki itu, sepintas dia mengingat masa kecilnya di mana Feng Guang mengajarinya bertarung, berburu dan berkuda.

Sesaat lelaki itu menyadari sesuatu dan terkejut, bayangan Feng Guang di saat dirinya masih berumur sembilan tahun sama sekali tidak berubah berubah dengan sosok yang ada di hadapannya sekarang.

“Kau bahkan sama sekali tidak menua!” seru Rong Yin.

“Dan kau baru menyadarinya di umur yang ke-26, anak muda,” sahut Feng Guang. Rong Yin kembali dibakar amarah. Seluruh prajurit mengambil ancang-ancang untuk menangkap Feng Guang.

Selama 50 tahun mengabdikan dirinya menjadi kepercayaan para manusia dan menjadi satu dari Tujuh Pilar Langit, identitas asli Feng Guang akhirnya terungkap hingga menggemparkan seluruh dunia persilatan.

Rong Yin memaki sembari menunjuknya. "Kau adalah Monster! Kau bahkan tidak layak berdiri di hadapanku!"

Senyum Feng Guang yang tadinya tertarik lebar perlahan mengendur. Sementara Rong Yin yang semakin terbawa suasana menambahkan hinaan dan caciannya kepada lelaki itu. "Kau Monster! Siluman rendahan, kurang ajar, menjijikkan!" Masih banyak lagi umpatan yang ingin dilayangkannya tetapi semua itu tertahan saat dia menatap ekspresi Feng Guang yang tidak pernah dia lihat seumur hidupnya.

Feng Guang mulai berubah menjadi sosok yang berbeda. Tanduk merah tumbuh di kepalanya dan kedua bola mata lelaki itu bersinar merah terang, kulitnya terlihat bersisik disertai hembusan angin panas menyebar ke seluruh penjuru istana. Seluruh pendekar dengan jubah putih yang merupakan penjaga istana jatuh pingsan saat hempasan kekuatan yang begitu dahsyat menggetarkan langit dan bumi.

Energi kekuatan yang besar mengelilingi di bawah telapak kakinya dan menciptakan tekanan berkekuatan tinggi yang bahkan bisa membuat tempat itu jatuh ke Dunia Bawah.

"Apakah siluman terlihat sebegitu menjijikkannya di mata kalian walaupun aku telah berlutut untuk mengabdikan kehidupanku untuk melindungi kalian selama puluhan tahun... "

"Siluman tetaplah siluman! Kau adalah mahkluk penuh dosa. Tanah ini tidak sudi menerima keberadaanmu!" seru salah seorang dari Sembilan Jenderal Perang sekaligus seorang biksu terhebat, Guru Besar Qiu Bei.

Feng Guang melihat sekitarnya dan menyadari semua orang yang dulu menghormatinya berubah jijik padanya. Dia mengangkat sebuah kitab yang memiliki energi spiritual tidak biasa, satu-satunya tujuannya turun ke bumi adalah mendapatkan kitab yang selama ratusan tahun ini telah disembunyikan oleh leluhur Klan Rong. "Sampai akhir dunia pun, keturunan klan Rong tidak akan pernah menguasai kitab ini. Hanya seorang keturunan asli klan Shan yang dapat menguasainya."

Rong Yin semakin panas.

Di tengah situasi yang semakin memburuk, seorang sahabat Feng Guang akhirnya memunculkan diri, wibawa besarnya membuat para pasukan yang masih bertahan semakin tegang. Mereka menunduk saat lelaki itu lewat. Entah bagaimana situasi ini akan berakhir, kemungkinan terburuknya, dia dan Feng Guang akan saling membunuh.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Erkham Yudhist
Aku jarang komen di setiap Novel , pernah komen ehhhh langsung di blokir oleh Outhornya , aneh? , klo ngak niat yah jgn nulis kan mudah , mudah2an Outhor dsini pikirannya ngak sesempit pengarang yg udah memblokir ku , cos aku cuman komen biasa ngak pedas malah biasa sekali ....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 03 - Eksekusi Feng Guang

    Lelaki itu dikenal dengan sebutan Pertapa Empat Musim dan menjadi seorang nomor satu di antara Tujuh Pilar Langit yang berada atas Feng Guang. Dia adalah Xiao Liong, orang yang begitu disegani dan dihormati di Tanah Para Dewa."Serahkan kitab itu. Atau kami akan membunuhmu seperti para leluhurmu." Xiao Liong terkenal tidak menunjukkan belas kasih bahkan kepada sesama rekannya. Feng Guang menarik kembali kekuatannya setelah menumbangkan lebih dari dua ratus prajurit istana. "Saat ini kau telah menjadi buronan serius dan harus segera dimusnahkan. Jangan dendam padaku jika pada akhirnya tanganku lah yang harus mengakhiri hidupmu.""Aku takkan membiarkan manusia seperti kalian memiliki harta peninggalannya. Jika tujuan kita berbeda, maka satu-satunya jalan adalah bertarung."Xiao Liong memejamkan matanya sejenak. Tangannya yang memegang pedang di pinggangnya masih bertahan, menunjukkan dia ragu untuk bertarung dengan lelaki itu. Namun bagaimana pun Xiao Liong berbicara, Feng Guang akan t

    Last Updated : 2023-11-19
  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 04 - Aku Tidak Akan Kalah Darimu

    Salah satu pendekar lanjut usia menganggukkan kepala sambil mengelus jenggot putihnya, "Tidak salah lagi. Ini seperti yang diramalkan dalam syair itu. Dunia akan kembali pada 'masa itu'."Murid dari perguruannya sedikit terkejut sehingga salah satu dari mereka bahkan terang-terangan bertanya. "Masa itu? Syair? Apa yang sedang Guru bicarakan?"Lelaki tua itu hanya tersenyum dengan sepasang bola mata yang telah memutih menatap ke arah Feng Guang. "Ini hanyalah kisah lama ... Anak muda seperti kalian pasti tidak akan mengerti. Seandainya aku bisa hidup lebih lama untuk tetap mengikuti perkembangan ini, hahaha..."Pertanyaan mereka tidak terjawab, para murid itu hanya bisa kembali menatap ke arah panggung eksekusi di mana suara Mo Xiaohan menjadi satu-satunya perhatian di ruang terbuka itu."Seperti yang kalian tahu, bangsa siluman adalah ancaman bagi dunia manusia. 900 tahun lalu, pengkhianat dari Klan Shan telah melakukan dosa besar dan menyimpan 7 pusaka langit demi memperkuat klannya.

    Last Updated : 2023-11-19
  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 05 - Pertemuan yang Ditakdirkan

    "Aku datang!!"Seorang pemuda meloncat dari atas pohon tinggi sambil menyeringai usil, kedatangannya membuat para serigala ambil langkah seribu memasuki semak-semak, bahkan beberapa dari mereka berenang melewati sungai ketakutan.Pemuda itu menoleh kanan kiri yang tiba-tiba kosong. "Oi, oi, kenapa semuanya lari? Memang aku berbuat salah apa pada kalian?"Salah satu serigala yang belum begitu jauh bersuara. "Groaaar!"Pemuda itu berkacak pinggang sembari menaikturunkan alisnya. "Haaaa? Aku tak ingat kapan aku memakan kalian ..." Dia mengatup mulutnya saat melihat bekas api unggun di dekat pohon dan beberapa tulang hewan. Satu-satunya makhluk yang memangsa dan memasak para binatang buas di gunung ini hanyalah dirinya, si puncak rantai makanan, Lan Xiaoyan. Meskipun serigala-serigala itu tidak seperti serigala pada umumnya dan berukuran tiga kali lipat dari tubuhnya, mereka selalu berlari ketakutan saat melihat Lan Xiaoyan.Lan Xiaoyan mendecakkan lidah, baru berjalan beberapa meter per

    Last Updated : 2023-11-19
  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 06 - Sebuah Kitab Misterius

    Kondisi Feng Guang terlihat buruk, terutama karena pendarahan hebat serta luka fisik yang dialaminya setelah pertarungan di Tanah Para Dewa. Bisa dikatakan saat ini lelaki itu amat sangat membutuhkan pertolongan tapi yang dia lihat saat ini, bocah yang baru dikenalnya tak lebih dari lima menit itu justru lebih memilih mengejar singa daripada memedulikan keselamatannya. Denyutan perih berulang kali membuatnya meringis, Feng Guang tidak bisa menggunakan kekuatan apa pun untuk membantu mengurangi rasa sakit itu, satu-satunya pilihannya adalah menunggu Lan Xiaoyan kembali.Cukup lama Lan Xiaoyan menghilang, Feng Guang khawatir bocah itu melupakan dirinya. Namun tak lama dia melihat anak itu kembali menggotong buaya besar di belakangnya. Dia terluka cukup parah untuk mengalahkan binatang buas itu.Lan Xiaoyan menangkap ekspresi Feng Guang sambil berbicara bingung. "Ada apa, Pak Tua Feng? Kenapa kau kaget seperti itu? Apa kau tidak bisa memakan ikan?"Feng Guang bergumam pada dirinya send

    Last Updated : 2024-01-05
  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 07 - Gunung Penjara

    Cahaya tembus dari celah-celah kayu gubuk di saat matahari hampir naik ke atas kepala, Feng Guang terbangun dan mendapati luka-lukanya telah dibaluri oleh obat herbal yang masih basah. Dia berpikir pemuda itu sedang tidak di rumah, mengingat tidak ada suara siapa pun di sekitar. Pikirannya berputar kembali pada banyak hal yang terjadi. Feng Guang sadar lukanya takkan sembuh dengan cepat, di samping itu dia belum memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Dia telah berhasil mencuri kitab dari tanganKlan Rong. Namun walaupun bisa keluar dari sini, Feng Guang yakin dirinya akan diburu oleh musuh.Memikirkan banyak hal yang terjadi membuat perut Feng Guang berbunyi. Setelah jatuh dari dunia atas dan sekarat berhari-hari wajar saat ini perutnya lapar, Feng Guang baru berpikir untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan ketika menemukan daging bakar tergeletak persis di sebelahnya. Lan Xiaoyan meninggalkannya sebelum pergi."Setidaknya nasibku tidak terlalu buruk. Anak ini kelihatannya b

    Last Updated : 2024-01-05
  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 08 - Mengukur Kekuatan

    Angin badai mulai menerpa rumah gubuk, Lan Xiaoyan membuang napas sejenak dan kembali murung, dua Siluman di sebelahnya juga menampakkan ekspresi yang sama sehingga membuat Feng Guang mengerutkan dahi. Dia menggeleng kecil."Kau hanya bisa keluar dari tempat ini ketika kau sudah cukup kuat.""Aku sudah sangat kuat!" seru Lan Xiaoyan tiba-tiba berdiri di atas kepala buaya bersemangat. "Aku latihan keras setiap hari seperti yang diajarkan di buku ini, aku sudah mempersiapkan diriku untuk petualangan yang hebat!" Dia merentangkan kedua tangan antusias, berharap Feng Guang mengerti petualangan yang sangat diimpikannya.Feng Guang mengerutkan dahinya sekali lagi, dia melihat buku di tangan Lan Xiaoyan, sebuah buku kultivator manual lama, bagi pendekar muda mungkin mereka tidak akan tahu menahu soal buku itu. Namun pendekar berusia 100 tahun lebih tahu buku legendaris itu cukup terkenal di masanya. Sekarang semuanya terjelaskan. Lan Xiaoyan mendapatkan banyak peralatan kultivasi dari mayat

    Last Updated : 2024-01-05
  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 09 - Harapan untuk Bebas

    Esok paginya, Lan Xiaoyan belum kembali membuat Feng Guang cemas mengingat hutan ini memiliki banyak siluman yang bisa kapan saja membunuhnya. Feng Guang akhirnya memutuskan mencari Lan Xiaoyan di saat hujan gerimis turun. Dia tidak memiliki petunjuk ke mana anak itu pergi, ditambah lagi Gunung Gui Shan cukup luas dan dia belum mengingat jalan.Jubah merah yang dikenakannya mulai basah. Feng Guang berjalan cukup lama, semakin dalam ke hutan rimba sampai dia mulai tidak yakin masih mengingat jalan kembali. Walaupun langit di atas gelap, nyatanya saat ini sudah memasuki tengah hari. Feng Guang sedikit ganjil kalau mengingat fenomena aneh di Gunung Gui Shan. Sekat antara dunia luar dan gunung tampaknya dibuat oleh manusia.Seingatnya dulu memang masih ada beberapa pendekar hebat yang bisa membuat segel sebesar ini, tapi untuk masa sekarang orang seperti itu hanya bisa dihitung dengan jari, pendekar Tujuh Pilar Langit belum tentu dapat membuatnya. Feng Guang menyeberangi sungai dangkal

    Last Updated : 2024-01-07
  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 10 - Pil Penyembuhan

    Setelah hujan reda, Lan Xiaoyan dan Feng Guang memutuskan untuk kembali ke rumah. Feng Guang terpaksa dipangku oleh Lan Xiaoyan karena luka di tubuhnya kembali terbuka karena air hujan. Seperti sebelumnya, Lan Xiaoyan menyiapkan obat-obatan dan mengobati Feng Guang. Dua siluman menunggu di depan rumah gubuk, mereka membawa beberapa helai bunga aneh yang memiliki aroma busuk. Feng Guang pernah melihat bentuk bunga itu di sebuah buku obat-obatan tua, itu adalah obat yang cukup manjur untuk mengatasi luka luar.Jika dipikir-pikir lagi, bagaimana mungkin seorang anak manusia dapat berteman dengan siluman. Andai Feng Guang mengatakannya pada orang luar, dia pasti ditertawakan. Lan Xiaoyan berbeda dari anak-anak pada umumnya.Ketika sibuk berpikir, Feng Guang baru tersadar Lan Xiaoyan sedang mengoleskan obat di lengannya."Pak Tua Feng, kau bilang tadi kita memiliki cara untuk kabur dari sini.""Ya. Tapi rasanya hampir tak mungkin," ucapnya tertahan.Lan Xiaoyan berbinar-binar, setidaknya d

    Last Updated : 2024-01-07

Latest chapter

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 113 - Sesudah Perang

    "Tidak mungkin..."Dokter Ouyang memelankan langkah kakinya saat tiba di depan lubang yang berasap, melihat seseorang terkapar di sana tak bernyawa. Kacamatanya retak dan dadanya terluka fatal. Bulir air mata menggenang di pelupuk mata lelaki ringkih itu, sekarang tugasnya adalah menyembuhkan korban virus yang ditularkan Black Jade Sword.Lan Xiaoyan dan kawan-kawannya telah berhasil menjatuhkan Black Jade Sword yang telah menjadi mimpi buruk mereka selama bertahun-tahun. Kini Ouyang sangat yakin dia mampu mengobati penduduk Kota Rouhan. Senyum bahagia terbit di bibirnya."Syukurlah..." Dia menyatukan kedua tangannya sembari berdoa.Di belakangnya, Feng Guang menyusul laki-laki itu dengan perlahan. Melihat jasad Manajer Li sekilas dan tersenyum melihat pemuda bodoh yang sedang tergelak bersama teman-temannya. "Entah kenapa terkadang aku merasa sial dan juga beruntung mengangkatnya menjadi muridku."Dokter Ouyang menoleh padanya. "Aku yakin kau sangat bersyukur memiliki murid sepertin

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 112 - Sebuah Awal Baru untuk Rouhan

    Kilat cahaya melaju dengan kecepatan tinggi, petir merah mengiringinya dan membentur perisai lelaki dengan kacamata hingga suara dentuman menggema keras. Dorongan yang sangat kuat hampir membuat Lan Xiaoyan dan Ma Jun terdorong. Mereka mulai memperkuat serangan dan menekan perisai Manajer Li.Lelaki itu membalas balik. Dia terdorong sekali dan membuka matanya lebar-lebar saat retakan kecil mulai menyebar. Perisai darah yang kuat mulai hancur. Lelaki itu melihat seseorang pingsan. Dia menjadi alasan mengapa Lan Xiaoyan berhasil selamat dari serangan sebelumnya."Tiga bajingan ini...." Angin berhembus kuat, kilat merah bercabang mencuat di balik perisainya. Serangan tersebut mulai membuatnya terdorong ke belakang.Tidak sampai di sana, Lan Xiaoyan mengeluarkan kekuatan yang jauh lebih besar. Membuat Manajer Li tercengang. "Dia mau mati-" gumamnya. Pemuda itu sudah menggunakan terlalu banyak kekuatannya. Terjangan dari depan sangatlah kuat hingga membuat kacamata lelaki itu pecah. Ma

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 111 - Menyatukan Kekuatan

    Melihat dua bocah dengan mata penuh keyakinan mulai membuat Manajer Li kesal setengah mati, jemarinya bergerak-gerak ingin mencabik kedua pemuda itu.Mereka berdua berdiri bersebelahan, mengumpulkan seluruh kekuatan untuk serangan terakhir"Jika kalian gagal akulah yang akan memakan kalian," ujarnya dengan suara berat. Manajer Li sudah lebih tahu apa yang membuat ketiga pemuda itu bertahan lebih lama setelah mendapatkan luka berat dari para Six Stars. "Untuk kalian ketahui saja. Ketika tubuh telah mencapai batas dan tetap memaksakan bertarung, kalian akan mati.""Kami ke sini untuk menang, bukan untuk mati!" sahut Ma Jun dengan kobaran api yang sangat besar menyala di seluruh tubuhnya. Mata Manajer Li bergerak merasakan aura kekuatan yang hampir tidak pernah diketahuinya. Beberapa pendekar memiliki elemen khusus dalam teknik bertarungnya, tapi qi yang dimiliki pemuda itu netral. Kedua alisnya bertaut. Namun mengabaikannya ketika tahu keduanya benar-benar mempersiapkan diri."Kalian

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 110 - Menang atau Mati

    Lan Xiaoyan hampir kehabisan napas, paru-parunya terasa berat sekali. Sosok tanpa wujud menekan dadanya dan mencekiknya dari belakang dalam keadaan dirinya tanpa bisa melawan. Dia memberontak namun benang-benang tipis merah merekat semakin kuat dan membalutnya. "Sial...." Kali ini Lan Xiaoyan benar-benar kehabisan langkah. Manajer Li tidak akan ragu-ragu mengambil nyawanya. Dia mencoba melihat sekitar. Ma Jun telah tumbang dan terkapar tak berdaya. Sementara itu Feng Guang telah pergi ke tempat yang jauh. Sementara Lao Zhan tidak muncul sejak tadi."Tenang saja. Tidak akan ada yang menolongmu." Tangannya mencair dan berubah menjadi sebuah pedang sabit, kakinya yang panjang melangkah cepat ke tempat Lan Xiaoyan digantung. Dia tidak akan membuang waktu dan melepaskan Lan Xiaoyan hidup-hidup.Belasan serangan mengenai Lan Xiaoyan tanpa ampun, tangan laki-laki itu bergerak tanpa jeda dan hampir tidak terlihat, wajahnya lebih cerah daripada sebelumnya dan dia menyeringai iblis seperti mel

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 109 - Kita akan Bertemu Lagi

    "Aku menyesali banyak hal selama ini. Aku benar-benar tidak berdaya menghadapi mereka, maafkan aku. Jika hari itu aku menyelamatkannya..."Quan Yui menyadari jarum-jarum darah akan membunuh mereka berdua dalam sekejap, dia ingin gadis itu mendengarkannya di saat-saat terakhir. "Aku tidak membencimu." Ucapan Mei Linlin membuatnya berpaling sejenak. Quan Yui menggunakan teknik tubuh besi lalu berkata. "Maafkan kelancanganku, nona.""Tidak—aku tidak mau dilindungi lagi-!"Lelaki itu melindungi Mei Linlin dengan tubuhnya."Kau adalah tuan putri kerajaan, nyawamu adalah masa depan rakyatmu. Satu-satunya pilihan adalah membiarkan orang lain melindungimu.""Tidak..," Mei Linlin meneteskan air matanya, dia memejamkan mata saat jarum darah menghujani mereka berdua."Heaven Breaking Sword Technique.""Fire Barrier!!"Gebrakan kuat menghancurkan pusaran jarum darah, pelindung api menghalau ribuan serangan dan membakar jarum-jarum tersebut. Manajer Li mengedipkan matanya dan di balik perisai api

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 108 - Kekuatan yang Asing

    Sebuah bayangan besar menutupi tubuh Lan Xiaoyan yang terbaring telungkup di atas tanah yang banjir. Darah mengalir mengikuti arus hujan yang turun dengan deras. Menghujani ratusan mayat dan membawa amis darah bersama angin badai.Lelaki dengan pedang kebanggaannya melirik ke bawah dengan enggan, "Terlalu cepat seribu tahun untuk menantang ku, bocah."Dia mengangkat wajah Lan Xiaoyan dengan ujung pedang. "Kau hanya akan mati konyol di tempat ini.""Aku bilang, aku ke sini untuk memukul pantat kalian semua."Yang Guang terdiam sejenak, lalu tertawa kemudian hingga suaranya menggema keras. "Nyawa sudah diujung tanduk dan kau masih bisa mengoceh. Aku benci bocah sepertimu.""Aku bilang..." Bola mata pemuda itu, tatapan haus darah yang baru kali ini dilihatnya. Yang Guang menebaskan pedangnya untuk memenggal Lan Xiaoyan di tempat. Tapi dia terlambat mengeksekusinya. "Aku datang ke sini untuk membunuh kalian semua!!" Guntur dahsyat seketika memekakkan telinga diselingi cahaya kilat. Yang

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 107 - Menebus Dosa

    Manajer Li mengangkat tangan kanannya ke arah Mei Linlin.Pupil mata safir membesar, pantulan sosok laki-laki dengan ribuan jarum darah terpantul di matanya. Ketakutan semakin nyata di saat jarum-jarum darah mulai bergerak cepat ke arahnya.Sampai saat itu tiba, Mei Linlin pasrah dengan keadaan, tidak akan mungkin bisa menghindari serangan sebanyak itu di waktu yang sama.Lucutan jarum terbang dengan gesit di tempat Mei Linlin berada. Gadis itu melindungi kepalanya sambil menunduk ketakutan. Napas gadis itu menderu kencang. Dia bahkan dapat melihat kedua lututnya bergetar hebat. Namun setelah beberapa detik dia menyadari tidak ada satu pun jarum yang mengenainya.Dengan hati-hati gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat seseorang berada di depannya. Dia berkedip tak percaya dan segera melihat siapa yang melakukan hal itu."Kau-!" Mei Linlin terpaku tanpa bisa berkata-kata. Sudah pasti dia mengingat wajah lelaki itu. Orang yang membawa ibunya hari itu. Seseorang yang berdiri di dep

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 106 - Aku Berjanji akan Memperbaikinya

    Guntur menggema sangat keras di seluruh penjuru. Kilat petir memperlihatkan ratusan mayat yang terbaring tak bernyawa. Bau amis darah mulai tercium di mana-mana, beberapa jam berlalu begitu lambat dan perlahan merenggut nyawa. Tidak ada detik yang terlewatkan tanpa jeritan kematian yang sudah berlangsung cukup lama. Kini bulan purnama telah tertutup sepenuhnya oleh awan hitam yang tebal. Tak lama, hujan turun dengan deras.Kedua pendekar berdiri saling berhadapan dalam jarak kurang dari dua puluh meter. Baru beberapa menit bertarung, wilayah di sekitar mereka sudah porak-poranda. Hening tercipta dan diisi suara merdu seruling Fei Mengchen. Wanita itu berusaha menangkap Feng Guang dengan cakar hitam raksasa yang muncul dari tanah.Namun strateginya tidak cukup berhasil untuk mengelabui laki-laki itu, dengan cepat Feng Guang berpindah dan menyerang tengkuk lawan dari belakang.Sedetik sebelum Feng Guang datang, wanita itu menghilang dan muncul dari arah yang berbeda.Beberapa orang yan

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 105 - Terima Kasih telah Menerimaku sebagai Manusia

    Bebatuan kecil jatuh oleh getaran yang terus-menerus terjadi dalam waktu singkat, energi api yang amat besar menaikkan suhu udara perlahan. Kilat berapi terbang cepat di atas kepala Quan Yui berusaha untuk menggapainya. Di sisi lain Quan Yui bertahan hanya dengan menangkis setiap serangan menggunakan pedang.Marah. Ma Jun sangat marah hingga tenggorokannya seperti dikoyak-koyak. Bahkan api yang meledakkan semua barang tidak cukup untuk membalaskan kemarahannya. Hempasan berapi menabrak tubuh Quan Yui, kabut api berpencar. "Apimu tidak akan cukup untuk membakarku, iblis kecil," ucap Quan Yui memperlihatkan wajahnya yang setengah terbakar. Kedua tangan Ma Jun kembali mengeluarkan bola-bola api, dia bahkan tidak peduli apa yang dikatakan lelaki itu."Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau membunuh orang yang tidak pernah mengusik hidupmu?!" Quan Yui termenung sejenak menatapi mata Ma Jun yang tak ubahnya api kemarahan yang begitu membara. Dia memejamkan mata sejenak.Tidak mendapatkan ja

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status