Wisma Lonceng Naga, Tanah Bebas
"Tuan Xie, sinyal Pedang Es telah muncul kembali. Apa yang harus kami lakukan?" Seorang wanita cantik berpakaian serba hitam menatap Xie Jing Cuan yang seperti biasanya tengah menghibur diri dengan memetik guzhengnya.Lagu merdu mengalun lembut ke seantero wisma. Seakan-akan tengah mengibur para tamu yang tengah kepanasan."Kang Li, informasi apa saja yang kau dapatkan setelah munculnya sinyal Pedang Es?" Xie Jing Cuan bertanya dengan santai tanpa menghentikan petikan senar guzhengnya."Tidak banyak selain orang-orang mulai gelisah. Zhao Lu Yang masih belum bereaksi apapun. Sedangkan kota-kota di Kaili mulai bergerak untuk mempersiapkan musim dingin yang akan datang. Banyak wilayah di Kaili yang gagal panen tahun ini dan dapat dipastikan musim dingin tahun ini akan menjadi musim yang berat. Selain itu Kaisar Ao Yu Long memutuskan untuk pergi ke Pegunungan Selatan." Kang Lin melaporkan penyelidikannya.Kang Li adalah Ketua Pintu Keempat. Salah satu dari sembilan Ketua di Sekte Sembilan Pintu Kematian. Dapat dikatakan dirinya dan Wu Hongyi adalah rekan sejawat. Keduanya juga memiliki olah kanuragan yang hebat.Jika Wu Hongyi bercirikan rambutnya yang memutih dan menunggangi kuda putih, maka Kang Li adalah kebalikannya. Wanita cantik ini selalu berpakaian serba hitam dan memiliki senjata berupa pedang giok bewarna hitam."Begitu? Kalau begini keadaannya aku tidak akan mencemaskan Kaili. Kita hanya harus berkonsentrasi pada perseteruan di Dataran Tengah. Untuk apa Ao Yu Long pergi ke selatan?" Xie Jing Cuan mengerutkan keningnya."Meski chi-nya mulai pulih dan Pedang Es telah kembali padanya, dentiannya masih belum pulih sepenuhnya. Jika dipaksakan untuk kembali menggunakan jurus pedang es maka itu akan membuat tubuhnya hancur perlahan-lahan. Karenanya dia disarankan oleh Naga Es untuk memulihkan diri di Pegunungan Selatan bersama Dong Xiu Bai dan Tuan Wu." Kang Li menjelaskan dengan rinci alasan kepergian Ao Yu Long ke selatan."Begitu? Jadi untuk selanjutnya kita hanya perlu menghubungi Jenderal Duan jika ada informasi terbaru?" Xie Jing Cuan menatap Kang Li lekat-lekat. Wanita cantik itu menganggukkan kepalanya."Bagaimana dengan Sekte Keabadian? Apakah ada gerakan dari mereka?" Xie Jing Cuan kembali bertanya."Ketua Qilin sudah berada di Tanah Bebas. Aku rasa sebentar lagi beliau akan mengunjungi Anda." Kang Li tersenyum."Wah dia bergerak dengan sangat cepat!" Xie Jing Cuan tergelak."Ketua Qilin hampir tidak pernah menampakkan diri di depan umum. Terakhir kali dia bersedia muncul saat bernegosiasi dengan Anda, Ketua Sekte Elang Emas dan Kaisar Ao Yu Long." Kang Li pun tersenyum semakin lebar."Jika berurusan dengan Ao Yu Long, dia pasti akan muncul. Bagaimana pun juga dia memiliki hubungan darah dengannya." Xie Jing Cuan bergumam pelan."Apakah itu sudah dapat dipastikan?" Kang Li menatap Xie Jing Cuan lekat-lekat."Selir Li adalah seorang gadis dari daerah Utara. Seperti kebiasaan pada waktu itu, para gadis yang cukup umur akan dikirimkan ke ibukota sebagai calon selir, dayang atau pun pelayan. Dia adalah bibi dari Ketua Qilin. Itu hasil penyelidikan Ketua Ang Hui beberapa tahun lalu." Xie Jing Cuan menjelaskan dengan gamblang."Begitu rupanya! Baiklah sepertinya saya harus kembali ke markas. Ada beberapa hal yang harus saya selesaikan sebelum kembali ke Dataran Tengah." Kang Li tersenyum dan membungkukkan tubuhnya dengan sopan kemudian melesat meninggalkan sudut taman tersembunyi di Wisma Lonceng Naga.Xie Jing Cuan tersenyum tipis dan kembali memetik guzhengnya. Lagu-lagu yang dibawakannya selalu merdu dan membawa perasaan tenang di hati siapapun yang mendengarnya."Ao Yu Long, sebenarnya semua orang juga meragukan berita kematianmu waktu itu. Tidak ada yang melihat apa yang terjadi dan juga jenazahmu dan Nona Duan Xiao Jiao. Wajar rasanya jika kembalinya dirimu tidak menimbulkan pertanyaan atau pun keheranan." Xie Jing Cuan bergumam seorang diri."Namun bagi orang-orang yang mengharapkan kematianmu mungkin ini berita yang mengejutkan. Bangkit dari kematian apalagi yang akan kau perbuat selain balas dendam?" Xie Jing Cuan tersenyum tipis.Wisma Lonceng Naga selalu menjadi tempat berkumpulnya orang-orang Jianghu dan tidak pernah terusik oleh penguasa Tanah Bebas, Zhao Lu Yang. Pria itu tahu benar, meski dirinya berkuasa penuh atas kota ini, tetapi konyol rasanya jika dia menyinggung Xie Jing Cuan.Pria berambut putih itu memiliki hak istimewa di Tanah Bebas ini. Tidak ada seorang pun yang akan berani mengusiknya sekalipun itu Zhao Lu Yang. Bahkan Kaisar Ao Yu Long pun segan dan sangat menghormati pria yang selalu bergaya santai itu, bukan hanya sebagai ketua sekte tetapi juga karena sejarah mereka berdua.Sekte Sembilan Pintu Kematian adalah sekte terkuat sepanjang sejarah wilayah ini. Sedari masa kekacauan, mereka telah berdiri dan memiliki kekuatan yang sulit ditembus oleh Klan Ao sekali pun.Sekte yang didirikan oleh seorang pria yang berasal dari wilayah timur, tepatnya ibukota Kaili yang kini telah membeku. Pada awalnya sekte ini dianggap sebagai sekte sesat karena mereka menerima permintaan untuk mendapatkan informasi dengan cara apa pun.Namun seiring berjalannya waktu, sekte ini berubah menjadi seperti intelijen yang terpercaya. Siapa pun dapat menggunakan jasa mereka dengan kriteria dan bayaran yang ditentukan oleh mereka sendiri.Ao Yu Long selalu menggunakan jasa mereka untuk hal-hal yang bersifat sangat rahasia. Selain alasan keamanan, dia lebih mempercayai Xie Jing Cuan dibandingkan pasukan intelijen milik Kekaisaran Kaili yang masih dikendalikan oleh orang-orang di bawah perintah Ibu Suri.Xie Jing Cuan sendiri adalah ketua sekte generasi ke sepuluh. Sama halnya dengan Ao Yu Long yang merupakan Kaisar ke-sepuluh dalam hitungan setelah peperangan besar yang melanda wilayah ini.Sebelumnya para tetua dan pemimpin termasuk kaisar selalu silih berganti dari berbagai klan maupun sekte. Karena itu sangat jarang tercatat secara resmi dalam catatan sejarah."Tuan Xie, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda!" Seorang pelayan tiba-tiba melapor."Tamu? Di siang hari yang panas seperti ini?" Xie Jing Cuan berhenti memetik senar guzhengnya."Iya Tuan!" Pelayan itu menyahut dengan kepala tertunduk."Baiklah! Aku akan menemuinya, biarkan dia masuk! Tolong persiapkan hidangan dan arak yang lezat untuknya." Xie Jing Cuan tersenyum dan kembali memetik senar guzhengnya.Kali ini lagunya terdengar lebih gembira. Seakan tengah menyambut kedatangan seorang kawan lama. Sementara pelayan tadi bergegas kembali ke aula dan mengantarkan tamu yang baru saja datang ke kediaman pribadi Xie Jing Cuan."Tuan Xie, Ketua Qilin dan Nona Yu ada di sini!" Pelayan tadi kembali dengan seorang pria dan seorang gadis kecil bersamanya.Pria seumuran Xie Jing Cuan atau mungkin Ao Yu Long dan Rong Xia Guo. Dia berpakaian sederhana selayaknya para pengelana yang sering mampir di Tanah Bebas.Rambutnya yang panjang diikat di puncak kepalanya dan sebuah pedang tergantung di pinggangnya. Sebuah perhiasan yang terbuat dari giok putih berkualitas bagus tergantung di pinggangnya."Tuan Xie bagaimana kabar Anda?" Pria itu tersenyum dan menyapa Xie Jing Cuan dengan ramah."Seperti yang kau lihat, aku masih hidup dan baik-baik saja. Bagaimana denganmu Ketua Qilin?" Xie Jing Cuan berdiri dan mengangkat tangannya kemudian berputar menunjukkan dia baik-baik saja."Aku juga baik-baik saja dan menjadi semakin baik setelah melihat sinar sinyal Pedang Es milik Ao Yu Long." Ketua Qilin tertawa pelan."Sudah kuduga kau akan berkata begitu." Xie Jing Cuan tertawa terbahak-bahak."Yu, apakah ada sesuatu?" Kini Xie Jing Cuan menoleh pada gadis kecil yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua dengan tenang."Ada Ketua Oey di Manor Zhao." Gadis kecil itu menyahut dengan polos.Xie Jing Cuan dan Ketua Qilin saling berpandangan mendengar berita yang disampaikan gadis kecil itu."Baiklah! Ayo kita duduk dan menikmati makanan serta arak lezat." Xie Jing Cuan mempersilakan Ketua Qilin untuk duduk setelah para pelayan menghidangkan makanan dan arak untuk mereka."Yu, duduklah! Kau pasti lelah dan lapar bukan?" Xie Jing Cuan mengulurkan tangannya dan mengajak gadis kecil itu untuk duduk bersamanya dan Ketua Qilin.Kedua Ketua sekte yang terkuat di Dataran Tengah itu berbincang-bincang sembari menikmati makanan dan arak hingga larut malam. Banyak yang mereka bicarakan juga rencanakan. Sedangkan gadis kecil itu mendengarkan dengan seksama hingga tertidur.Manor Duan, Perbatasan Utara Kaili"Jenderal Duan!" Seorang pria berlari kencang menuju kediaman sang Jenderal."Ahao kenapa kau lari seperti dikejar hantu?" Seorang pelayan wanita menatapnya dengan heran.Dia tengah menyapu halaman dan menyiram bunga-bunga di halaman. Cuaca yang panas membuat semuanya kering dan berdebu."Bibi, aku harus bertemu Jenderal Duan. Ada berita penting dari Dataran Tengah." Ahao berkata dengan terbata-bata karena napasnya tersengal-sengal setelah berlarian dengan kencang."Baiklah! Aku mengerti, tetapi sebaiknya tarik napas pelan-pelan dan setelah napasmu normal pergilah melapor pada Tuan Jenderal!" Wanita paruh baya itu menyarankan."Baik Bibi!" Ahao menuruti sarannya dan menarik napas pelan-pelan."Aku ke sana Bibi." Setelah napasnya normal dan tidak tersengal-sengal, Ahao bergegas menuju ruangan utama kediaman Jenderal Duan.Jenderal Duan Xiao Tian merupakan putra pertama dari Tetua Duan dari Istri Di, istri sahnya. Meski dia tidak mewarisi kehebatan kla
Pondok Willow, Kaili"Paman Gu, aku sangat bahagia!" Nyonya Tua Feng menatap langit pagi hari yang bersih.Awan putih berarak-arak tertiup angin dan menyisakan langit biru yang cerah. Matahari pagi bersinar dan mulai terasa menyengat."Benar Nyonya, sinyal Pedang Es sudah cukup membuat kita memiliki harapan. Yang Mulia Kaisar Ao Yu Long tidak akan membiarkan rakyatnya menderita." Paman Gu, pria tua yang sudah mengabdi di Pondok Willow sedari sebelum Lady Ming lahir itu tersenyum tipis."Nyonya Tua Feng!" Seorang pelayan berlari menuju tempat mereka."Aiyo ada apakah? Kenapa kau berlarian seperti itu?" Nyonya Tua Feng menatap gadis itu dengan heran."Ada utusan dari Kota Jiang dan Kota Xia. Mereka ingin bertemu Nyonya!" Gadis pelayan itu melapor dengan rentetan kata-kata yang sangat cepat dan napasnya tersengal-sengal."Aiyo hanya ada tamu dan kau berlarian seperti telah melihat hantu." Nyonya Tua Feng terkekeh dan menepuk bahu gadis itu."Istirahatlah! Setelah itu bantu Nyonya Hu untu
Beberapa bulan kemudian di Padang Muhly, Dataran Tengah"Hya! Hya!" Lecutan cambuk dan suara teriakan bercampur ringkikan kuda terdengar di tengah padang rumput merah muda.Angin musim gugur yang dingin bertiup cukup kencang mengibarkan rerumputan merah muda yang meliuk bak ombak air yang mengalun di pantai. Menciptakan pemandangan indah jika dilihat dari kejauhan."Tian Min!" Seseorang berteriak keras memanggil sang penunggang kuda."Ada apa?" Tian Min berseru menyahut dan mengarahkan kudanya ke tempat orang itu."Ada berita mengenai mata-mata Lotus Hitam." A Gui, mengambil gulungan kertas yang terselip di leher merpati yang bertengger di lengannya."Benarkah?" Tian Min mengambil gulungan kertas itu, membukanya dan membacanya."Hemm, aku tidak tahu apa yang diinginkan Lotus Hitam. Mengapa mereka menyerang Wisma Nyonya Ning waktu itu?" Tian Min mengerutkan keningnya."Aku tidak tahu. Aku rasa karena mereka
Gurun Barat"Tempat ini sepi sekali," gumam seseorang yang baru saja tiba di sebuah desa.Angin gurun yang kering bertiup dan membawa debu pasir. Membuat jarak pandangnya terhalang."Benarkah ini sebuah desa?" gumamnya lagi seraya melompat turun dari kudanya. Hanfunya yang berwarna putih turut berkibar tertiup angin. Wajahnya tertutup caping bercadar hingga sulit untuk dikenali apakah dia wanita atau lelaki."Apakah ada orang di sini?" teriaknya, berseru memanggil siapa saja yang mendengar seruannya.Masih tak terdengar tanda-tanda adanya seseorang di tempat ini. Hanya desau angin yang terdengar. Perlahan-lahan orang itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling."Desa mati?" gumamnya lagi seraya menatap rumah-rumah beratap lumpur kering yang terlihat lengang. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, meski hanya seekor ayam saja.Namun orang itu tetap waspada meski tidak ada seseorang yang muncul di tempat itu. Dia tidak memba
"Kau gila!" Fei Yu berteriak saat tubuhnya turut terseret ke dalam air.Pria itu hanya tertawa dan keduanya tergulung ombak yang dibuat oleh Fei Yu sendiri. Setelah beberapa saat air pun menjadi tenang dan keduanya berenang menuju tepi oase."Maafkan aku! Aku tidak bermaksud menyerangmu atau mengganggumu." Pria itu tersenyum dan duduk di tepi oase."Ketua Qilin, apakah begitu caramu meminta maaf?" Fei Yu mendesah kesal saat melihat pria itu justru duduk dengan santai.Ketua Qilin tertawa tergelak melihat ekspresi Fei Yu yang menurutnya sangat lucu."Baiklah aku akan mencari kayu dan membuat api. Kau tunggulah di sini dan jangan kemana-mana!" Ketua Qilin beranjak menuju Qiu yang tertambat di salah satu bebatuan setelah mengeringkan rambutnya."Aku pinjam kudamu!" Serunya seraya melompat ke punggung kuda."Aiyo dasar pria tidak sopan! Kemana kudanya sendiri?" Fei Yu semakin merasa kesal tetapi tidak bisa berbuat apapun.
"Naiklah!" Ketua Qilin membantu Fei Yu untuk menaiki kudanya."Bagaimana denganmu?" Fei Yu menatap pria yang kini memegangi tali kekang kudanya."Aku berjalan kaki. Desa tidak begitu jauh lagi." Ketua Qilin tersenyum dan menunjuk ke suatu arah.Fei Yu memicingkan matanya, tetapi hingga cukup lama memperhatikan, tidak dapat dilihatnya tanda-tanda sebuah pemukiman. Sejauh mata memandang hanyalah pasir yang diselingi dengan pokok kaktus, palem dan kurma."Baiklah!" Fei Yu tersenyum. Perlahan ditepuknya punggung Qiu. Kuda itu meringkik kemudian mulai berjalan pelan-pelan."Fei Yu, bagaimana kabar Gurun Barat?" Ketua Qilin bertanya dengan hati-hati."Aku rasa suku Xiaong Nu mulai bergerak. Namun anehnya mereka seperti kehilangan minat untuk mendobrak pertahanan pasukan Kaili di Barat." Fei Yu menyahut dengan santai.Bagi Fei Yu selama tidak menyentuh dirinya dan menganggu kehidupannya, itu bukanlah urusannya. Suku Xiaong Nu h
"Kita harus segera kembali ke Hutan Kematian!" Fu Rui berjalan bersisian dengan Ketua Qilin.Sedangkan Fei Yu masih duduk di punggung Qiu. Kuda itu berjalan pelan seakan-akan mengerti dia tidak boleh mendahului orang-orang yang mengikuti majikannya."Kenapa terburu-buru?" Ketua Qilin berhenti sebentar dan memetik setangkai bunga berwarna ungu muda dan memberikannya pada Fei Yu. Wanita itu menerimanya dan hanya meliriknya sekilas."Ada kabar dari Hutan Kematian." Sahut Fu Rui tanpa ekspresi."Baiklah! Kita langsung saja melanjutkan perjalanan tanpa mampir ke desa bukan?" Ketua Qilin bertanya."Tidak, kita harus mengambil perbekalan. Setidaknya perbekalan kita harus mencukupi hingga kita tiba di wilayah Kaili." Fu Rui tersenyum tipis."Nona! Nona!" Baru saja Fu Rui selesai berbicara terdengar seseorang berseru-seru memanggil Fu Rui.Seorang bocah lelaki datang bersama kudanya. Dia membawa beberapa barang di punggung kuda i
Fei Yu bergerak lincah menghindari serangan dari orang-orang Lotus Hitam. Formasi Dua Belas Kelopak Bunga Lotus memang formasi yang digunakan untuk menjebak musuh dalam sebuah formasi berlapis."Fei Yu berhati-hatilah! Jangan sampai masuk ke dalam inti formasi mereka!" Ketua Qilin berseru memperingatkannya."Kau tidak perlu mengkhawatirkannya! Khawatirkan saja dirimu sendiri!" Ketua Sun terkekeh dan kembali menyerangnya dengan serentetan jarum beracun yang beterbangan menghujaninya."Kau terlalu percaya diri Ketua Sun!" Ketua Qilin tertawa mengejeknya."Kau meremehkanku Ketua Qilin!" Ketua Sun yang memang mudah marah mulai tidak sabar menghadapi Ketua Qilin yang terkesan bermain-main saja.Ketua Qilin jarang muncul di hadapan umum. Sebenarnya hampir seluruh anggota Sekte Keabadian memang hampir tidak pernah muncul dan berkeliaran di tempat-tempat umum. Mereka juga jarang memancing keributan karenanya masih banyak orang-orang Jianghu kuran
Meigui Jin, Ibukota Negeri UtaraLi Feng Hai menatap Permaisuri Ye Yang hampir saja memuntahkan darah saat membuka kotak-kotak peti yang dibawanya. Wanita cantik itu seketika menjadi pucat pasi. Perutnya terasa mual."Yang Mulia, selain itu ada pesan dari Tuan Xie Jing Cuan sebagai pemilik Wisma Lonceng Naga." Li Feng Hai menyerahkan sebuah gulungan.Permaisuri Ye membacanya dan kemudian berteriak marah melemparkan gulungan itu. Jika kedua peti berisi kepala Kasim Zhou dan Kasim Zheng membuatnya merasa ngeri, maka gulungan itu membuatnya naik darah."Apa kalian ingin membuatku bangkrut," geramnya seraya melirik Li Feng Hai.Li Feng Hai hanya tersenyum tipis. Kemudian dia menjelaskan tujuannya datang ke Negeri Utara selain membawa kepala kedua kasim yang dipenggal Wu Hongyi dan juga tagihan dari Xie Jing Cuan atas merusak Wisma Lonceng Naga."Yang Mulia, Negeri Kaili tidak akan ikut campur suksesi di Negeri Utara. Namun, Kaisar Ao
Seperti yang dikatakan Xie Jing Cuan tadi, matahari perlahan-lahan muncul di timur. Meski masih malu-malu, tetapi sinarnya cukup untuk menyinari pedang di tangan Xie Jing Cuan.Di halaman wisma, di mana semua orang berkumpul, Pedang Bulan milik Wu Hongyi tiba-tiba bergetar dan melayang. Pedang itu terbang melesat meninggalkan halaman."Ketua," gumam Wu Hongyi lirih. Dia berusaha untuk bangun dan mengikuti pedangnya. Namun, tubuhnya tak mampu lagi."Yu, kita harus ke danau!" Fu Rui segera memapah Wu Hongyi dan membawanya terbang. Diikuti Ketua Qilin dan yang lain. Sebelum itu Dun Ming sempat meminta para pelayan wisma untuk mengurus jenazah Kang Li.Mereka tiba di danau yang membeku, tepat saat Xie Jing Cuan melemparkan Pedang Matahari yang bersatu dengan Pedang Bulan ke arah Zhang Jiawu dan tepat menancap di dadanya. Pria itu menatap dadanya yang terluka parah. Dicabutnya pedang itu dan melemparkannya. Dia hendak menyerang
Ketua Qilin tertegun, pasir keemasan berhamburan di halaman wisma. Sosok Feiyu berdiri tegak di tengah halaman dengan pusaran pasir mengelilinginya."Aku tidak keberatan untuk menyapu bersih kalian semua," ucapnya dengan tatapan dingin pada para anggota sekte Lotus Hitam yang tersisa."Bai Hua, sebaiknya kita mundur dan membantu Ketua," Yang Hui berbisik pelan. Bai Hua tidak segera menyahut.Dia menatap sekelilingnya sekilas. Kemudian dia mengangguk dan memberi isyarat agar seluruh anggota sekte mundur mengikutinya.Para tetua sekte Lotus Hitam itu pun mundur dengan terbang menjauhi wisma.Sementara itu Kang Li berusaha membantu Wu Hongyi dan Dun Ming. Namun,jurus tapak beracun milik kedua Kasim dari Negeri Utara itu mengenai dadanya. Kang Li pun tersungkur jatuh melayang dari atap aula utama."Kang Li!" Dun Ming berteriak panik dan meluncur turun untuk menangkap tubuh Kang Li. Sedangkan Wu Hongyi menatap keduanya yang meluncur d
Ao Yu Long hanya memandangi kepergian Jenderal Duan. Dia melirik atap aula utama di mana Wu Hongyi dan Dun Ming masih bertarung dengan kedua Kasim dari Negeri Utara. Di sisi lain, Dong Xiu Bai dan Mu Jin masih berjaga-jaga melindungi Pangeran Dong Fang Xian. "Xie Jing Cuan, mau tidak mau aku harus bertarung dengan Zhang Jiawu bukan?" gumamnya seraya menatap Zhang Jiawu yang masih berdiri tegak tak jauh darinya. "Aku tidak ingin bertarung denganmu, Yang Mulia." Pria berhanfu dan berjubah hitam bermotif bunga lotus itu berkata dengan kesal. "Bagiku bukan masalah, apakah harus bertarung denganmu atau tidak," sahut Ao Yu Long santai. Dia tersenyum tipis dan tangannya bergerak mengangkat pedang esnya. Pedang itu berkilau kebiruan ditimpa sinar bulan. Menimbulkan kilatan-kilatan kebiruan yang indah, tetapi juga mengerikan. Siapa pun tahu jika pedang itu ditebaskan dengan kekuatan
Kelopak-kelopak lotus hitam berhamburan menyerang Wu Hongyi dan Dun Ming. Pedang Bulan Wu Hongyi berkelebat cepat mencacah kelopak-kelopak lotus itu hingga hancur berkeping-keping.Zhang Jiawu memberi isyarat pada anggota sekte Lotus Hitam yang masih berada di luar untuk menyerbu masuk. Wu Hongyi yang menyadari situasi mulai tidak menguntungkan mereka, membunyikan lonceng di jarinya. Begitu juga dengan Dun Ming.Dari kegelapan malam, muncul sosok-sosok mayat hidup yang menghadang para anggota sekte Lotus Hitam. Sementara Kang Li sadar betul dia tidak akan bisa menahan mereka semua sendirian. Dia mengibaskan selendang putihnya disertai mantra Sutra Kematian.Selendang putih itu berkelebat dengan cepat, meliuk-liuk dan menghajar sepuluh pembunuh bayaran dari organisasi Tangan Kematian. Yu Jue, pimpinan mereka pun terluka cukup parah. Namun, kedatangan orang-orang dari sekte Lotus Hitam membuat Kang Li kerepotan.Beruntung sa
Seorang pria muda tampan berhanfu dan jubah hijau muda tersenyum menatap sang kasim. Memamerkan deretan giginya yang putih berseri-seri dan senyum yang teramat manis. "Dun Ming, si pemilik senyum malaikat," gumam Kasim Zhou. Dun Ming, ketua pintu kematian ke-lima, tersenyum tipis menganggukkan kepalanya. "Wah, rupanya Kasim Zhou masih mengingatku dengan baik. Aku sungguh merasa terhormat." Dun Ming kembali memamerkan senyuman yang bak malaikat. Sayangnya, senyum indahnya itu hampir dipastikan membawa maut bagi orang-orang di sekelilingnya. Karena itu dia dijuluki Pemilik Senyum Malaikat Maut. "Jangan halangi aku!" Kasim Zhou menyipitkan matanya dan tanpa basa-basi menyerang Dun Ming dengan pedangnya. Pemuda tampan itu hanya tersenyum tipis dan terbang menghindari serangan sang kasim. Dia melompat ke atap aula utama bergabung dengan Wu Hongyi yang tengah bertarung dengan Kasim Zheng. Wu Hongyi tertegun, tetapi tidak bertanya dan justru menjadi
Kasim Zheng menatap Wu Hongyi. Dia kembali berdiri tegak. Darah merembes di hanfu ungunya, tetapi itu tidak menghalanginya untuk melanjutkan pertarungannya. "Pangeran Mahkota patuhilah perintah Permaisuri Ye!" Dia berseru pada Pangeran Dong Fang Xian yang berdiri di atap bangunan di belakang bangunan di mana Kasim Zheng dan Wu Hongyi berada. "Kasim Zheng! Aku hanya mematuhi perintah Ayahanda Kaisar! Yang Mulia memerintahkan diriku untuk pergi dari Negeri Utara dan baru diijinkan kembali jika Yang Mulia telah tiada!" sahut Pangerang Dong Fang Xian dari kejauhan. Pangeran Dong Fang Xian berbicara dengan tenang dan tegas. Dia sangat memahami keberpihakan Kasim Zheng dan Kasim Zhou pada Permaisuri Ye. Mereka berdua merupakan Kasim yang terkuat baik posisi, status maupun ilmu beladiri diri, di dalam Istana Meigui Jin. Bahkan Kasim Wang pun belum tentu mampu mengalahkan salah satu dari mereka berdua. "Pangeran, jangan salahkan hamba!" Kasim Zheng m
Tongkat berkilau itu bergerak cepat sebelum pedang milik Rou menyabet Yu Jue. Benda itu menghantam dada Rou dan membuat gadis cantik jatuh ke tanah berlapis salju yang dingin. Seteguk darah muncrat dari mulutnya."Kami hanya ingin membawa kembali Pangeran Mahkota!" Sang pemilik tongkat, seorang pria berpakaian khas berwarna ungu dan hitam, berbicara dengan tegas.Rou berdiri meski tertatih-tatih. Dia mengusap sudut bibirnya dengan punggung tangannya. "Tidak semudah itu! Lewati aku dulu!" Rou sama sekali tidak gentar. Meski menyadari tongkat perak berkilau di tangan pria itu cukup berbahaya bahkan mungkin mematikan."Gadis kecil, jangan memaksaku!" Pria itu bergerak cepat. Tongkatnya memukul tanah dan salju kembali berhamburan bersamaan dengan batu-batuan yang melapisi halaman utama wisma.Rou dengan cepat menghindar. Dia melompat dan berputar kemudian mendarat di ujung tangga yang menuju aula utama. Meski terluka, tetapi dia masih mampu bertahan d
Pintu gerbang kayu terbuka karena ditendang dengan kekuatan yang cukup besar. Kini pintu gerbang wisma Lonceng Naga itu terbuka lebar. Papan nama kayu yang tergantung di atasnya ikut terjatuh dan terbelah dua. Hanya lonceng naga saja masih tergantung kokoh di atas pintu gerbang itu."Begitulah cara kalian bertamu?" Rou berdiri tegak di tengah halaman aula utama. Dia berdiri seorang diri, menyambut kedatangan para tamu yang tak diundang dan sepertinya juga tidak berniat untuk menginap di wisma selayaknya para tamu yang biasa mengunjungi wisma."Kami sudah membunyikan lonceng di gerbang! Namun, tidak ada yang membukakan pintu gerbang!" sahut salah seorang dari orang-orang yang memaksa untuk memasuki wisma.Dia seorang wanita cantik yang mengenakan hanfu berwarna biru dan putih. Dia melangkah maju mendekati Rou dengan penuh percaya diri."Tentu saja! Bagaimana kami akan menyambut tamu yang datang di tengah malam di tengah musim dingin seperti ini? Bu