Share

Harapan Baru

Author: Aspasya
last update Last Updated: 2023-11-02 08:54:05

Pondok Willow, Kaili

"Paman Gu, aku sangat bahagia!" Nyonya Tua Feng menatap langit pagi hari yang bersih.

Awan putih berarak-arak tertiup angin dan menyisakan langit biru yang cerah. Matahari pagi bersinar dan mulai terasa menyengat.

"Benar Nyonya, sinyal Pedang Es sudah cukup membuat kita memiliki harapan. Yang Mulia Kaisar Ao Yu Long tidak akan membiarkan rakyatnya menderita." Paman Gu, pria tua yang sudah mengabdi di Pondok Willow sedari sebelum Lady Ming lahir itu tersenyum tipis.

"Nyonya Tua Feng!" Seorang pelayan berlari menuju tempat mereka.

"Aiyo ada apakah? Kenapa kau berlarian seperti itu?" Nyonya Tua Feng menatap gadis itu dengan heran.

"Ada utusan dari Kota Jiang dan Kota Xia. Mereka ingin bertemu Nyonya!" Gadis pelayan itu melapor dengan rentetan kata-kata yang sangat cepat dan napasnya tersengal-sengal.

"Aiyo hanya ada tamu dan kau berlarian seperti telah melihat hantu." Nyonya Tua Feng terkekeh dan menepuk bahu gadis itu.

"Istirahatlah! Setelah itu bantu Nyonya Hu untuk menyiapkan kamar-kamar. Sepertinya kita akan kedatangan banyak tamu. Aku akan menemui kedua utusan itu." Nyonya Tua Feng memberikan perintah sebelum meninggalkan tempat itu dan menuju aula utama.

Kedua utusan dari Kota Jiang dan Xia segera berdiri dan membungkukkan tubuhnya saat Nyonya Tua Feng datang.

"Silakan!" Nyonya Tua Feng mempersilakan mereka untuk duduk.

"Nyonya Tua Feng, saya rasa Anda telah melihat sinyal Pedang Es beberapa waktu yang lalu." Utusan dari Kota Jiang berbicara terlebih dahulu.

"Nyonya Tua, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Utusan dari Kota Xia menimpali.

"Sebaiknya kita bersiap-siap saja. Jika Yang Mulia Kaisar Ao Yu Long memang masih hidup, aku yakin dia akan melakukan sesuatu. Kemungkinan besar akan terjadi perang besar lagi." Nyonya Tua Feng berbicara dengan hati-hati.

Ini bukan perkara mudah karena tidak ada seseorang yang dapat dikatakan menjadi pimpinan saat ini. Sekali pun mereka melihat sinyal Pedang Es tetapi belum ada instruksi dari istana.

"Biasanya dalam keadaan seperti ini Perdana Menteri Ming akan memerintahkan kami untuk menjaga perbatasan dan menjaga stok pangan dan obat-obatan." Utusan Kota Xia mendesah pelan.

"Kita lakukan saja seperti itu. Seperti saat ada Beliau. Bukankah panen kali ini tidak terlalu bagus di beberapa tempat?" Nyonya Tua Feng bertanya kepada keduanya.

"Benar tetapi di Utara dan Barat, panen sangat bagus. Kita bisa saling bertukar komoditas untuk menjaga ketersediaan pangan dan obat. Nyonya Tua katakan pada kami bahan-bahan apa saja yang kau butuhkan untuk obat-obatan." Utusan dari Jiang bertanya pada Nyonya Tua Feng.

Pondok Willow selalu menjadi pusat persediaan obat-obatan sedari masa kaisar-kaisar sebelumnya. Tidak ada yang meragukan kemampuan Klan Ming dalam meracik obat.

Sayangnya tidak semua bahan untuk obat-obatan tersedia karena itu kota-kota lain biasanya mengirimkan bahan-bahan yang ada di kota mereka.

"Aku akan siapkan daftarnya. Kalian juga harus menyiapkan daftar obat-obatan dan juga bahan makanan yang kalian butuhkan. Panen di Pondok Willow sudah selesai dan kami memiliki cukup banyak bahan makanan setelah membagikannya pada penduduk desa." Nyonya Tua Feng tersenyum getir.

Rasanya belum lama mereka menikmati kedamaian. Di masa pemerintahan Kaisar Ao Yu Shi, ayah dari Ao Yu Long, kondisi mereka belum se-stabil di masa pemerintahan Kaisar Ao Yu Long.

Ancaman dari luar seperti Tanah Bebas, Negeri Utara dan Dataran Tengah selalu mengintai mereka setiap saat. Perang tidak dapat terhindarkan. Namun perang terberat adalah di Gurun Barat, saat menghadapi suku Xiaong Nu.

Perang-perang itu menghabiskan dana dan sumber daya lainnya. Pangan dan obat-obatan dan yang paling ditakutkan adalah generasi muda. Banyak pemuda yang harus turut mengangkat senjata dan akhirnya menjadi korban perang.

"Aku tidak ingin kita kehilangan para pemuda lagi, Paman! Apapun yang terjadi perang harus dihentikan! Cukup sudah aku melihat darah generasi muda Kaili mengalir di medan perang dan menjadi tumbal atas tahtaku!" Itu kata-kata yang diucapkan Ao Yu Long saat hendak bernegosiasi dengan Zhao Lu Yang, Xie Jing Cuan dan Rong Xia Guo.

"Masih banyak yang bisa dilakukan para generasi muda kita selain berperang. Mereka bisa tetap menjadi prajurit, sarjana, tabib, pejabat, petani, nelayan ataupun pedagang. Semua itu adalah pengabdian mereka terhadap negara." Ao Yu Long terlihat sangat muram saat mengatakan itu semua.

Selama pemerintahannya, Kaili memang berkembang pesat. Dari sebuah negeri yang selalu berperang perlahan-lahan menjadi negeri yang kuat dan damai. Pertanian yang bagus, perdagangan dan hubungan antar negara yang luas dan pengetahuan yang berkembang pesat.

Sayangnya itu hanya sebentar saja. Pemberontakan Ibu Suri mengakhiri masa-masa damai dan mengembalikan Kaili pada masa suram yang telah terlewat.

Nyonya Tua Feng dan kedua utusan dari Jiang dan Xia adalah saksi hidup kedua masa itu. Mereka sudah tua dan lelah menghadapi peperangan yang tiada henti. Mereka juga sempat menikmati kedamaian meski sekejap.

"Baiklah Nyonya Tua, Jiang sangat membutuhkan persediaan gandum. Panen kami benar-benar gagal kali ini. Untuk musim gugur tahun ini kami benar-benar hanya bisa mengandalkan umbi-umbian untuk mengganjal perut kami." Utusan Kota Jiang setengah mengeluhkan kondisi kotanya.

"Xia memiliki gandum meski sedikit. Aku rasa cukup untuk bertahan hingga musim dingin. Tetapi kami kekurangan arang dan jerami." Kini utusan dari Xia mengungkapkan kondisi kotanya.

"Baiklah! Aku akan meminta orang-orang kami menyiapkan gandum dan jerami serta obat-obatan. Aku harap kalian menghubungi kota-kota sekitar untuk saling membantu." Nyonya Tua Feng menghela napas seakan-akan memiliki beban berat di dadanya.

"Jiang memiliki arang berlimpah! Aku akan menyiapkan untuk Xia. Jangan sampai kalian kedinginan di musim dingin nanti. Kita akan hadapi bersama-sama seperti yang selalu dikatakan oleh Tuan Ming." Utusan Jiang menepuk bahu rekannya.

"Aiyo aku merindukan Yang Mulia Kaisar Ao Yu Long dan Perdana Menteri Ming. Juga Jenderal Duan dan pasukannya. Semoga mereka bisa secepatnya kembali ke Kaili." Utusan dari Xia tersenyum tipis.

Cukup lama mereka bertiga berbincang-bincang menyusun rencana untuk menghadapi musim dingin dan juga peperangan yang rasanya siap meletus kapan saja.

"Nyonya Tua! Ada surat dari Jenderal Duan!" Kali ini seorang pelayan laki-laki berlari memasuki aula utama dengan sebuah gulungan surat di tangannya.

Nyonya Tua Feng mengambil gulungan surat itu dan membacanya. Dia membaca dengan seksama, perlahan-lahan air mukanya berubah berseri-seri.

"Jenderal Duan dan pasukannya akan kembali ke ibukota! Untuk sementara waktu Beliau akan mengisi kekosongan pemerintahan di Kaili! Sedangkan Yang Mulia Kaisar Ao Yu Long sekarang tengah menuju Pegunungan Selatan untuk menyembuhkan lukanya akibat racun Lotus Biru yang merusak dentiannya." Nyonya Feng memberitahukan isi surat tersebut pada kedua utusan dari Jiang dan Xia.

Seketika desahan lega terdengar di aula utama itu. Mereka sungguh merasa lega, setidaknya ada seorang pemimpin yang akan mengayomi kehidupan mereka. Harapan baru untuk negeri mereka yang telah cukup lama terpuruk.

Related chapters

  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Kuda Hitam Bertanduk

    Beberapa bulan kemudian di Padang Muhly, Dataran Tengah"Hya! Hya!" Lecutan cambuk dan suara teriakan bercampur ringkikan kuda terdengar di tengah padang rumput merah muda.Angin musim gugur yang dingin bertiup cukup kencang mengibarkan rerumputan merah muda yang meliuk bak ombak air yang mengalun di pantai. Menciptakan pemandangan indah jika dilihat dari kejauhan."Tian Min!" Seseorang berteriak keras memanggil sang penunggang kuda."Ada apa?" Tian Min berseru menyahut dan mengarahkan kudanya ke tempat orang itu."Ada berita mengenai mata-mata Lotus Hitam." A Gui, mengambil gulungan kertas yang terselip di leher merpati yang bertengger di lengannya."Benarkah?" Tian Min mengambil gulungan kertas itu, membukanya dan membacanya."Hemm, aku tidak tahu apa yang diinginkan Lotus Hitam. Mengapa mereka menyerang Wisma Nyonya Ning waktu itu?" Tian Min mengerutkan keningnya."Aku tidak tahu. Aku rasa karena mereka

    Last Updated : 2023-12-19
  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Badai Pasir Dari Barat

    Gurun Barat"Tempat ini sepi sekali," gumam seseorang yang baru saja tiba di sebuah desa.Angin gurun yang kering bertiup dan membawa debu pasir. Membuat jarak pandangnya terhalang."Benarkah ini sebuah desa?" gumamnya lagi seraya melompat turun dari kudanya. Hanfunya yang berwarna putih turut berkibar tertiup angin. Wajahnya tertutup caping bercadar hingga sulit untuk dikenali apakah dia wanita atau lelaki."Apakah ada orang di sini?" teriaknya, berseru memanggil siapa saja yang mendengar seruannya.Masih tak terdengar tanda-tanda adanya seseorang di tempat ini. Hanya desau angin yang terdengar. Perlahan-lahan orang itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling."Desa mati?" gumamnya lagi seraya menatap rumah-rumah beratap lumpur kering yang terlihat lengang. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, meski hanya seekor ayam saja.Namun orang itu tetap waspada meski tidak ada seseorang yang muncul di tempat itu. Dia tidak memba

    Last Updated : 2023-12-19
  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Aku Ingin Pulang

    "Kau gila!" Fei Yu berteriak saat tubuhnya turut terseret ke dalam air.Pria itu hanya tertawa dan keduanya tergulung ombak yang dibuat oleh Fei Yu sendiri. Setelah beberapa saat air pun menjadi tenang dan keduanya berenang menuju tepi oase."Maafkan aku! Aku tidak bermaksud menyerangmu atau mengganggumu." Pria itu tersenyum dan duduk di tepi oase."Ketua Qilin, apakah begitu caramu meminta maaf?" Fei Yu mendesah kesal saat melihat pria itu justru duduk dengan santai.Ketua Qilin tertawa tergelak melihat ekspresi Fei Yu yang menurutnya sangat lucu."Baiklah aku akan mencari kayu dan membuat api. Kau tunggulah di sini dan jangan kemana-mana!" Ketua Qilin beranjak menuju Qiu yang tertambat di salah satu bebatuan setelah mengeringkan rambutnya."Aku pinjam kudamu!" Serunya seraya melompat ke punggung kuda."Aiyo dasar pria tidak sopan! Kemana kudanya sendiri?" Fei Yu semakin merasa kesal tetapi tidak bisa berbuat apapun.

    Last Updated : 2023-12-20
  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Bidadari Dari Hutan Kematian

    "Naiklah!" Ketua Qilin membantu Fei Yu untuk menaiki kudanya."Bagaimana denganmu?" Fei Yu menatap pria yang kini memegangi tali kekang kudanya."Aku berjalan kaki. Desa tidak begitu jauh lagi." Ketua Qilin tersenyum dan menunjuk ke suatu arah.Fei Yu memicingkan matanya, tetapi hingga cukup lama memperhatikan, tidak dapat dilihatnya tanda-tanda sebuah pemukiman. Sejauh mata memandang hanyalah pasir yang diselingi dengan pokok kaktus, palem dan kurma."Baiklah!" Fei Yu tersenyum. Perlahan ditepuknya punggung Qiu. Kuda itu meringkik kemudian mulai berjalan pelan-pelan."Fei Yu, bagaimana kabar Gurun Barat?" Ketua Qilin bertanya dengan hati-hati."Aku rasa suku Xiaong Nu mulai bergerak. Namun anehnya mereka seperti kehilangan minat untuk mendobrak pertahanan pasukan Kaili di Barat." Fei Yu menyahut dengan santai.Bagi Fei Yu selama tidak menyentuh dirinya dan menganggu kehidupannya, itu bukanlah urusannya. Suku Xiaong Nu h

    Last Updated : 2023-12-20
  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Diserang

    "Kita harus segera kembali ke Hutan Kematian!" Fu Rui berjalan bersisian dengan Ketua Qilin.Sedangkan Fei Yu masih duduk di punggung Qiu. Kuda itu berjalan pelan seakan-akan mengerti dia tidak boleh mendahului orang-orang yang mengikuti majikannya."Kenapa terburu-buru?" Ketua Qilin berhenti sebentar dan memetik setangkai bunga berwarna ungu muda dan memberikannya pada Fei Yu. Wanita itu menerimanya dan hanya meliriknya sekilas."Ada kabar dari Hutan Kematian." Sahut Fu Rui tanpa ekspresi."Baiklah! Kita langsung saja melanjutkan perjalanan tanpa mampir ke desa bukan?" Ketua Qilin bertanya."Tidak, kita harus mengambil perbekalan. Setidaknya perbekalan kita harus mencukupi hingga kita tiba di wilayah Kaili." Fu Rui tersenyum tipis."Nona! Nona!" Baru saja Fu Rui selesai berbicara terdengar seseorang berseru-seru memanggil Fu Rui.Seorang bocah lelaki datang bersama kudanya. Dia membawa beberapa barang di punggung kuda i

    Last Updated : 2023-12-21
  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Formasi Dua Belas Kelopak Lotus

    Fei Yu bergerak lincah menghindari serangan dari orang-orang Lotus Hitam. Formasi Dua Belas Kelopak Bunga Lotus memang formasi yang digunakan untuk menjebak musuh dalam sebuah formasi berlapis."Fei Yu berhati-hatilah! Jangan sampai masuk ke dalam inti formasi mereka!" Ketua Qilin berseru memperingatkannya."Kau tidak perlu mengkhawatirkannya! Khawatirkan saja dirimu sendiri!" Ketua Sun terkekeh dan kembali menyerangnya dengan serentetan jarum beracun yang beterbangan menghujaninya."Kau terlalu percaya diri Ketua Sun!" Ketua Qilin tertawa mengejeknya."Kau meremehkanku Ketua Qilin!" Ketua Sun yang memang mudah marah mulai tidak sabar menghadapi Ketua Qilin yang terkesan bermain-main saja.Ketua Qilin jarang muncul di hadapan umum. Sebenarnya hampir seluruh anggota Sekte Keabadian memang hampir tidak pernah muncul dan berkeliaran di tempat-tempat umum. Mereka juga jarang memancing keributan karenanya masih banyak orang-orang Jianghu kuran

    Last Updated : 2023-12-21
  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Utusan Tanah Bebas

    "Da Jie!" Ketua Qilin memeluk Fu Rui dan menahan tubuhnya agar tidak jatuh.Sementara itu formasi Dua Belas Kelopak Lotus telah berantakan dan kacau. Badai pasir milik Fei Yu membuat mereka terluka."Kalian beruntung! Tetapi dia pasti akan mati." Ketua Sun menatap mereka berdua dengan tatapan mengejek."Kalau dia mati, kau pun harus mati!" Ketua Qilin berteriak marah dan menyerang Ketua Sun dengan jurus Tanpa Bayangan"Ketua Qilin! Tahan!" Tiba-tiba saja seseorang berteriak membuat Ketua Qilin menahan serangannya.Sesosok berkelebat dan berdiri di antara Ketua Qilin dan Ketua Sun. Seorang pria berhanfu putih dengan jubah biru menatap keduanya bergantian."Jangan ikut campur urusan kami!" Ketua Sun berteriak marah padanya."Aku tidak akan ikut campur urusan kalian! Aku hanya ingin menyampaikan pesan dari Tuan Zhao Lu Yang!" Pria itu berkata dengan tegas."Cukup sulit bagiku untuk menemukan orang-orang sekte Lotus

    Last Updated : 2023-12-22
  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Xinxin, Ketua Pintu Ke Tujuh

    "Ketua Xin, kita harus secepatnya melaporkan ini pada Ketua Xie." Pria yang sedari tadi berada di balik bayangan dan melihat pertarungan antara Ketua Qilin dan Ketua Sun, berkata pada wanita yang berdiri di sebelahnya."Aku mencemaskan Fu Rui," gumam wanita itu tak menghiraukan ucapan anak buahnya."Ketua Fu Rui terkena racun debu lotus, apakah Anda ingin salah satu dari kami mengikuti mereka?" Pria itu bertanya pada wanita itu."Ikuti mereka dan pastikan mereka baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu kalian harus mengabari Ketua Ang Bei atau Ketua Chao Yun, mereka bisa membantu Ketua Qilin mencarikan penawar racun debu lotus." Wanita itu memberikan instruksi dan segera dilaksanakan pria tadi."Baik!" Pria itu kembali menyatu dengan bayangan dan menghilang.Dia adalah Ketua Xinxin, ketua pintu ketujuh dari Sekte Sembilan Pintu Kematian. Wanita misterius yang hampir tidak pernah muncul, sekali pun itu di Wisma Lonceng Naga."Kita kem

    Last Updated : 2023-12-22

Latest chapter

  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Suasana Tenang Yang Menghanyutkan

    Meigui Jin, Ibukota Negeri UtaraLi Feng Hai menatap Permaisuri Ye Yang hampir saja memuntahkan darah saat membuka kotak-kotak peti yang dibawanya. Wanita cantik itu seketika menjadi pucat pasi. Perutnya terasa mual."Yang Mulia, selain itu ada pesan dari Tuan Xie Jing Cuan sebagai pemilik Wisma Lonceng Naga." Li Feng Hai menyerahkan sebuah gulungan.Permaisuri Ye membacanya dan kemudian berteriak marah melemparkan gulungan itu. Jika kedua peti berisi kepala Kasim Zhou dan Kasim Zheng membuatnya merasa ngeri, maka gulungan itu membuatnya naik darah."Apa kalian ingin membuatku bangkrut," geramnya seraya melirik Li Feng Hai.Li Feng Hai hanya tersenyum tipis. Kemudian dia menjelaskan tujuannya datang ke Negeri Utara selain membawa kepala kedua kasim yang dipenggal Wu Hongyi dan juga tagihan dari Xie Jing Cuan atas merusak Wisma Lonceng Naga."Yang Mulia, Negeri Kaili tidak akan ikut campur suksesi di Negeri Utara. Namun, Kaisar Ao

  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Pertarungan Berakhir

    Seperti yang dikatakan Xie Jing Cuan tadi, matahari perlahan-lahan muncul di timur. Meski masih malu-malu, tetapi sinarnya cukup untuk menyinari pedang di tangan Xie Jing Cuan.Di halaman wisma, di mana semua orang berkumpul, Pedang Bulan milik Wu Hongyi tiba-tiba bergetar dan melayang. Pedang itu terbang melesat meninggalkan halaman."Ketua," gumam Wu Hongyi lirih. Dia berusaha untuk bangun dan mengikuti pedangnya. Namun, tubuhnya tak mampu lagi."Yu, kita harus ke danau!" Fu Rui segera memapah Wu Hongyi dan membawanya terbang. Diikuti Ketua Qilin dan yang lain. Sebelum itu Dun Ming sempat meminta para pelayan wisma untuk mengurus jenazah Kang Li.Mereka tiba di danau yang membeku, tepat saat Xie Jing Cuan melemparkan Pedang Matahari yang bersatu dengan Pedang Bulan ke arah Zhang Jiawu dan tepat menancap di dadanya. Pria itu menatap dadanya yang terluka parah. Dicabutnya pedang itu dan melemparkannya. Dia hendak menyerang

  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Aku Tidak Akan Mati Semudah Itu

    Ketua Qilin tertegun, pasir keemasan berhamburan di halaman wisma. Sosok Feiyu berdiri tegak di tengah halaman dengan pusaran pasir mengelilinginya."Aku tidak keberatan untuk menyapu bersih kalian semua," ucapnya dengan tatapan dingin pada para anggota sekte Lotus Hitam yang tersisa."Bai Hua, sebaiknya kita mundur dan membantu Ketua," Yang Hui berbisik pelan. Bai Hua tidak segera menyahut.Dia menatap sekelilingnya sekilas. Kemudian dia mengangguk dan memberi isyarat agar seluruh anggota sekte mundur mengikutinya.Para tetua sekte Lotus Hitam itu pun mundur dengan terbang menjauhi wisma.Sementara itu Kang Li berusaha membantu Wu Hongyi dan Dun Ming. Namun,jurus tapak beracun milik kedua Kasim dari Negeri Utara itu mengenai dadanya. Kang Li pun tersungkur jatuh melayang dari atap aula utama."Kang Li!" Dun Ming berteriak panik dan meluncur turun untuk menangkap tubuh Kang Li. Sedangkan Wu Hongyi menatap keduanya yang meluncur d

  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Membekukan Danau Hu

    Ao Yu Long hanya memandangi kepergian Jenderal Duan. Dia melirik atap aula utama di mana Wu Hongyi dan Dun Ming masih bertarung dengan kedua Kasim dari Negeri Utara. Di sisi lain, Dong Xiu Bai dan Mu Jin masih berjaga-jaga melindungi Pangeran Dong Fang Xian. "Xie Jing Cuan, mau tidak mau aku harus bertarung dengan Zhang Jiawu bukan?" gumamnya seraya menatap Zhang Jiawu yang masih berdiri tegak tak jauh darinya. "Aku tidak ingin bertarung denganmu, Yang Mulia." Pria berhanfu dan berjubah hitam bermotif bunga lotus itu berkata dengan kesal. "Bagiku bukan masalah, apakah harus bertarung denganmu atau tidak," sahut Ao Yu Long santai. Dia tersenyum tipis dan tangannya bergerak mengangkat pedang esnya. Pedang itu berkilau kebiruan ditimpa sinar bulan. Menimbulkan kilatan-kilatan kebiruan yang indah, tetapi juga mengerikan. Siapa pun tahu jika pedang itu ditebaskan dengan kekuatan

  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Formasi Bunga Lotus Mekar

    Kelopak-kelopak lotus hitam berhamburan menyerang Wu Hongyi dan Dun Ming. Pedang Bulan Wu Hongyi berkelebat cepat mencacah kelopak-kelopak lotus itu hingga hancur berkeping-keping.Zhang Jiawu memberi isyarat pada anggota sekte Lotus Hitam yang masih berada di luar untuk menyerbu masuk. Wu Hongyi yang menyadari situasi mulai tidak menguntungkan mereka, membunyikan lonceng di jarinya. Begitu juga dengan Dun Ming.Dari kegelapan malam, muncul sosok-sosok mayat hidup yang menghadang para anggota sekte Lotus Hitam. Sementara Kang Li sadar betul dia tidak akan bisa menahan mereka semua sendirian. Dia mengibaskan selendang putihnya disertai mantra Sutra Kematian.Selendang putih itu berkelebat dengan cepat, meliuk-liuk dan menghajar sepuluh pembunuh bayaran dari organisasi Tangan Kematian. Yu Jue, pimpinan mereka pun terluka cukup parah. Namun, kedatangan orang-orang dari sekte Lotus Hitam membuat Kang Li kerepotan.Beruntung sa

  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Pertarungan Di Malam Bersalju 2

    Seorang pria muda tampan berhanfu dan jubah hijau muda tersenyum menatap sang kasim. Memamerkan deretan giginya yang putih berseri-seri dan senyum yang teramat manis. "Dun Ming, si pemilik senyum malaikat," gumam Kasim Zhou. Dun Ming, ketua pintu kematian ke-lima, tersenyum tipis menganggukkan kepalanya. "Wah, rupanya Kasim Zhou masih mengingatku dengan baik. Aku sungguh merasa terhormat." Dun Ming kembali memamerkan senyuman yang bak malaikat. Sayangnya, senyum indahnya itu hampir dipastikan membawa maut bagi orang-orang di sekelilingnya. Karena itu dia dijuluki Pemilik Senyum Malaikat Maut. "Jangan halangi aku!" Kasim Zhou menyipitkan matanya dan tanpa basa-basi menyerang Dun Ming dengan pedangnya. Pemuda tampan itu hanya tersenyum tipis dan terbang menghindari serangan sang kasim. Dia melompat ke atap aula utama bergabung dengan Wu Hongyi yang tengah bertarung dengan Kasim Zheng. Wu Hongyi tertegun, tetapi tidak bertanya dan justru menjadi

  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Pertarungan Di Malam Bersalju 1

    Kasim Zheng menatap Wu Hongyi. Dia kembali berdiri tegak. Darah merembes di hanfu ungunya, tetapi itu tidak menghalanginya untuk melanjutkan pertarungannya. "Pangeran Mahkota patuhilah perintah Permaisuri Ye!" Dia berseru pada Pangeran Dong Fang Xian yang berdiri di atap bangunan di belakang bangunan di mana Kasim Zheng dan Wu Hongyi berada. "Kasim Zheng! Aku hanya mematuhi perintah Ayahanda Kaisar! Yang Mulia memerintahkan diriku untuk pergi dari Negeri Utara dan baru diijinkan kembali jika Yang Mulia telah tiada!" sahut Pangerang Dong Fang Xian dari kejauhan. Pangeran Dong Fang Xian berbicara dengan tenang dan tegas. Dia sangat memahami keberpihakan Kasim Zheng dan Kasim Zhou pada Permaisuri Ye. Mereka berdua merupakan Kasim yang terkuat baik posisi, status maupun ilmu beladiri diri, di dalam Istana Meigui Jin. Bahkan Kasim Wang pun belum tentu mampu mengalahkan salah satu dari mereka berdua. "Pangeran, jangan salahkan hamba!" Kasim Zheng m

  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Kasim Zheng

    Tongkat berkilau itu bergerak cepat sebelum pedang milik Rou menyabet Yu Jue. Benda itu menghantam dada Rou dan membuat gadis cantik jatuh ke tanah berlapis salju yang dingin. Seteguk darah muncrat dari mulutnya."Kami hanya ingin membawa kembali Pangeran Mahkota!" Sang pemilik tongkat, seorang pria berpakaian khas berwarna ungu dan hitam, berbicara dengan tegas.Rou berdiri meski tertatih-tatih. Dia mengusap sudut bibirnya dengan punggung tangannya. "Tidak semudah itu! Lewati aku dulu!" Rou sama sekali tidak gentar. Meski menyadari tongkat perak berkilau di tangan pria itu cukup berbahaya bahkan mungkin mematikan."Gadis kecil, jangan memaksaku!" Pria itu bergerak cepat. Tongkatnya memukul tanah dan salju kembali berhamburan bersamaan dengan batu-batuan yang melapisi halaman utama wisma.Rou dengan cepat menghindar. Dia melompat dan berputar kemudian mendarat di ujung tangga yang menuju aula utama. Meski terluka, tetapi dia masih mampu bertahan d

  • Penguasa Sembilan Pintu Kematian    Sepuluh Pembunuh Bayaran

    Pintu gerbang kayu terbuka karena ditendang dengan kekuatan yang cukup besar. Kini pintu gerbang wisma Lonceng Naga itu terbuka lebar. Papan nama kayu yang tergantung di atasnya ikut terjatuh dan terbelah dua. Hanya lonceng naga saja masih tergantung kokoh di atas pintu gerbang itu."Begitulah cara kalian bertamu?" Rou berdiri tegak di tengah halaman aula utama. Dia berdiri seorang diri, menyambut kedatangan para tamu yang tak diundang dan sepertinya juga tidak berniat untuk menginap di wisma selayaknya para tamu yang biasa mengunjungi wisma."Kami sudah membunyikan lonceng di gerbang! Namun, tidak ada yang membukakan pintu gerbang!" sahut salah seorang dari orang-orang yang memaksa untuk memasuki wisma.Dia seorang wanita cantik yang mengenakan hanfu berwarna biru dan putih. Dia melangkah maju mendekati Rou dengan penuh percaya diri."Tentu saja! Bagaimana kami akan menyambut tamu yang datang di tengah malam di tengah musim dingin seperti ini? Bu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status