“Dia meyuruh saya makan kibul ayam sebanyak tujuh puluh tujuh buah...”
“Kibul ayam. Benda apa itu, bagaimana ujudnya?” bertanya Jin Tanpa Bentuk Tanpa Ujud.
“Itu Guru... Bagian lancip yang menempel di pantat ayam...” menerangkan Jin Selaksa Angin.
“Ahahaha...!” Jin Tanpa Bentuk Tanpa Ujud berseru lalu tertawa gelak-gelak.
“Muridku, jika kau sudah puas dengan kentutmu yang indah itu, berarti kau telah mencapai kesembuhan. Apakah kau telah menghaturkan terima kasihmu pada pemuda dari negeri manusia itu?”
“Aku memang merencanakan untuk mencarinya dan menyampaikan rasa terima kasihku. Namun sebelum hal itu kesampaian kuketahui dia ternyata seorang jahanam besar...”
“Jahanam besar bagaimana maksudmu, muridku?”
“Dia menimbulkan bencana busuk dan keji di mana-mana!”
“Bencana busuk keji yang bagaimana?”
“Dia ternyata
“Namun... muridku, aku juga menaruh dugaan. Hilangnya daya ingatmu mungkin juga disebabkan oleh satu penderitaan sangat berat yang bersarang mulai dari hati sampai ke pikiranmu. Kemudian, ketika kau siuman kau mempunyai satu sifat aneh. Yakni suka akan warna dan benda apa saja yang berwarna kuning. Itu sebabnya kau membuat sendiri jubah berwarna kuning. Mengecat wajahmu dengan jelaga kuning. Memakai sunting dan subang serta kalung dan gelang warna kuning. Selama bertahun-tahun aku memberi pelajaran ilmu silat dan kesaktian padamu di dalam goa ini, aku berusaha menyembuhkan kesadaranmu. Tetapi tidak berhasil. Mungkin selama kau berada di luar sana ada sesuatu yang mampu membuat kau mengingat-ingat siapa dirimu sebenarnya?”Si nenek terdiam sejurus. Lalu gelengkan kepala.“Aku yakin selama belasan tahun di luaran kau bertemu banyak orang. Apakah tidak satupun di antara mereka yang menimbulkan rasa ingat dalam dirimu...?”“Aku tidak bi
Sebelum mengikuti apa yang akan dilakukan Jin Selaksa Angin alias Jin Selaksa Kentut setelah dia meninggalkan goa di teluk Pabuntusamudera itu, kita kembali pada Ruhcinta dan Ruhsantini. Seperti dikisahkan dalam episode sebelumnya, kedua orang itu meninggalkan Bukit Batu Kawin setelah menyaksikan upacara pernikahan Ksatria Pengembara dengan Jin Santet Laknat yang berubah menjelma menjadi seorang gadis cantik bernama Ruhrembulan. Karena datang terlambat Ruhsantini dan Ruhrembulan tidak mengetahui siapa sebenarnya Ruhrembulan itu.Ruhcinta yang masih berada dalam keadaan pingsan akibat tidak tahan melihat upacara pernikahan Bintang dengan Ruhrembulan, oleh Ruhsantini dilarikan ke goa di mana mereka sebelumnya berada. Ruhsantini membaringkan Ruhcinta di lantai goa lalu setelah memeriksa keadaan gadis itu, istri Jin Bara Neraka ini cepat-cepat mengerahkan tenaga dalamnya ke tubuh Ruhcinta melalui pergelangan tangan dan dada. Karena pingsannya Ruhcinta bukan akibat cidera atau luk
Saat itu seperti terngiang kembali di telinga Ruhcinta suara lantang Ramahila si juru nikah. “Bintang dan Ruhrembulan. Kalian berdua telah aku nikahkan disaksikan langit dan bumi. Apa yang kalian ucapkan didengar oleh para Dewa dan semua roh yang tergantung antara langit dan bumi. Semoga kalian mendapat berkah. Saat ini kalian telah resmi menjadi suami istri.”Ruhcinta mendadak merasa sekujur tubuhnya menjadi dingin. Dia menggigil. Melihat ini Ruhsantini berkata. “Cuaca memang buruk akhir-akhir ini. Aku akan mencari kayu untuk menyalakan unggun. Biar goa ini menjadi hangat...”“Tidak usah Ruhsantini, aku masih bisa menahan gejolak cobaan ini. Pertanyaanku tadi... kau tahu siapa adanya gadis yang menjadi istri Bintang itu?”“Aku tak pernah melihat gadis itu sebelumnya. Ramahila menyebut namanya Ruhrembulan. Satu nama yang juga rasanya asing bagiku dan bagi semua orang di Negeri Jin ini...”“Apapun keane
“Pertanyaanmu itu sudah terjawab Ruhsantini. Bintang telah memilih Ruhrembulan sebagai istrinya. Berarti gadis itulah yang dicintainya.”Ruhsantini menarik nafas panjang. Sambil gelengkan kepala dia berkata. “Seperti kataku tadi, ada keanehan di balik pernikahan pemuda asing dan gadis tak dikenal bernama Ruhrembulan itu. Aku tidak tahu apa adanya. Biar nanti keadaan yang akan mengungkapnya sendiri. Lalu mengenai kebingunganmu karena tersiar kabar bahwa pemuda itu telah berbuat mesum di mana-mana, kalau memang itu benar sungguh sangat disayangkan. Aku tak tahu lagi mau bicara apa. Tapi Ruhcinta, kalau boleh aku mengatakan, sebaiknya pembicaraan ini tidak usah kita perpanjang. Jangan kau sampai berlarut-larut tenggelam dalam perasaan hatimu sendiri.”“Aku setuju,” jawab Ruhcinta perlahan. Namun dalam hati gadis ini berkata. “Ruhsantini, kau tidak tahu atau mungkin berpura-pura tidak tahu. Saat ini aku bukan saja tenggelam dalam p
Kita ikuti dulu ihwal kakek berjuluk Jin Terjungkir Langit yang aslinya bernama Pasedayu, ayah kandung dari empat orang anak yang terlahir membawa tanda bunga dalam lingkaran pada lengan sebelah atas. Sebegitu jauh dia telah bertemu dengan dua orang yang memiliki tanda tersebut yakni Maithatarun alias Jin Kaki Batu dan Patandai alias Jin Bara Neraka.Pagi itu Jin Terjungkir Langit tegak bersandar di batang sebuah pohon tak jauh dari tepi telaga. Kaki ke atas kepala ke bawah, dua tangan dipergunakan sebagai kaki. Tangan kanannya yang cidera akibat hantaman tongkat tulang Sang Junjungan masih dibalut dengan segulung pelepah pisang. Begitu sosok berjubah hitam bermuka dilapisi tanah liat hitam muncul di hadapannya, dia segera menegur.“Sahabat bermuka tanah liat, sejak pagi kau menghilang tanpa memberitahu ke mana kau pergi. Begitu kembali kulihat kau berubah sikap...”“Kek, apa maksudmu?” tanya orang bermuka tanah liat yang di Negeri Jin di
Yang berjubah kuning gelap adalah seorang kakek berambut putih kelabu awut-awutan. Mata kanan sipit kecil sebaliknya mata kiri besar membeliak. Di pinggangnya kakek ini membekal sebilah senjata berbentuk clurit besar berwarna hitam legam.Di sebelah kakek berjubah kuning gelap tegak berdiri seorang nenek yang penampilannya luar biasa aneh dan menggidikkan. Kulit muka, dada dan perutnya seperti terkelupas. Hidungnya nyaris gerumpung. Bola mata kanannya terbujur keluar, setengah tergantung di pipinya yang tidak berdaging. Nenek ini tidak mempunyai tangan kanan alias buntung. Tapi di atas keningnya menempel satu potongan tangan yang ternyata adalah kutungan tangan kanan sendiri! Seperti si kakek dia membekal sebilah clurit berwarna putih berkilauan.Siapakah dua tua bangka aneh ini? Dalam rimba persilatan Jin mereka pernah dikenal dengan julukan Sepasang Jin Bercinta. Si kakek bernama Pajahilio sedang si nenek bernama Ruhjahilio. Selama puluhan tahun mereka mengelana, hid
“Pajahilio! Kau buas sekali! Jangan-jangan sudah lama kekasihmu si nenek buruk itu tidak mau bermesraan denganmu! Ha... ha... ha!”Jin Terjungkir Langit kerahkan hawa sakti yang didapatnya sewaktu berada di Lembah Seribu Kabut. Sekujur badannya mendadak sontak memancarkan sinar kebiru-biruan disertai menebarnya hawa dingin. Tubuh si kakek berubah laksana kabut, melesat mumbul ke atas.Tendangan Pajahilio mendera udara kosong kemudian menghantam pohon besar tempat Jin Terjungkir Langit tadi tegak bersandar.Braakkk!Pohon yang batangnya seukuran pemelukan manusia itu hancur berkeping-keping. Lalu dengan suara menggemuruh tumbang ke tanah!Pajahilio menggembor keras lalu berteriak. “Jin salah ujud! Aku mau lihat apa kau bisa lolos dari senjataku ini!” Lalu manusia berjubah kuning gelap ini gerakkan tangan kanannya ke pinggang di mana terselip senjatanya yang berbentuk sebuah clurit besar berwarna hitam legam. “Kekasihku,
Si Jin Budiman tampak tenang saja. Tapi diam-diam dia segera kerahkan tenaga dalam pada dua tangannya. Kalau perlu dia siap untuk sama-sama mati mengadu jiwa dengan Pajahilio.“Tenang... Tenang semua!” Jin Terjungkir Langit berkata. “Aku akan beritahu di mana gadis itu berada...”“Katakan cepat! Dari tadi kau cuma berceloteh tak karuan!” bentak Ruhjahilio.“Gadis itu berada di tempat yang aku tidak tahu!” kata Jin Terjungkir Langit pula lalu tertawa gelak-gelak.“Keparat jahanam! Mampus kau!” teriak Ruhjahilio. Tangan kirinya yang memegang clurit putih siap disentakkan.Di sebelah sana Pajahilio juga tidak berdiam diri. Tanpa banyak cerita dia siap menekankan ujung clurit hitamnya untuk merobek perut Si Jin Budiman!Namun dalam keadaan yang sangat menegangkan itu tidak terduga mendadak berkelebat satu bayangan kuning.Butt! Prett!Gerakan bayangan yang sangat sebat dis