SI NENEK bermuka burung gagak hitam bersujud di batu. Begitu bangkit dia langsung berkata.
"Hai Junjungan, itulah kisah bagaimana aku telah mencelakai Maithatarun. Aku berhasil melakukannya sesuai dengan permintaan Zalanbur, musuh besar Maithatarun. Junjungan, bukankah aku juga telah memberi tahu padamu sebelum aku menyantet Maithatarun melalui roh istrinya hingga dua kakinya tenggelam dalam dua buah batu. Namun seperti kataku tadi, secara tidak terduga muncul satu makhluk dari negeri manusia. Walau sosoknya hanya sejari kelingking tapi dia mampu menolong Maithatarun. "
Makhluk yang dipanggil dengan sebutan Junjungan menyeringai buruk lalu rangkapkan dua tangan jerangkongnya.
"Jin Santet Laknat aku tahu sebetulnya kau lebih banyak dipengaruhi oleh Zalanbur hingga menempuh cara keliru dalam menyantet Maithatarun. Sebenarnya kau bisa membunuh orang itu dengan ilmu Lintah Penyedot Jantung! Dalam waktu sepenanakan nasi saja Maithatarun pasti sudah menemui ajal! Meng
"Jangan menganggap enteng makhluk satu ini Jin Santet Laknat. Dia bukan saja punya ilmu kesaktian hebat, tapi juga memiliki akal dan otak cerdik!""Kalau begitu aku minta petunjukmu Hai Junjungan," memohon Jin Santet Laknat"Dengar baik-baik apa yang aku ucapkan!" kata sang Junjungan pula."Jika seseorang merasa sanggup menguasai musuh, maka dia harus menghancurkan musuh itu. Tapi jika dia merasa belum atau tidak sanggup maka dia akan merangkul musuh tersebut, menjadikannya sahabat Pada saatnya dia merasa mampu maka baru dia menghancurkan sang musuh!""Aku mengerti apa yang kau katakan itu Junjungan. Tapi yang belum jelas, apa yang harus aku lakukan terhadap pemuda bernama Bintang itu?" tanya Jin Santet Laknat pula."Kau harus menjebaknya agar dia tidak bisa kembali pulang ke negerinya! Aku tahu kau punya otak cerdik dan akal panjang! Kau harus menjebak pemuda Itu masuk ke dalam Rimba Alas Diam Salawasan. Buat dia tak bisa keluar lagi. Buat dia men
"Aku kecewa! Benar-benar kecewa! Semua ilmu kepandaian yang aku berikan Upadamu seolah tidak ada artinya dan gunanya. Sendok sakti itu! Bagaimana bisa jatuh ke tangan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab?""Dari kabar yang aku sirap, konon Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab merampasnya dari tangan Jin Muka Seribu!""Kalau Jin Muka Seribu bisa dipercaya seperti itu berarti memang benar kabar yang aku dengar bahwa Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab adalah makhluk paling tinggi kepandaiannya di Negeri Jin. Hai, kau harus memutar otak, mempergunakan kelicikan untuk menyingkirkan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Tapi buat dulu dia menderita tersiksa batin sebelum kau habisi ""Caranya bagaimana Hai Junjungan?" tanya Jin Santet Laknat."Kudengar dia punya dua orang cucu yang cantik-cantik. Bernama Ruhkemboja dan Ruhkenanga. Mungkin kau bisa melakukan sesuatu atas diri mereka. Biar Jin Sejuta Tanya Jin Sejuta Jawab tahu rasa! Sekarang apa kau tahu dimana beradanya Sendok Pemasung
Di udara, penunggang walet raksasa tertawa bergelak, Setelah berputar dua kali walet hitam itu menukik turun. Saat itulah Maithatarun hantamkan tangan kanannya. Lima jari tangan menjentik keras.Lima larik sinar hitam membeset ke udara, menggempur walet raksasa dan penunggangnya dari lima jurusan. Seperti tahu bahaya walet raksasa menggebrakkan sayapnya. Binatang ini menukik tajam sementara penunggangnya melompat sebat, lalu laksana terbang dia melayang ke bawah dan turun di atas bukit batu, terpisah sejarak dua belas langkah dari hadapan Maithatarun.Sepasang alisnya menjungkat ke atas ketika mendengar suara walet hitam menguik di udara pertanda binatang itu mengalami kesakitan hebat Nyatanya, salah satu dari lima larikan sinar hitam berhasil menghantam sayapnya, merobek hangus bagian kulitnya dan menghancurkan jaringan tulang-tulangnya. Sebagian dari sayap itu kelihatan menciut pendek. Dalam keadaan oleng dan sayap mengepulkan asap walet hitam ini mendarat di a
"Api lblis Penjaring Roh!" teriak Maithatarun menyebut ilmu yang dikeluarkan lawannya itu."Setahuku ilmu ini hanya dimiliki oleh Jin Santet Laknat! Celaka! Bagaimana jahanam Ini bisa memilikinya!""Dress!"Bola batu di kaki kiri Maithatarun terpental. Tubuhnya ikut terpelanting sampai tiga tobak. Lalu jatuh terbanting di tanah.“Wuss! Wusssss! Wusssss! wussssss!"Lima larik sinar hitam pukulan sakti Kutuk Api dari Langit yang tadi dihantamkan Maithatarun hancur bertaburan berubah menjadi asap begitu saling bentur dengan jaringan api biru. Dengan luka pucat dan sekujur tubuh sakit Maithatarun cepat bangkit berdiri. Namun“Wuuutttt!"Jaringan Api lblis cepat berkelebat menggulung dan membungkus tubuhnya."Cessss! Cessss! Cessss!"Tubuh Maithatarun terpanggang hangus di beberapa bagian. Lelaki ini menjerit kesakitan. Dia berusaha lepaskan diri dari jaring api biru tapi sia-sia saja. Semakin dicoba semakin banya
MULUT Maithatarun bergetar ketika perlahan, antara terdengar dan tiada dia menyebut nama kedua orang itu. "Jin Terjungkir Langit.. Ruhsantini." Kakek yang tegak di atas dua tangannya itu memang Pasedayu alias Jin Terjungkir Langit adanya. Sedang perempuan cantik berpakaian serba merah adalah Ruhsantini, bekas istri Jin Bara Neraka.Melihat kemunculan istrinya, Jin Bara Neraka yang sedang marah karena menemukan walet terbang tunggangannya dalam keadaan mati pecah kepala jadi bertambah marah. Sekali lompat saja dia telah berada di hadapan Ruhsantini."Perempuan laknat! lstri celaka! Pasti kau yang telah membunuh walet tungganganku! Kepalanya hancur!""Makhluk keji tak mengenal tobat! Tangan kirimu sudah kuhancurkan! Apa itu tidak cukup menjadi pelajaran? Rupanya kau memang minta kuhancurkan kepalamu seperti aku menghancurkan kepala walet hitam itu!" Balas mendamprat Ruhsantini. Jin Bara Neraka keluarkan suara menggembor. Mulutnya berteriak."lstri celaka! D
Jaring biru itu kini tidak bedanya seperti terbuat dari tali biasa. Maithatarun selamat dari kematian walau hampir sekujur tubuhnya hangus terkelupas dan saat itu dia masih tergeletak tak sadarkan diri. Dengan dua tangannya Jin Terjungkir Langit berusaha merobek putus jaring api biru. Tapi luar biasanya jaring yang sudah berubah dingin itu atos sekali. Bagaimanapun si kakek mengerahkan kesaktiannya tetap saja dia tidak mampu menjebol jaring guna mengeluarkan Maithatarun yang masih terjerat."Jaring jahanam! Setahuku Jin Santet Laknat tidak memiliki kepandaian menciptakan jaring seperti ini. Kalau tadi makhluk bertangan logam itu mengaku murid si nenek, niscaya dukun jahat itu dapatkan ilmu keparat ini dari seseorang. Aku harus mencari tahu siapa adanya. Tapi perduli setan! Yang penting saat ini anak itu sudah berhasil aku selamatkan. Kalau perlu aku akan membawanya dalam keadaan masih berada dalam jaring itu. Mungkin benar kabar yang pernah ku dengar. Hanya ada beberapa orang
"Huh! Bicara sombongnya! Hai! Kalau tidak kebetulan lewat di sini, dan mengira kadal hangus itu pemuda penolongku, perlu apa aku berada di tempat hi!" Si nenek cibirkan bibirnya. Dia melirik pada si kakek, lalu perhatikan acuh tak acuh perkelahian yang terjadi antara Ruhsantini dengan Jin Bara Neraka. Si nenek kembali songgengkan pantatnya dan"buuttt... !" Lalu dia putar tubuh hendak pergi."Tunggu!" Jin Terjungkir Langit berseru."Pemuda asing yang kau katakan itu. Apakah namanya Bintang?""Apa perdulimu! Siapapun namanya apa urusanmu?!" tukas Ruhkentut."Buuumt!" saking geramnya Jin Terjungkir Langit keluarkan suara seperti orang kentut dari mulutnya."Aku memang harus perduli. Pemuda itu pernah menyelamat kan diriku! Dengar kau nenek buruk muka kuning! Jika kau berani mencelakai pemuda itu, akan kurajam tubuhmu! Akan kubuat kau jadi matang seperti ikan asap!"Si nenek songgengkan pantatnya. Kembali hendak keluarkan kentut. T
"Gendakmu sudah kujebloskan dalam jaring api biru! Sekarang giliranmu!" Jin Bara Neraka kertakkan rahang. Tangan kirinya digerakkan. Dari pentolan pentolan runcing di sepanjang lengan palsu yang terbuat dari logam itu, melesat keluar larikan-larikan sinar biru, bergulung membentuk jaring. Lalu menyambar ke arah Ruhsantini! Perempuan itu cepat menghindar, melompat dan berlindung ke balik sebatang pohon.“Wuuusss!"Jaring api yang disebut Api lblis Penjaring Roh menyambar. Laksana senjata tajam membelah air begitulah kelihatan jaring api itu melewati batang pohon. Begitu lewat batang pohon serta merta berubah hangus hitam kebiru-biruan lalu tumbang dengan suara bergemuruh. Ruhsantini cepat menyingkir namun dia terkesiap kaget ketika tiba-tiba saja, cepat sekali. Di atasnya jaring api biru telah menyambar ke bawah, siap menjerat tubuhnya! Perempuan ini keluarkan pekik ngeri seraya coba menghantam dengan pukulan tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi. Namun sia