"Kenapa?" Liam bertanya dengan kebingungan."Wajahmu ...." Sofia tersenyum canggung.Liam langsung mengangkat tangan mengusap-usap wajahnya. Namun dia tidak merasakan ada sesuatu di wajahnya."Bukan di sana." Sofia mengulurkan tangan dan mengambil sebutir nasi yang tertempel di wajah Liam.Belaian Sofia sangat lembut. Seketika, wajah Liam pun memerah dan terasa panas. Dengan malu-malu, Liam kembali berkata, "terima kasih."Kemudian Sofia mengeluarkan tisu dan memberikannya kepada Liam. "Ini."Setelah semuanya beres, Liam dan Sofia kembali mengenakan sabuk pengaman dan mobil pun melaju menuju Vila Starmon.....Sofia dan Liam tidak terkena macet karena mereka berangkat lebih awal. Dari pusat kota ke Gunung Bintar hanya memakan waktu selama 2 jam.Vila Starmon merupakan vila berbintang 5. Demi mempertahankan keindahan alam yang natural, Vila Starmon tidak membangun jalan sampai ke puncak gunung. Sekarang hanya ada 2 pilihan, berjalan mendaki gunung atau menaiki kereta gantung.Sofia meng
Rasa lelah membangkitkan amarah Sofia. Dia mulai kehilangan akal sehat, dia sudah tidak memedulikan status dan betapa mengerikannya Liam.Liam menjawab dengan datar, "Hanya ada 100 ribu."Harga tiket kereta gantung adalah 120 ribu per orang.Sofia tak sanggup berkata-kata, dia meremas botol air mineral sambil melirik jalanan setapak yang tak berujung. Kemudian Sofia berusaha bangkit berdiri dan berkata dengan nada yang kesal, "Ayo, jalan."Liam tak bergerak, dia mengangkat kedua alis dan bertanya, "Yakin?""Aku harus sampai sebelum kelaparan." Sofia berjalan sambil menunduk dan bertumpu pada pohon-pohon yang ada di samping anak tangga.Liam bangkit berdiri dan mengadang jalan Sofia."Hmm?" Sofia menatap Liam dengan kebingungan.Liam mengulurkan tangan kanannya sambil berkata, "Pohonnya kotor, pegang tanganku."Telapak tangan Liam tampak sangat putih dan bersih, sedangkan tangan Sofia agak hitam karena memegang pepohonan serta kawat-kawat di sepanjang jalan.Sofia menyembunyikan tangann
Kalimat sederhana ini terasa bagaikan pil obat yang menyelamatkan nyawa Sofia.Sofia membuka kedua matanya secara perlahan-lahan, jalanan di depannya tampak datar. Akhirnya tidak ada lagi anak tangga yang hampir merenggut nyawa Sofia."Pak Liam!" Seorang pria yang mengenakan seragam Vila Starmon berlari arah Liam dan memayunginya. "Pak, Anda baik-baik saja? Apakah perlu aku utus mobil untuk menjemput Anda?"Meskipun sudah sampai ke puncak gunung, mereka masih harus berjalan sekitar 20 menit untuk tiba di vila. Hotel Starmon menyediakan mobil listrik untuk menjemput dan mengangkut tamu yang membawa banyak koper.Liam masih kuat, tapi Sofia sudah kehabisan seluruh tenaganya. Liam mendekap Sofia di bawah payung agar tidak kehujanan.Walaupun tampak kelelahan, Sofia kelihatan lebih bersemangat daripada sebelumnya."Mau pakai mobil?" Liam bertanya kepada Sofia.Sofia mengangguk. Bukannya dia manja, tapi Liam sudah basah kuyup. Jika tidak segera ganti baju, Sofia khawatir Liam akan masuk ang
Hal pertama yang dilakukan Sofia adalah mandi. Perjalanan yang panjang dan melelahkan telah membuatnya basah kuyup.Setelah mandi, Sofia mengenakan pakaian santai dan pergi mengetuk pintu kamar Liam untuk mengajaknya makan. Sofia mengakui bahwa hari ini dirinya sungguh merepotkan Liam. Saat tiba di vila, jam makan siang sudah lewat. Ditambah, mereka baru saja melalui perjalanan yang melelahkan, Liam pasti sudah lapar."Tok, tok ...." Sofia mengetuk pintu kamar Liam.Liam tidak membuka pintu, dia bertanya dari dalam. "Ada apa?""Mau makan?" tanya Sofia."Kamu sendiri saja, aku tidak lapar," jawab Liam."Oh." Sofia agak kecewa, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.....Sofia memesan 2 porsi nasi goreng, 1 untuk dirinya, sedangkan yang 1 lagi dibungkus untuk Liam.Walaupun Liam tidak lapar, dia tetap harus makan untuk mengganjal perut. Setelah kembali, Sofia mengetuk pintu kamar Liam. "Pak Liam?"Kali ini Liam sama sekali tidak merespons panggilan Sofia. Karena takut suaranya kekecilan, S
Liam memanggil Sofia dengan panggilan masa kecilnya. Sesaat mendengar panggilan tersebut, hati Sofia langsung tersentak.Jantung Sofia berdebar sangat kencang.Sofia mengusap dadanya yang berdebar sambil memberi tahu diri sendiri, "Jangan berpikir macam-macam, jangan berpikir macam-macam ...."Di dunia ini banyak nama yang mirip-mirip. Lagi pula, Sofia tidak mengetahui nama lengkap dari wanita yang Liam panggil "Fia".Seolah terjebak di dalam mimpi buruk, Liam mengerutkan alis dan ekspresinya tampak panik."Fia, jangan pergi!" Liam berteriak dengan menggunakan seluruh tenaganya yang tersisa, suaranya terdengar pasrah dan sedih.Sofia tidak pernah melihat Liam selemah ini. Tiba-tiba hati Sofia terasa pedih, jantungnya pun berdegup kencang.Liam mengulurkan tangannya yang berada di balik selimut dan melambai-lambai seolah sedang mencari sesuatu. Secara spontan, Sofia maju dan menggenggam erat telapak tangan Liam.Begitu menggenggam tangan Sofia, Liam pun perlahan-lahan tenang dan napasny
Tak hanya Sofia, bahkan dokter yang duduk di samping Sofia pun kaget hingga jarum yang dipegangnya terjatuh ke lantai.Seketika sekujur tubuh Sofia langsung terasa membeku, jantungnya berhenti berdetak selama beberapa detik dan wajahnya memucat.Setelah melihat jelas sosok Sofia yang berdiri di hadapannya, Liam baru tersadar dan bertanya dengan lemas, "Ke-kenapa kamu ada di sini?"Akal sehat Liam telah kembali, dia berhenti bersikap dingin begitu mengetahui bahwa orang yang berdiri di depannya adalah Sofia.Dengan gugup, Sofia menunjuk ke arah dokter dan menjawab, "Kamu demam, dokter ... dokter sedang memeriksamu."Liam menatap ke arah dokter yang duduk di samping Sofia."Kamu masih punya tenaga? Bisa buka kancing sendiri?" Sofia menunjukkan termometer yang dipegangnya. "Dokter mau mengukur suhu badanmu.""Tidak ada tenaga," jawab Liam tanpa berpikir panjang.Tidak ada tenaga? Jelas-jelas dia menggenggam tangan Sofia dengan erat. Memangnya semua yang terjadi barusan hanya halusinasi?S
"Tidak nafsu makan," jawab Liam."Mau minum?" tanya Sofia saat melihat bibir Liam yang kering."Em." Liam mengangguk.Di dalam kamar ada beberapa botol air mineral yang baru. Sofia membuka sebotol air, lalu memberikannya kepada Liam. Namun Liam tidak mengambil air yang diberikan Sofia, dia menatapnya sambil berkata, "Aku tidak ada tenaga."Dengan pasrah, Sofia meletakkan botol air dan menjawab, "Aku papah, ya?""Em." Kedua mata Liam tampak berbinar-binar.Sofia merangkul bagian belakang leher Liam, lalu meletakkan botol air ke mulut Liam agar dia dapat meminumnya. Liam minum secara perlahan-lahan, lidah yang tadinya hambar terasa agak manis.Setelah Liam selesai minum, Sofia meletakkannya kembali ke tempat tidur. "Mau tidur?"Liam kelihatan sangat lelah, kedua kelopak matanya tampak kesulitan dibuka. Hanya saja, Liam tidak mau melewatkan kesempatan untuk berduaan dengan Sofia. Ditambah, Liam sangat menikmati pelayanan yang diberikan Sofia. Sikap Sofia berbeda dengan biasanya, kali ini
Sofia ketiduran, dia memejamkan mata dan napasnya terdengar beraturan.Liam tersenyum melihat wajah Sofia. Padahal tadi Sofia mengatakan kalau dia tidak mengantuk, tapi akhirnya tertidur juga.'Pembohong,' pikir Liam. Sofia pernah berjanji tidak akan pernah melupakan Sofia, tetapi nyatanya Sofia mengingkari janjinya.Liam mengangkat tangannya, dia ingin mengusap kepala Sofia. Namun tiba-tiba Liam menarik kembali tangan dan mengurungkan niatnya.'Sudahlah, dia lagi tidur, nanti malah terbangun.'....Tiba-tiba suara dering ponsel memecah kemesraan di antara Liam dan Sofia. Sofia tersentak, dia langsung terbangun dan menegakkan tubuhnya.Dengan keadaan setengah mengantuk, Sofia mencari-cari ponselnya untuk mematikan dering alarm. Saat menemukan ponsel, ternyata dering tersebut bukanlah suara alarm, melainkan ada yang meneleponnya.Sofia menjawab panggilan tersebut.Di ujung telepon, terdengar suara perawat yang bertanggung jawab untuk merawat Glen. "Bu Sofia, apakah kamu bisa datang ke r
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa