Sofia mengepalkan kedua tangannya dengan erat, dia berusaha agar tidak kehilangan akal sehat."Aku tidak merasa bersalah. Aku sedang bekerja, tolong pergi dan jangan mengganggu aku lagi," kata Sofia sambil menggertakkan gigi.Ketiga orang tersebut tidak bisa berbuat apa-apa, mereka tidak mungkin mendobrak pintu Sofia.Pada malam hari, kedua resepsionis yang berjaga bertanya kepada Sofia, "Bu Sofia, untuk apa orang siaran televisi mencarimu? Mereka mau mengundangmu tampil di acara, ya?""Iya, tapi aku tolak," Sofia menjawab sambil tersenyum."Kenapa ditolak?" Kedua resepsionis tampak kecewa. "Ibu begitu cantik, pasti bakal jadi terkenal. Kalau Ibu jadi artis, kami bsia memamerkannya kalau kami mempunyai teman seorang artis, hehe."Sofia hanya tersenyum kecil. "Kalau ada kesempatan lagi, akan kuterima. Oke?"....Setelah pertemuan dengan tim Ruang Mediasi, hampir setiap hari Sofia menerima telepon dari mereka. Tim Ruang Mediasi ingin membujuk Sofia, tetapi Sofia menolaknya mentah-mentah.
Semua rasa kantuk Sofia langsung sirna.Sofia menutup ponselnya, lalu mengambil laptop yang ada di samping tempat tidur dan mencari episode Ruang Mediasi yang baru ditayangkan kamis kemarin.Bapak dan Ibu Hutomo muncul sebagai perwakilan Glen. Bapak dan Ibu Hutomo tampak lemas serta berpenampilan menyedihkan. Kedua mata Bu Hutomo kelihatan bengkak sehabis menangis.Pembawa acara bertanya, "Selamat datang Bapak dan Ibu, kira-kira ada masalah apa yang bisa dibantu?"Begitu mendengar pertanyaan pembawa acara, Bu Hutomo menunduk dan meneteskan air mata."A-aku, aku ingin ...." Bu Hutomo berbicara sambil terisak, "Aku ingin meminta, meminta maaf kepada ... menantuku."Pak Hutomo menarik napas panjang sambil menepuk pundak Bu Hutomo, wajah mereka berdua tampak sangat sedih.Pembawa acara memberikan selembar tisu kepada Bu Hutomo. "Bu, tenangkan dirimu, lalu baru ceritakan dengan jelas. Ada kesalahpahaman apa yang terjadi di antara kamu dan menantumu?"Bu Hutomo menyeka air matanya, lalu mene
"Anakku selalu memanjakan istrinya, aku juga kasihan melihat anakku yang harus memilih di antara aku atau istrinya. Tidak peduli seberapa besar kemarahan kami, aku dan suamiku selalu mendoakan kebahagiaan mereka. Anakku sangat mencintai istrinya, aku juga tidak berdaya. Aku tidak ingin melihat pernikahan mereka hancur.""Aku merasa sikapku membuat menantuku marah. Setiap anakku meneleponku, dia selalu bercerita sikap istrinya sudah berubah. Istrinya tidak seromantis dulu, sekarang sikapnya sangat dingin.""Omong kosong!" Sofia emosi saat mendengar kebohongan yang dilontarkan Bu Hutomo.Bu Hutomo sangat pintar memutar balikkan fakta, jelas-jelas sikap Glen yang berubah, tetapi dia malah memfitnah Sofia.Saat itu Glen menjelaskan kalau dia sedang mengerjakan sebuah proyek besar yang agak rumit. Masalah-masalah di pekerjaan membuat suasana hatinya menjadi buruk. Waktu itu Sofia masih polos, dia memercayai begitu saja ucapan Glen."Meskipun berselisih, mereka tidak pernah bertengkar hebat.
Bu Hutomo menundukkan kepala dan menangis, sedangkan Pak Hutomo tengah menghibur istrinya. Sekarang kamera tertuju ke arah pembawa acara."Berdasarkan aturan acara, seharusnya menantu Bapak dan Ibu Hutomo datang ke studio untuk menceritakan sudut pandangnya supaya masalah ini segera selesai. Tapi saat tim kami menemui menantu Bapak dan Ibu Hutomo untuk mengundangnya, kami malah mendapatkan respons seperti ini ...."Ruang Mediasi menampilkan sebuah rekaman. Sofia tampak sedang bekerja di ruangannya, untungnya wajah Sofia diblur sehingga hanya terlihat badannya.Rekaman itu jelas diambil tanpa izin. Di bawah video tersebut juga diberi keterangan yang berbunyi, "Rekaman diambil dengan menggunakan teknik khusus."Di dalam video tersebut, terdengar Sofia yang mengatakan bahwa dia tidak merasa bersalah atas semua keputusannya.Potongan rekaman tersebut semakin meyakin masyarakat kalau Sofia merasa bersalah, makanya dia menolak untuk tampil di acara. Wajah Sofia sengaja diblur agar identitas
Mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini? Sofia sudah memikirkan dan berencana untuk melakukannya. Hanya saja ...."Aku tidak mau menyusahkan pihak hotel, aku juga tidak mau menyusahkanmu," jawab Sofia.....Grup Charula, ruangan presdir.Ketika sedang membaca berita, Evano terkejut melihat episode Ruang Mediasi yang menjadi perbincangan hangat."Cih, semua beritanya sama saja," kata Evano setelah membaca beberapa berita tentang Sofia. "Dia mendorong bingkat kacamatanya sambil melirik Liam yang tengah sibuk bekerja. "Semua artikel yang menjelek-jelekkan Sofia berasal dari perusahaan yang sama. Aku curiga, jangan-jangan memang ada orang yang sengaja ingin menghancurkan nama baik Sofia."Liam melirik Evano dengan dingin. "Sepertinya kamu sangat memedulikan Sofia?""Tapi tetap tidak bisa menandingi perhatianmu kepada Kaila." Evano menyeringai dingin.Begitu mendengar jawaban Evano, raut wajah Liam pun berubah."Aku dengar masyarakat menelepon Royal Hotel untuk menuntut agar Sofia dipe
"Bu Sofia, maaf ...." Meskipun meminta maaf, nada bicara orang yang berada di ujung telepon terdengar sinis. "Sejak penayangan episode ibu mertuamu, banyak klien yang menghubungi kami. Jadwal siaran sudah penuh sampai akhir tahun. Kalau Anda tidak keberatan menunggu selama itu, kami akan mendaftarkannya. Setelah dikonfirmasi, nanti aku juga akan meminta pihak administrasi untuk memberi tahu hari dan jamnya."Sofia sadar, penolakannya tempo hari telah menyinggung pihak Ruang Mediasi. Sofia tidak heran, mereka pasti sengaja ingin mempersulit Sofia."Baiklah, terima kasih," jawab Sofia.Sofia menelepon pihak Ruang Mediasi hanya untuk mencoba peruntungan. Jika mereka menolak, Sofia masih memiliki rencana cadangan.Industri yang digeluti Sofia memang melelahkan, tapi keuntungan terbesar adalah bisa memperluas koneksi. Apalagi banyak orang-orang penting yang menginap di hotel bintang tujuh seperti Hotel Royal.Setelah menutup panggilannya, dia langsung menghubungi seseorang. "Besok kamu ada
"Vision Streaming berada di bawah naungan Grup Charula, makanya aku bekerja di sini," Savon menjelaskan.....Gedung Charula Center memiliki 70 lantai. Gedung ini merupakan gedung tertinggi dan menjadi ikon Kota Haita. Banyak turis yang datang untuk sekedar berfoto dengan Charula Center, mereka tertarik melihat desain gedung yang begitu elegan dan modern ini.Ini adalah pertama kalinya Sofia mengunjungi Charula Center.Waktu menunjukkan pukul 18.30, banyak gedung perkantoran yang sudah gelap, tetapi Charula Center bagaikan bintang yang menerangi gelapnya malam. Lampu-lampu gedung ini masih menyala dari lantai dasar hingga ke lantai paling atas.Ketika melihat bangunan ini, Sofia teringat pada Glen yang sering lembur hingga larut malam. Meskipun masa lalu masih menghantui pikiran, Sofia menghadapinya dengan tenang.Sofia tidak datang sendirian, dia ditemani 2 orang.Sofia mengirimkan pesan kepada Savon.[ Aku sudah di bawah. ]Savon langsung membalas.[ Sebentar, aku turun sekarang. ]G
Evano tidak menjawab pertanyaan Sofia. Sebaliknya, dia malah bertanya, "Temanmu pasti masih lama, ya?"Sofia tertegun mendengar pertanyaan Evano. "Kok tahu?""Jam segini lift pasti ramai banget. Apalagi perusahaan temanmu ada di lantai 45, aku tidak tahu dia harus menunggu berapa lama," jawab Evano.Ditambah Savon juga menyuruh Sofia untuk menunggunya di kafe. Berarti Savon masih lama."Suruh temanmu menunggu di atas, biar kami mengantarmu naik. Oh iya, kopi di perusahaan kami juga lebih enak daripada kopi di luar," kata Evano dengan bangga.Sofia tidak berani merepotkan mereka. "Aku tunggu di kafe saja. Kamu dan Pak Liam pasti sibuk.""Kami tidak sibuk, kami turun buat jalan-jalan saja." Evano menjawab dengan serius agar Sofia memercayainya.Sofia melihat ke sekeliling, tempat ini tidak kelihatan seperti tempat untuk jalan-jalan.Tanpa menunggu jawaban Sofia, Evano membalikkan badan dan melambaikan tangannya. "Ayo, ikut aku."Sofia dan kedua orang yang bersamanya pun mengikuti Evano d
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa