Di luar sedang hujan deras, petir bergemuruh, dan sesekali tampak kilat yang menyambar melintasi jendela. Berita melaporkan bahwa hujan hari ini merupakan fenomena paling mengerikan yang terjadi selama 30 tahun terakhir.Hujan deras menyebabkan lalu lintas lumpuh dan banjir di berbagai wilayah.Kemarin Darius pulang ke hotel karena ada beberapa pekerjaan yang harus diurus. Darius berjanji akan datang ke rumah sakit pagi ini, tetapi setelah menunggu setengah hari, Sofia tak kunjung melihat kemunculan Darius dan Martin.Ponsel Sofia rusak saat terjadi kecelakaan, makanya dia tidak bisa menghubungi Darius ataupun Martin.Sesaat selesai mencuci pakaian Sofia, Bibi Linar terkejut saat beranjak ke balkon untuk menjemur pakaian. "Astaga! Banjirnya tinggi banget."Sofia makin mencemaskan keadaan Darius dan Martin."Bi, boleh tolong hubungi Kak Martin?" tanya Sofia."Boleh." Bibi Linar mengeluarkan ponselnya, lalu mencari kontak Martin dan menghubunginya.Martin menjawab telepon Linar dalam hit
Hujan masih turun hingga siang hari.Meskipun baru jam 2 siang, langit sudah gelap seperti jam 9 malam.Sofia baru bangun tidur siang, dia mengambil remot yang ada di atas nakas dan menyalakan televisi. Layar televisi sempat berkedip beberapa kali, lalu mati total. Di saat bersamaan, lampu yang ada di ruangan pun padam.Bibi Linar tersentak, dia bergegas bangkit dari sofa dan bertanya kepada Sofia sambil membelalak, "Televisinya tersambar petir?"Sofia menjawab dengan tenang, "Kayaknya ada pemadaman lampu."Suasana di dalam ruangan agak gelap. Bibi Linar mencari sandalnya dan beranjak meninggalkan ruangan. "Aku tanyakan kepada perawat."Beberapa menit kemudian Bibi Linar kembali. "Katanya tiang listrik di samping rumah sakit tumbang tersambar petir. Mereka sedang menyalakan genset, kita diminta jangan panik."Sofia bukan pasien kritis yang setiap saat harus bergantung kepada peralatan medis.Selain agak bosan, pemadaman listrik tidak memberikan dampak yang besar bagi Sofia. Dia memejam
Gemuruh petir menutupi suara detak jantung Sofia yang berdebar kencang.Sofia refleks mengerutkan alis saat melihat air yang menetes ke lantai. "Tapi di luar hujan lebat ....""Ha chim!" Liam bersin-bersin.Sofia terdiam, dia menelan kembali semua kata-katanya yang hendak mengomeli Liam.Liam mengusap hidupnya dengan canggung, dia tidak berani menatap Sofia karena malu. Wajah Liam yang pucat sontak memerah.Sofia pura-pura tidak menyadari Liam yang salah tingkah. Kemudian Sofia mengalihkan pandangannya kepada Bibi Linar dan memintanya untuk memberikan handuk kepada Liam."Ha chim!" Liam membalikkan badan untuk menyeka ingusnya yang menyembur keluar.Meskipun tersipu malu, Liam tetap berusaha bersikap tenang. "Maaf ...."Sofia luluh melihat Liam yang menerjang hujan badai untuk datang menemuinya. Sebenarnya hati Sofia berbunga-bunga melihat tingkah Liam yang menggemaskan."Sana, mandi!" Bibi Linar mengambil sehelai handuk baru, lalu mendorong Liam ke kamar mandi sambil mengomel, "Cepat,
"Wah, ganteng banget." Bibi Linar terpesona melihat ketampanan Liam. Bibi Linar melirik Sofia sambil mengejeknya. "Sofia, kamu beruntung banget.""Kami cuma berteman ...." Sofia buru-buru mengklarifikasi hubungannya dengan Liam.Liam menatap Sofia sambil tersenyum, tetapi sorotan matanya memancarkan ... kekecewaan?"Baik, baik, hanya teman." Bibi Linar mengedipkan matanya, lalu mencari alasan agar memberikan ruang kepada Sofia dan Liam. "Aku mau mengecek keadaan di luar. Kalian ngobrol saja."....Setelah Bibi Linar pergi, suasana di dalam ruangan terasa canggung. Liam dan Sofia tidak tahu bagaimana cara membuka pembicaraan.Suasana yang sunyi membuat Sofia tertekan, dia tidak tahan dan berkata, "Kamu ....""Kamu ...." Di saat bersamaan, Liam juga membuka mulut.Liam dan Sofia tersentak, lalu berkata secara serempak, "Kamu duluan."Suasana kembali terasa canggung.Sofia menarik napas panjang. "Aku duluan."Liam mengangguk. "Em.""Bagaimana caranya kamu ke sini?" tanya Sofia.Ketika Lia
Untuk sesaat, Liam terkejut mendengar jawaban Sofia.Meskipun berharap bisa bermalam di sini, Liam tidak menyangka bahwa Sofia mengizinkannya menginap di sini dengan mudah.Liam terbangun dari lamunan, dia menarik kembali senyuman tipis yang terpancar di sudut bibir, lalu melihat ke sekeliling ruangan sambil bertanya, "Tapi di sini hanya ada satu tempat tidur. Bibi Linar ....""Nanti aku minta perawat bawakan tempat tidur tambahan," jawab Sofia sambil menekan tombol untuk memanggil perawat."Tempat tidur tambahan" bukan yang diinginkan Liam. Liam tidak suka tidur sekamar dengan orang asing, tetapi ini adalah satu-satunya cara agar bisa menemani Sofia.Bagi pasian kamar VIP, meminta tambahan tempat tidur bukan masalah yang sulit.Ketika kembali ke kamar, Bibi Linar melihat beberapa merawat yang datang membawakan kasur tambahan.Bibi Linar bergegas menghampiri dan bertanya, "Kalian ngapain?""Tambah kasur," jawab salah seorang perawat."Hah?" Sesaat melirik Liam yang ada di dalam ruangan
Seiring jantung yang berdebar makin kencang, Sofia menarik kembali tatapannya dan berusaha fokus menonton televisi.....Liam membuka surel proposal untuk proyek syuting film Time Travel yang dikirimkan oleh departemen perencanaan.Time Travel merupakan novel terbaru yang dirilis Macgol pada tahun lalu. Begitu novel Time Travel memecahkan rekor penjualan Wormhole, Grup Charula langsung membeli lisensinya.Berbeda dengan Wormhole, kali ini Grup Charula langsung meminta Macgol selaku penulis untuk menyunting naskah film. Skrip sudah selesai dan akan segera memasuki tahap casting.Setelah film Wormhole yang meledak di pasaran, Grup Charula sangat berhati-hati dalam penggarapan film Time Travel. Setiap adanya perubahan, Liam harus memeriksanya sendiri.Keberadaan Sofia membuat Liam tidak fokus. Meskipun membaca lebih lambat dari biasanya, Liam tetap menemukan beberapa hal yang terasa janggal.Liam mengirimkan pesan kepada manajer yang menangani proyek ini.[ Kenapa jadwal rilis film Time T
Permintaan Martin sangat mudah. "Aku ingin kamu menyebarkan gosip kalau tahun ini Grup Charula dan Dream Paradise akan bekerja sama untuk menggarap film Time Travel."Dunia hiburan digemparkan saat Grup Charula membeli lisensi Time Travel. Setelah kesuksesan Wormhole, standar masyarakat terhadap film Time Travel pun meningkat.Tidak heran Martin mengetahui proyek film Time Travel yang sedang dikerjakan Grup Charula. Namun yang membuat Liam terkejut adalah saat Martin menyebutkan rumah produksi "Dream Paradise".Selama pembuatan film Wormhole, Liam ragu untuk memilih untuk antara Dream Paradise atau Moon Legend, keduanya adalah perusahaan besar. Pada akhirnya Liam memilih Moon Legend tak lama setelah salah satu film mereka dirilis di dalam negeri. Liam menjatuhkan pilihan kepada Moon Legend saat melihat antusiasme masyarakat yang memuji film mereka.Grup Charula dan Moon Legend bekerja sama dengan baik, mereka memberikan kejutan besar di dunia perfilman dalam negeri. Untuk pembuatan fil
"Jangan bohong, ya!" Sofia berusaha keras menahan rasa malunya.Liam tersenyum lebar saat membelakangi Sofia. Liam bahagia, ternyata Sofia masih memedulikannya.Walaupun Liam berdiri mematung di depan pintu, Sofia tetap merasa tidak leluasa. "Bi, cepat lapnya."Akhirnya petir berhenti bergemuruh dan hujan berangsur-angsur mereda. Hanya saja listrik belum menyala. Selain rumah sakit, bangunan tinggi di sekitar sini masih gelap gulita.Liam memeriksa pintu balkon dan jendela, lalu ke tempat tidurnya. Sofia masih menonton televisi. Selain menonton, tidak ada kegiatan lain yang bisa dilakukannya."Kamu sudah mau tidur?" tanya Sofia.Liam tidak menjawab pertanyaan Sofia, dia malah balik bertanya, "Kamu?""Em, aku sudah ngantuk." Sofia menguap sambil mematikan televisi.Liam beranjak ke samping Sofia untuk menyelimutinya. "Kamu butuh sesuatu?""Tidak ada, terima kasih." Sofia tersenyum sambil menunduk. Dia tidak berani menatap wajah Liam terlalu lama.Liam menyadari Sofia salah tingkah. Di m
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa