Semua orang tidak tega melihat Agatha. Satu-satu orang yang tidak tersentuh hanyalah Liam.Sofia berpikir, 'Apakah hati Liam terbuat dari batu?'"Kamu tidak berniat menjebakku?" Liam mendengus dingin. "Benar juga. Dilihat dari semua pria yang berhasil kamu goda, aku bukanlah tipe yang kamu suka."Agatha tersentak mendengar ucapan Liam. Dada Agatha terasa sesak sampai kesulitan bernapas dan batuk-batuk.Liam semakin jijik saat melihat Agatha yang berpura-pura tampak menyedihkan."Ngapain masih diam saja?" Liam menatap beberapa karyawan Vivian. "Masih tidak cepat diseret pergi?"Beberapa karyawan Vivian tersadar dari lamunan. Mereka buru-buru menahan tangan dan kaki Agatha, lalu mengangkatnya pergi.Agatha memberontak sekuat tenaga, dia menendang kakinya sambil berteriak histeris, "Lepas, lepaskan aku!"Sayangnya tidak ada seorang pun yang menghiraukan teriakan Agatha. Setelah Agatha dibawa turun, perlahan-lahan suara teriakannya pun hilang.Sekarang hanya tersisa Liam, Sofia, dan Vivian
Dekorasi di lantai 2 tidak kalah mewah dengan dekorasi di lantai 3. Bedanya, lantai 2 diperuntukkan bagi pelanggan umum, sedangkan lantai 3 hanya digunakan untuk melayani tamu VIP.Dengan dipandu pegawai toko, akhirnya Sofia sampai di kamar yang berada di ujung lorong. Berdasarkan penjelasan staf, kamar mandi ini biasanya hanya digunakan oleh para artis papan atas, orang biasa tidak boleh memakainya. Oleh sebab itu, tingkat keamanan dan privasi kamar mandi ini sangat tinggi.Sofia mengetuk pintu kamar mandi. Tak berapa lama, Liam bertanya dengan suara teredam, "Siapa?""Pak Liam, aku datang mengantarkan pakaianmu," jawab Sofia."Kamu sendirian?" tanya Liam."Iya, aku sendirian," jawab Sofia.Beberapa menit kemudian pintu kamar mandi terbuka. Liam keluar dengan diiringi hawa panas yang mengepul. Ketika mengangkat kepalanya, Sofia melihat dada Liam yang kekar, lebar, dan basah.Sofia terpanah menatap tetesan air hangat mengalir di sekujur tubuh Liam. Saat tatapan Sofia tertuju kepada kak
Keributan yang disebabkan Agatha tadi telah membuang banyak waktu. Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 5.30."Waktunya sudah mepet," Liam mengingatkan Vivian.Vivian langsung menarik tangan Sofia dan mengajaknya duduk di depan meja rias."Akan segera aku dandani," Vivian menjawab Liam. "Sofia lebih cocok dengan make-up natural, jangan terlalu menor." Liam mengangguk, dia sependapat dengan Vivian.Wajah Sofia sontak memerah, dia tidak pernah dilayani seperti ini. Vivian membelah rambut Sofia, lalu menyisirnya ke belakang dan mulai menatanya."Model rambut seperti ini menonjolkan bagian leher dan bahunya. Menurutku Sofia tidak perlu memakai perhiasan, dia memiliki tulang selangka yang jenjang. Kalau memakai perhiasan, takutnya malah mengurangi kecantikannya," Vivian menjelaskan."Hmm, tidak perlu pakai perhiasan." Liam mengangguk.Sofia tidak bergeming, dia hanya bisa pasrah. Yang penting Liam puas.Tiba-tiba Vivian meletakkan alat pengkeritingnya dan berseru. "Oh iya, masih kuran
"Wah, selera Pak Liam memang tidak diragukan." Vivian mengacungkan kedua jempolnya. "Ini adalah produk keluaran terbaru, di seluruh dunia hanya ada dua ribuan pasang."Liam mengabaikan pujian Vivian, lalu berjalan ke depan Sofia dan berlutut di hadapannya."Hmm?" Sofia membelalak. Saking terkejutnya, sekujur tubuhnya sontak terasa membeku.Vivian juga kaget, tapi dia tidak berani terlalu menunjukkannya.Kemudian Liam mengangkat kepalanya untuk menatap Sofia dan berkata dengan ekspresi datar, "Kakimu ...."Setelah beberapa saat, Sofia baru mengerti bahwa Liam meminta Sofia untuk mengulurkan kakinya. Sofia terbangun dari lamunan dan menjawab, "Biar aku pakai sendiri saja."Ketika Sofia hendak bangkit dari tempat duduk, Liam menahan kaki Sofia sambil mengerutkan alis. Nada bicara Liam terdengar kesal. "Jangan bergerak!"Sofia langsung tertegun, dia duduk sambil meringkuk canggung. Kemudian Liam mengulurkan tangannya untuk menarik kaki Sofia. Tangan Liam yang dingin terasa bagaikan listrik
Karena canggung, Sofia melepaskan lengan Liam setelah berdiri. Hanya saja, Sofia tidak menyangka bahwa sepatu ini 2 kali lipat lebih tinggi daripada yang biasa dikenakannya.Sofia tidak terbiasa mengenakan sepatu dengan hak setinggi ini. Setelah berjalan beberapa langkah, Sofia kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke samping ....Untungnya Liam gesit, dia bergegas menahan tubuh Sofia agar tidak terjatuh. Sofia menggenggam tangan Liam dan kembali berdiri. Setelah berdiri dengan stabil, Sofia berusaha melepaskan diri dari pelukan Liam, tetapi Liam menahannya."Mau jatuh?" Liam bertanya dengan sinis.Sofia mengerutkan bibir, dia tidak berani membantah Liam. Vivian yang sejak tadi diam pun akhirnya buka suara, "Sofia, apakah riasan wajah atau rambutmu sudah cukup? Atau ada yang perlu diubah?""Tidak perlu." Meskipun Vivian bertanya kepada Sofia, malah Liam yang mewakilinya untuk menjawab."Oh, bagaimana dengan Anda ...." Vivian menatap Liam dari ujung rambut hingga ke ujung kaki."Aku juga
Tangan Evano menggantung dengan canggung di udara. Dia berlagak menatap Liam dengan kebingungan dan berkata, "Pak Liam ...."Evano mengangkat kedua alis, dia sengaja bersikap seperti ini untuk menggoda Liam. "Seingatku, Bu Sofia adalah pasanganku malam ini. Aku yang mengajaknya.""Kalau aku tidak salah lihat ...," Liam menggenggam erat telapak tangan Sofia sambil menatap ke sebuah arah di kejauhan. "Lamborghini putih itu adalah mobilnya Kaila ...."Sebelum Liam menyelesaikan kalimatnya, Evano sudah menghilang. Sofia terkejut melihat kecepatan lari Evano, dia seperti menghilang begitu saja."Ayo, masuk." Liam menggandeng tangan Sofia.Setelah keluar dari mobil, Sofia penasaran dan menoleh untuk melihat mobil Lamborghini yang dibicarakan Liam. Suara mesin yang bergemuruh terdengar dari kejauhan. Hanya dalam beberapa detik, kilatan cahaya putih memelesat ke tempat parkir yang kosong.Sofia kagum melihat mobil yang diparkir dengan begitu rapi. Sofia hanya pernah melihat keterampilan menyet
"Liam!" Sekelompok orang mengerumuni Liam.Di antara kerumunan ini ada pria dan wanita, ada pula yang tua dan muda. Sofia tersedak dan bersin-bersin saat mencium aroma parfum yang bercampur aduk.Dua wanita yang berdiri di samping Sofia langsung menatapnya dengan sinis. Salah satu wanita menggerutu dengan pelan, "Ih, jorok ....""Maaf," kata Sofia.Ketika Liam sedang menyapa beberapa orang yang menghampirinya, tiba-tiba dia menoleh dan berkata dengan sopan kepada kedua wanita itu, "Tolong agak mundur, aroma parfum kalian terlalu menusuk."Seketika wajah kedua wanita itu pun memucat dan langsung melangkah mundur. Meskipun aroma parfum sudah memudar, hidung Sofia masih terasa tidak nyaman. Akhirnya Sofia terpaksa bernapas dengan mulut agar tidak bersin-bersin.Liam menyadari Sofia yang tampak kurang nyaman, tetapi di sisi lain Liam juga tidak mungkin mengacuhkan sekelompok orang yang menyapanya ini. Liam berpikir sebentar, lalu berbisik di telinga Sofia, "Kamu cari tempat duduk saja, nan
Niel mengerutkan alis saat melihat gaun Sofia yang kotor. "Kenapa gaunmu ...."Sofia refleks menutup bagian dadanya dan menjawab dengan tenang, "Ketumpahan anggur.""Ah, kamu ceroboh banget." Niel membukakan pintu toilet untuk Sofia. "Cepat, bersihkan."Noda anggur memang sulit dibersihkan. Sofia sudah berusaha, tetapi nodanya tetap tidak menghilang.Sofia duduk di atas kloset sambil menggosok gaunnya sampai tangannya pegal. Tak hanya tangan, kakinya pun lelah karena menggunakan sepatu hak tinggi. Seandainya tidak ada orang yang mengantre masuk ke toilet, Sofia mungkin akan memilih bersembunyi di sini sampai pesta selesai.Tiba-tiba suara ponsel memecah lamunan Sofia yang masih membersihkan gaunnya. Dia mengerutkan alis saat melihat nomor asing yang tertera di layar ponsel. Awalnya Sofia mengira ini adalah nomor yang mau menawarkan asuransi atau semacamnya, tapi setelah dipikir-pikir rasanya agak mustahil. Sekarang sudah bukan jam kerja."Maaf, apakah benar ini dengan Ibu Sofia?" Wanit
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa