Karena Sofia makan malam bersama Darius pada pukul 7 malam, berarti Sofia harus meminta seseorang untuk menemani Hesper."Baik, sampai jumpa nanti malam." Sofia tersenyum."Kamu sudah punya nomor telepon, 'kan?" Darius tersenyum sambil bercanda.Sofia mengeluarkan selembar kartu nama dan berkata, "Kalau Anda perlu sesuatu, segera hubungi resepsionis atau menghubungi aku.""Baik." Darius menyimpan kartu nama yang diberikan.....Ketika kembali ke ruangan, Sofia berpesan kepada Hesper untuk menunggu di ruangan dan jangan pergi ke mana-mana."Hah?" Hesper mengerutkan alis. "Aku nggak mau sendirian, aku takut ....""Tidak sendirian." Sofia mencubit pipi Hesper. "Ada Kak Colin yang menemanimu."Sofia memiliki dua orang asisten, Verine dan Colin. Sejak penculikan tempo hari, Sofia memercayakan Hesper kepada Colin. Bagaimanapun Colin adalah seorang pria, dia lebih mampu menjaga keamanan Hesper."Tapi Kak Colin pendiam, dia juga nggak suka main. Aku bosan." Hesper tampak cemberut."Kenapa seka
Sofia tiba di restoran sebelum pukul 7. Ternyata Darius telah menunggu di sana.Semua orang yang menginap di Hotel Westar adalah orang kaya. Biaya sewa kamar semalam yang paling murah bakan mencapai 10 juta.Sofia agak canggung saat melihat Darius yang duduk sendirian. Sofia khawatir kalau ada gosip-gosip yang akan beredar jika dia hanya makan berdua dengan Darius.Darius memberikan buku menu kepada Sofia sambil berkata, "Pilih yang paling mahal."Sofia merasa tidak enak hati. "Anda adalah tamu khusus, tidak ada minimal pembelian."Sofia memilih hidangan paling murah dan bertanya kepada Darius, "Anda mau peasn apa?"Darius memesan beberapa hidangan termahal di hotel. Sofia menghitung secara kasar, total hidangan yang mereka pesan setidaknya mencapai 12 hingga 14 juta.Darius terlalu berbesar hati.Pelayan melayani pun sampai menanyakan kembali, "Apakah Anda yakin memesan sebanyak ini?""Yakin. Jangan terlalu lama, ya!" Darius mengembalikan menunya."Pak, sepertinya kita memesan terlalu
Sofia mengkhawarikan Hesper. Selama makan, Sofia tidak mendapatkan pesan dari Colin.Darius mengira kalau Sofia masih sibuk. "Kalau kamu masih ada urusan, pergilah dulu.""Anakku ...." Sofia tersenyum dan meminta maaf. "Dia sendirian di ruanganku. Aku agak cemas.""Kamu sudah punya anak?" Darius membelalak. "Kulihat usiamu masih muda."Sofia tersenyum mendengar pujiannya. "Aku sudah 30 tahun lebih.""Tiga puluh tahun?" Tiba-tiba sorotan mata Darius memancarkan kesedihan. "Putriku juga seusiamu. Tapi aku tidak tahu apakah dia sehebat kamu ...."Sofia merasa ada makna tersirat di balik ucapan Darius. Sofia penasaran, tapi tidak berani bertanya terlalu banyak. "Pasti lebih hebat daripada aku."Darius tersenyum, dia tidak ingin lanjut membahas hal ini. "Pergilah! Anakmu pasti sedang menunggumu.""Terima kasih." Sofia bangkit berdiri, lalu mengambil tas dan pergi.Sesampainya di ruangan, Sofia tidak melihat siapa pun. Dia bergegas berlari ke ruangan Colin untuk mencari Hesper.Sofia hanya m
Hesper dan Liam bermain game di rumah.Konsol game terhubung ke televisi, latar musik bercampur dengan teriakan keduanya bergema di tengah ruang tamu. Ketika Sofia pulang, pemandangan tersebut yang dilihatnya.Amarah Sofia makin berkobar saat melihat kedekatan mereka. Sofia sengaja membantin pintu hingga Liam dan Hesper terdiam.Seketika, senyuman di wajah Liam dan Hesper pun memudar.Hesper meletakkan konsol, lalu berlari dan memeluk kaki Sofia."Mama, maaf!" kata Hesper sambil menatapnya dengan kedua mata yang berkaca-kaca.Hati Sofia luluh melihat wajah Hesper, tetapi Sofia harus tega agar kejadian serupa tidak terulang lagi.Sofia tidak menghiraukan Hesper. Dia berjalan masuk dengan ekspresi masam."Mama ...." Hesper panik melihat Sofia yang amrah.Liam mematikan televisi, lalu berjalan ke depan Sofia dan berkata, "Maaf."Ekspresi Liam terlihat muram, suaranya pun rendah dan serak. Liam yang meminta maaf, tetapi justru Sofia yang salah tingkah."Bukan salahmu," jawab Sofia.Satu-sa
Otak Sofia terasa kacau."Boleh, nggak?" Hesper menarik tangan Sofia dan menggoyangkannya.Sofia tidak tega menolak permintaan Hesper yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca.Sebenarnya Sofia mengkhawatirkan keselamatan Hesper, bagaimana kalau ada yang menyakitinya lagi?"Baik." Sofia mengangguk. Seharusnya keamanan di sekolah bisa dipercaya. Anak-anak dilarang berkeliaran saat jam belajar.Asalkan Sofua menjemput Hesper tepat waktu, semestinya tidak ada masalah."Yeay!" Hesper melompat kegirangan. Dia memeluk dan mencium Sofia. "Mama paling baik."....Setelah Sofia kembali ke kamarnya sendiri, Hesper bersembunyi di balik selimut dan mengirimkan pesan suara kepada Liam. "Paman Liam, Mama mengizinkan aku kembali ke sekolah. Kamu juga semangat kerja, ya! Setelah Paman nggak sibuk, kita baru main lagi. Oke?"Liam memutar rekaman suara yang dikirimkan Hesper. "Apakah Mama memarahi kamu?""Nggak, kok." Hesper membanggakan Sofia di depan Liam. "Mama orang yang lembut, nggak pernah memarahi
Meskipun banyak pihak yang menjelek-jelekkan Mobile Wind, reputasinya sama sekali tidak terpengaruh. Jumlah unduhan dan aktivitas harian menduduki peringkat teratas dalam daftar game lokal.Seharusnya beberapa hari lagi Montech meluncurkan game terbaru, tapi tiba-tiba mereka mengeluarkan pernyataan dan meminta maaf. Mereka tidak jadi meluncurkan game terbaru karena alasan masalah teknis.Di dalam dunia game, banyak pihak yang tidak menyukai Montech. Montech sudah banyak mencotek model game yang dikembangkan perusahaan lain, ada banyak pihak yang dirugikan mereka.Begitu Montech mengeluarkan pernyataan resmi, beberapa perusahaan memanfaatkan momen ini untuk menjatuhkannya.[ Aku dengar, Montech mencontek game yang baru dirilis Grup Charula. Awalnya Montech ingin merilis dan mendahului Grup Charula, tapi siapa sangka, rencana mereka gagal! ][ Aku cuma mau bilang, karma telah bekerja! Kalau tidak bisa berinovasi, jangan bergelut di industri game. ][ Grup Charula membantu para perusahaan
Selama beberapa tahun ini, Grup Charula bekerja keras untuk menghadirkan game-game bermutu. Mereka memiliki banyak penggemar yang setia dan mendukung mereka.Liam sangat terharu melihat hasil kerja kerasnya selama ini. Liam makin bersemangat untuk mengembangkan game-game yang bermutu.Liam tidak ingin mengecewakan para pecinta game yang telah mendukung perusahaan.....Makan malam telah berakhir. Hari ini Liam meneguk lumayan banyak alkohol. Ditambah, akhir-akhir ini dia sering bekerja hingga dini hari.Kepala Liam terasa agak pusing. Dia bersandar sambil memejamkan mata dan mengusap keningnya.Tiba-tiba ponsel Liam berdering. Dia menghela napas, lalau mengeluarkan ponsel dan menjawab panggilan Lorin.Sejujurnya Liam malas berbicara dengan Lorin. Setiap Lorin menelepon, dia pasti membahas Shelbi."Halo," Liam menyapa dengan suara kelelahan."Liam ...." Suara Lorin bergetar dan terisak-isak.Semua rasa lelah Lorin langsung sirna. Dia menegakkan tubuh dan bertanya, "Ada apa?"Lorin menan
Entah siapa yang menyebarkan berita kematian Richie. Saat Liam tiba di sana, puluhan mobil telah memenuhi halaman.Liam memerintahkan sopir untuk berhenti di tepi jalan dan berjalan masuk ke rumah.Hari sudah malam, biasanya Richie sudah tidur dan rumah terasa sepi, tapi hari ini ....Halaman rumah tampak terang benderang, ada banyak orang yang keluar masuk. Para tamu yang melayat tampak menggunakan pakaian berwarna gelap.Paman Orlan berdiri di depan pintu dan bertugas untuk menyambut tamu. Kedua mata Orlan tampak sembap. Ketika melihat Liam, air mata Orlan pun jatuh membasahi pipi."Tuan Liam, akhirnya Anda datang!" kata Orlan.Liam mengerutkan bibir, dia menatap Orlan menatap orang asing.Orlan tahu mengenai berita Liam yang hilang ingatan. Orlan tak sanggup membendung air mata, dia merasa sangat terpukul atas semua masalah yang terjadi akhir-akhir ini."Tuan, silakan masuk. Tuan Besar telah menunggumu," kata Orlan."Tolong antarkan aku," pinta Liam.Orlan menyeka air matanya, lalu
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa