Yang berteriak adalah pasien nomor 1 yang dirawat di samping Bu Hutomo.Pasien tersebut meringkuk sambil berkata dengan ketakutan, "Bu, Bu, tenangkan dirimu!"Bu Hutomo berjongkok di lantai sambil memegang sebuah pecahan beling yang diarahkan ke leher. "Kalau kamu nggak mau menemui Glen, aku akan mati di sini! Aku akan mati di hadapanmu agar hidupmu tidak tenang."Bu Hutomo memelototi Sofia dengan mata memerah, tampaknya Bu Hutomo tidak main-main dengan ancamannya.Sofia mengakui, kali ini dia benar-benar ketakutan. Dia lupa kalau Bu Hutomo adalah orang yang takut mati, tidak tahu diri, dan egois!Dalam kondisi tertekan, akhirnya Sofia mengabulkan permintaan Bu Hutomo.....Glen berhasil melewati masa kritis, dia diizinkan keluar dari unit perawatan intensif dan pindah ke ruang rawat biasa.Ruang rawat terdiri dari beberapa jenis. Ada yang berisi 3 tempat tidur, 2 tempat tidur, dan ruang VIP yang berisi 1 tempat tidur. Ruangan yang ditempati Glen berisi 2 tempat tidur yang memang digun
"Sialan! Dikasih hati malah minta jantung!" Pak Hutomo memaki Bu Hutomo.Karena mengkhawatirkan nyawa Bu Hutomo , Sofia maju dan berusaha melerai mereka. Namun Pak Hutomo malah mendorong Sofia sambil membentaknya, "Minggir!"Sepertinya Glen sudah sudah terbiasa melihat pertengkaran kedua orang tuanya. Dia membuka selimutnya secara perlahan, raut wajahnya terlihat kesal dan muak."Ayah, Ibu! Cukup!" Teriakan Glen berhasil menghentikan pertengkaran kedua orang tuanya.Ketika Pak Hutomo melepaskan tangannya, Bu Hutomo memutar bola matanya dan jatuh pingsan. Dahi Bu Hutomo terlihat memerah, wajahnya pun tampak lebih pucat daripada sebelumnya. Bisa dibayangkan betapa kejamnya tindakan Pak Hutomo.Glen memohon kepada Sofia, "Tolong panggilkan perawat atau tekan tombol yang ada di ujung sana."Awalnya Sofia ingin keluar, tetapi Pak Hutomo mengadang jalannya. "Kamu nggak boleh ke mana-mana, diam di sini!"Meskipun Pah Hutomo dan istrinya bertengkar, dia tetap harus menghargai perjuangan istrin
Ketika Sofia meninggalkan ruangan Glen, dia berpapasan dengan perawat yang sedang membawa cairan untuk menginfus Bu Hutomo."Bu, permisi ...," perawat memanggil Sofia sambil melambaikan tangan.Sofia berpikir, 'Cobaan apa lagi ini?'"Ini ...." Perawat memberikan selembar tagihan. "Tolong dibayar."Sofia melirik tagihan yang diberikan, nominalnya berjumlah 10 juta."Sepertinya kamu salah paham." Sofia tersenyum kepada perawat. "Aku dan Glen tidak memiliki hubungan apa-apa. Berikan tagihan ini kepada keluarganya, aku tidak tahu apa-apa.""Hah?" Perawat terkejut sampai menganga. "Kamu bukan istrinya? Kata ibunya, Pak Glen sudah menikah, tapi istrinya ...." Perawat bingung bagaimana melanjutkan ucapannya.Walaupun perawat tidak menyelesaikan kalimatnya, Sofia tahu apa yang hendak diucapkannya. Yang pasti Bu Hutomo tentu menjelek-jelekkan menantunya."Maafkan aku, kamu adalah satu-satunya wanita yang menjenguk Pak Glen, jadi aku kira kamu adalah istrinya." Perawat menyimpan kembali tagihan
Sofia mengira kalau Evano ingin mengajaknya untuk mendiskusikan masalah perceraian, makanya Sofia memutuskan untuk meluangkan waktunya.[ Aku tidak ada urusan lain di hari jumat malam. ]Hari kamis Sofia bertugas pada malam hari dan pulang pada jumat pagi sehingga dia bisa beristirahat dari jumat pagi sampai hari sabtu.Evano membalas.[ Apakah kamu bisa menemaniku untuk menghadiri sebuah pesta? ][ Aku tidak punya banyak teman di kota ini. Orang lain datang membawa pasangan, aku malu kalau datang sendirian. ]Evano juga tidak lupa menyematkan emoticon memelas.Sofia agak ragu, dia tidak tahu harus menerima atau menolak permintaan Evano. Jika Evano hanyalah seorang pengacara biasa, Sofia akan membantunya tanpa pikir panjang. Namun Evano adalah pemegang saham terbesar nomor dua di Grup Charula, pesta yang dihadiri Evano pasti bukan pesta biasa.Sofia bukannya takut bertemu orang-orang penting, dia justru khawatir akan mempermalukan Evano. Sofia merasa kalau dirinya hanyalah seorang wani
Begitu jendela mobil diturunkan, Sofia tertegun melihat sosok yang ada di depannya."Pak, Pak Liam?" Sofia terkejut, dia dan Liam saling bertatapan selama beberapa detik. "Di mana Pak Evano?"Liam menarik kembali tatapannya dan memalingkan wajah sambil menjawab, "Dia lagi sibuk. Aku diminta datang menjemputmu.""Oh." Sofia mengangguk. Ketika hendak masuk ke dalam mobil, Sofia merasa canggung dan bingung. Dia tidak tahu harus duduk di mana?Liam menyetir sendiri, tidak ada sopir yang menemani. Jika Sofia duduk di kursi penumpang, dia takut menghadapi aura Liam yang begitu mengintimidasi. Jika duduk di belakang, Sofia malah memperlakukan Liam seperti sopir pribadi."Tunggu apa lagi?" Liam menatap Sofia sambil mengerutkan alis. "Tidak jadi pergi?""Jadi, jadi." Sofia langsung membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang.Untungnya Liam tidak berkata apa-apa. Biasanya ada Evano yang bisa mencairkan suasana, tapi sekarang Sofia harus menghadapi Liam sendirian.Selama perjalanan, Liam ti
Vivian langsung mencerna permintaan Liam, lalu menarik tangan Sofia dan mengangguk. "Baik.""Silakan pilih gaun yang kamu suka." Vivian mempersilakan Sofia dengan ramah. "Semua busana di sini adalah merek-merek mewah, pilih saja sesukamu."Semua busana ini hanya dikenakan 1 kali dan setiap musim Vivian harus merancang puluhan busana dengan desain yang berbeda-beda. Para model, pebisnis, atua orang-orang kaya selalu bergonta-ganti busana, mereka tidak pernah mengenakan pakaian atau gaun yang sama untuk menghadiri pesta.Sofia tidak menyangka bisa berada di sini, dia tidak menyangka akan dilayani oleh perancang busana terkenal yang telah mendunia.Awalnya Sofia ingin bertanya untuk memastikan, tapi dia takut kalau Liam marah."Em." Sofia mengangguk sambil berusaha bersikap tenang.Vivian memperkenalkan busana-busana terbarunya. "Ini adalah rancangan terbaru, yang di bagian sana adalah gaun-gaun lama.""Oh." Sofia mengangguk dengan datar."Pak Evano, Anda mau menunggu di sini atau ...," V
Terdengar suara hentakan hak tinggi yang berjalan dengan tergega-gesa.Tak berapa lama, Agatha tiba di lantai 3 sambil berteriak, "Vivian!"Liam mengerutkan alis saat mendengar teriakan Agatha.Vivian sudah belasan tahun berkecimpung di dunia desain, dia terbiasa menghadapi orang-orang penting dan pintar membaca situasi. Sesaat menyadari perubahan ekspresi Liam, Vivian buru-buru berlari ke arah tangga untuk mengadang Agatha."Agatha, kok kamu datang nggak bilang-bilang?" tanya Vivian.Agatha menjawab, "Sejak kapan ke sini harus bilang-bilang? Biasanya juga aku langsung datang. Oh iya, ini pertama kalinya pegawaimu menghalangi jalanku. Menyebalkan!"Meskipun Agatha cemberut, dia tidak berani bersikap lancang kepada Vivian. Bagaimanapun Vivian bukanlah orang sembarang, Agatha hanya berani mengeluh di hadapannya.Vivian merangkul Agatha dan menjelaskan dengan lembut, "Sekarang lagi ada tamu penting, tolong tunggu sebentar, ya? Setelah tamu ini beres, aku akan menemanimu untuk memilih gaun
Vivian tidak menyangka bahwa Liam sekeras ini.Vivian tidak menyukai perasaan ini, tapi dia harus menahan diri dan tetap bersikap profesional."Pak Evano, maafkan aku." Vivian menundukkan kepada, lalu pamit dan pergi menemui Agatha.Tak lama setelah Vivian pergi, Sofia membuka tirai ruang ganti sambil berbicara dengan lembut, "Vivian ...."Namun Sofia hanya melihat Liam yang duduk di sofa. Sofia memandang ke kanan dan kiri, lalu bertanya, "Di mana Vivian? Tadi aku mendengar suaranya.""Vivian ada urusan sebentar." Liam bangkit berdiri sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Ada apa?"Liam berjalan ke depan Sofia dan menatapnya dengan sinis. Karena akan didandani Vivian, hari ini Sofia sama sekali tidak mengenakan riasan wajah.Dari jarak sedekat ini, Liam bisa melihat wajah Sofia dengan jelas. Kulit Sofia yang putih pun berangsur-angsur memerah, dia malu ditatap seperti ini.Liam menelan air liur, rasanya dia ingin menerkam Sofia. Sebuah pikiran sontak terbesit di otak
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa