Vivian tidak menyangka bahwa Liam sekeras ini.Vivian tidak menyukai perasaan ini, tapi dia harus menahan diri dan tetap bersikap profesional."Pak Evano, maafkan aku." Vivian menundukkan kepada, lalu pamit dan pergi menemui Agatha.Tak lama setelah Vivian pergi, Sofia membuka tirai ruang ganti sambil berbicara dengan lembut, "Vivian ...."Namun Sofia hanya melihat Liam yang duduk di sofa. Sofia memandang ke kanan dan kiri, lalu bertanya, "Di mana Vivian? Tadi aku mendengar suaranya.""Vivian ada urusan sebentar." Liam bangkit berdiri sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Ada apa?"Liam berjalan ke depan Sofia dan menatapnya dengan sinis. Karena akan didandani Vivian, hari ini Sofia sama sekali tidak mengenakan riasan wajah.Dari jarak sedekat ini, Liam bisa melihat wajah Sofia dengan jelas. Kulit Sofia yang putih pun berangsur-angsur memerah, dia malu ditatap seperti ini.Liam menelan air liur, rasanya dia ingin menerkam Sofia. Sebuah pikiran sontak terbesit di otak
Simpul di tenggorokan Liam tampak bergulir, kedua matanya yang muram tampak memancarkan sorotan misterius."Pak Liam, tolong tarik ritsletingnya, aku mau melepaskan rambutku yang tersangkut." Ucapan Sofia sontak memecah lamunan Liam.Liam mengedipkan mata, dia segera menepis semua pikiran mesumnya dan mengulurkan tangan untuk menarik ritsleting gaun Sofia. "Sini, biar aku saja. Tahan sebentar, mungkin agak sakit."Tenggorokan Liam terasa kering sehingga suaranya terdengar serak. Liam menyatukan kedua deretan gigi ritsleting, lalu menariknya secara perlahan-lahan sambil melepaskan helaian rambut Sofia yang tersangkut.Gerakan Liam sangat pelan, dia sangat berhati-hati seolah sedang berhadapan dengan harta karun.Tanpa sengaja, Sofia melihat wajah Liam dari cermin. Sofia tertegun melihat sikap dan ekspresi Liam. Liam yang sekarang terasa berbeda dengan Liam yang Sofia kenal.Jantung Sofia terasa berdegup kencang, rasanya jantung ini ingin melompat keluar. Sofia bahkan bisa mendengar suar
Raut wajah Liam terlihat datar sehingga Sofia tidak tahu bagaimana penilaian Liam terhadap penampilannya.Liam tersentak, dia terbangun dari lamunannya dan bertanya, "Apa?"Sofia kecewa mendengar jawaban Liam. Sofia mengira Liam melamun karena dia tidak menyukai gaun yang dikenakan Sofia."Bagaimana gaunnya?" Sofia bertanya tanpa berharap apa-apa."Lumayan," Liam menjawab secara spontan.'Ternyata benar, dia nggak suka,' pikir Sofia yang tampak cemberut, lalu berkata, "Oh, baiklah. Aku coba gaun yang lain."Liam melambaikan tangannya, lalu menjelaskan sambil menatap Sofia yang tampak kebingungan, "Waktunya sudah mepet. Pakai gaun ini saja.""Oh, baiklah." Sofia tidak berani membantah perintah tuan muda ini. "Aku akan menunggu sampai Vivian kembali dan mendandaniku."Liam mencari alasan untuk meninggalkan tempat ini. "Aku akan memanggilnya."Liam tidak berani terlalu lama berduaan dengan Sofia di dalam ruangan yang sepi ini. Liam takut tidak bisa mengontrol diri sendiri.Di sisi lain.V
Suara gesekan tirai yang berderai pun sontak membuat jantung Vivian berdegup kencang. Sekujur tubuhnya terasa membeku, dia ketakutan dan gugup."Vivian!" Ketika mendengar suara di luar, Sofia mendahului Liam untuk membuka tirai ruang ganti. "Aku sudah selesai memilih. Apakah gaun ini cocok?"Vivian langsung membalikkan badan dan tersenyum untuk menutupi ketakutannya. Begitu melihat penampilan Sofia, Vivian bahkan sampai ikut terpesona. "Cantik ...."Vivian tahu Sofia memiliki wajah yang cantik, dia juga tahu gaun tersebut memang dirancang dengan desain yang feminin. Hanya saja, Vivian tidak menyangka perpaduan gaun dan wajah serta tubuh Sofia akan menjadi secantik ini.Vivian menjawab dengan tulus, "Cocok, sangat cocok!"Saking cocoknya, sepertinya gaun ini memang dirancang khusus untuk dikenakan Sofia.Setelah mendapatkan validasi dari Vivian, Sofia kembali merasa percaya diri. Dia tersenyum lembut dan berkata, "Terima kasih.""Hmm, kamu tunggu sebentar. Aku ada urusan sebentar. Setel
Liam tidak berniat memberikan penjelasan apa pun."Aku beri 2 pilihan. Seret dia turun atau kita hitung jumlah ganti rugi yang harus kamu bayar," kata Liam sambil mengernyit.Kali ini Vivian harus bersikap tegas. "Agatha, cepat turun!"Vivian berusaha memberikan isyarat mata kepada Agatha, tetapi Agatha tidak memedulikannya. Tatapan Agatha hanya tertuju kepada Liam."Pak Liam." Mata Agatha terlihat berkaca-kaca. Dia berlari ke arah ruang ganti, lalu mendorong Sofia dan memeluk Liam dengan erat. "Pak Liam, kemarin memang salahku. Semua itu rencana perusahaan, bukan aku. Aku mohon, maafkan aku."Agatha membenamkan wajahnya di dada Liam. Air mata dan ingus Agatha sampai mengenai kemeja yang dikenakan Liam.Dalam sekejap, wajah Liam pun memerah, seperti ada lonjakan amarah yang akan meledak!Sofia yang berdiri di samping langsung merinding saat melihat raut wajah Liam, Vivian yang berdiri agak jauh juga sampai melangkah mundur. Namun Agatha masih tidak menyadari kecerobohannya, dia malah m
Saat itu Agatha tidak terlalu memusingkan kegagalannya. Siapa yang tidak pernah gagal?Namun Agatha tidak menyangka, perbuatannya malam ini akan mendatangkan malapetaka yang menghancurkan kariernya.Agatha kehilangan pekerjaan, semua berada di luar kendalinya. Agatha menemui pemimpin agensi untuk meminta pertolongan, tetapi pemimpin agensi malah memerintahkan Agatha untuk menemani lebih banyak bos besar. Masalahnya, Agatha yang bekerja keras, tapi aktris lain yang menikmati hasilnya.Akhirnya Agatha meminta meminta penjelasan, pemimpin agensi mengatakan bahwa Agatha telah di-blacklist oleh Liam sehingga tidak ada yang berani mempekerjakan Agatha. Namun selama Agatha menuruti perintah agensi dan kontrak masih berlanjut, dia tetap bisa menikmati kehidupan seperti sekarang.Agatha tahu apa bayaran yang harus diberikan untuk menikmati kehidupan seperti ini. Namun Agatha juga memiliki cita-cita dan ambisi, dia tidak mau menjadi wanita yang hanya bisa menjual tubuh untuk memperkaya orang lai
Semua orang tidak tega melihat Agatha. Satu-satu orang yang tidak tersentuh hanyalah Liam.Sofia berpikir, 'Apakah hati Liam terbuat dari batu?'"Kamu tidak berniat menjebakku?" Liam mendengus dingin. "Benar juga. Dilihat dari semua pria yang berhasil kamu goda, aku bukanlah tipe yang kamu suka."Agatha tersentak mendengar ucapan Liam. Dada Agatha terasa sesak sampai kesulitan bernapas dan batuk-batuk.Liam semakin jijik saat melihat Agatha yang berpura-pura tampak menyedihkan."Ngapain masih diam saja?" Liam menatap beberapa karyawan Vivian. "Masih tidak cepat diseret pergi?"Beberapa karyawan Vivian tersadar dari lamunan. Mereka buru-buru menahan tangan dan kaki Agatha, lalu mengangkatnya pergi.Agatha memberontak sekuat tenaga, dia menendang kakinya sambil berteriak histeris, "Lepas, lepaskan aku!"Sayangnya tidak ada seorang pun yang menghiraukan teriakan Agatha. Setelah Agatha dibawa turun, perlahan-lahan suara teriakannya pun hilang.Sekarang hanya tersisa Liam, Sofia, dan Vivian
Dekorasi di lantai 2 tidak kalah mewah dengan dekorasi di lantai 3. Bedanya, lantai 2 diperuntukkan bagi pelanggan umum, sedangkan lantai 3 hanya digunakan untuk melayani tamu VIP.Dengan dipandu pegawai toko, akhirnya Sofia sampai di kamar yang berada di ujung lorong. Berdasarkan penjelasan staf, kamar mandi ini biasanya hanya digunakan oleh para artis papan atas, orang biasa tidak boleh memakainya. Oleh sebab itu, tingkat keamanan dan privasi kamar mandi ini sangat tinggi.Sofia mengetuk pintu kamar mandi. Tak berapa lama, Liam bertanya dengan suara teredam, "Siapa?""Pak Liam, aku datang mengantarkan pakaianmu," jawab Sofia."Kamu sendirian?" tanya Liam."Iya, aku sendirian," jawab Sofia.Beberapa menit kemudian pintu kamar mandi terbuka. Liam keluar dengan diiringi hawa panas yang mengepul. Ketika mengangkat kepalanya, Sofia melihat dada Liam yang kekar, lebar, dan basah.Sofia terpanah menatap tetesan air hangat mengalir di sekujur tubuh Liam. Saat tatapan Sofia tertuju kepada kak
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa