Entah siapa yang membocorkan rahasia mengenai kondisi Liam."Presdir Grup Charula Tertembak. Kondisinya Parah dan Koma!" Media-media besar diwarnai oleh pemberitaan yang sama. Grup Charula jelas terkena dampaknya, harga saham mereka turun 10% hanya dalam satu hari.Sofia tidak mengkhawatirkan situasi Grup Charula. Namun begitu berita tersebut dirilis, seluruh anggota Keluarga Pranoto pun ricuh.Seperti yang diduga, Lorin menghubungi Sofia."Sofia, ada apa dengan Liam? Apakah berita itu benar?" Suara Lorin terdengar gemetaran, dia pasti mengkhawatirkan kondisi putranya.Sofia merasa tak ada gunanya berbohong. "Benar, Bu ...."Lorin tak bergeming, Sofia hanya mendengar suara napas yang terengah-engah."Liam, dia ...," jawab Lorin sambil terisak-isak. "Dia di mana?"Sofia memberi tahu alamat rumah sakit tempat Liam dirawat. Sebelum sempat mengucapkan dukacita, Lorin telah menutup panggilannya.Sofia menyimpan kembali ponselnya.....Pada sore hari, Sofia pulang bekerja seperti biasanya.S
Sofia tak membutuhkan waktu lama untuk menemukan tempat tinggal baru. Akhirnya dia bisa pindah dari rumah Liam.Meskipun Evano memberi tahu Sofia bahwa Liam telah menyerahkan rumah yang ditempatnya, Sofia tetap memilih pergi dari rumah itu.Berita kehamilan Fiane telah menyebar, semua anggota Keluarga Pranoto sudah mengetahuinya.Keenan makin sering mengunjungi Sofia. Keenan memberikan bunga, hadiah, mengajaknya makan .... Dia telah menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan Sofia.Hanya saja Sofia tidak tersentuh, dia bahkan mengajukan surat pengunduran diri.Sebenarnya Sofia telah mempertimbangkan untuk mengundurkan diri sejak lama. Semua hal-hal buruk selalu terjadi setiap Sofia berada di kota ini, dia tidak menyukai tempat ini.Sofia sadar, dia tidak mungkin dipindahkan kembali ke Kota Haita, mengundurkan diri adalah satu-satunya cara untuk membebaskan diri.Keenan adalah alasan terbesar Sofia merelakan uang sewa selama 3 bulan yang telah dibayarkannya kepada pemilik rumah.Tebaka
Sejujurnya Sofia juga tidak ingin kembali ke Kota Haita.Kota itu menyimpan berbagai kenangan tentang Liam."Aku ingin memulai hidup di tempat baru," jawab Sofia."Aku mendukung ke mana pun kamu pergi. Aku hanya minta satu hal, beri tahu aku dan hubungi aku," pinta Evano."Pasti." Sofia mengangguk.....Sofia jarang memiliki waktu luang, dia mengundang Evano untuk makan malam bersama, tetapi Evano malah menolaknya.Evano melirik jam tangannya dan berkata, "Sudah sore, aku harus pergi ke rumah sakit. Nanti kita cari waktu lain untuk makan bersama.""Kamu ngapain ke rumah sakit?" Sofia penasaran.Masa Evano mau pergi menemani Fiane? Evano dan Fiane tidak seakrab itu.Evano mengerutkan bibir. "Pergi merawat Liam."Sofia mengerutkan alis. "Bukannya ada Fiane?""Hem!" Evano mendengus dingin. "Dia mengandung keturunan Keluarga Pranoto, mana mungkin mereka mengizinkannya bekerja terlalu keras? Kamu tahu sendiri cerewetnya Liam, sedangkan Fiane nggak bisa apa-apa. Siapa lagi yang bantu kalau b
Jika bukan karena Selena sedang hamil, Sofia pasti sudah menepis tangannya.Selena mengadang jalan Sofia. Beberapa orang pengawal yang menemani Selena pun berlari untuk melindunginya."Nyonya, hati-hati." Para pengawal terlihat gugup melihat Selena yang berlari."Aku tidak apa-apa." Selena melambaikan tangan, lalu menatap Sofia sambil mengeluh manja, "Suamiku terlalu khawatir. Begitu tahu aku mau jalan-jalan, dia mengutus segini banyak pengawal untuk menemaniku. Saking mengkhawatirkan keadaanku, dia meneleponku setiap 10 menit sekali. Padahal aku bukan anak-anak, dia nggak perlu cemas gitu."Sofia tidak bodoh, dia tahu bahwa Selena sedang memamerkan kebahagiaannya."Suamimu baik banget." Sofia menunjukkan ekspresi iri.Jika Sofia tidak memuaskan ego Selena, Sofia tidak akan bisa melepaskan diri dari Selena.Selena tertawa dan berlagak rendah hati. "Apanya yang baik?"Kemudian Selena mengangkat tangannya dan menunjukkan gelang giok yang dikenakan. "Nih, lihat giok ini. Jelek dan kuno ba
"Seandainya Kakak menikah untuk ketiga kalinya, sebaiknya kamu segera punya anak." Selena berbaik hati menasihati Sofia. "Usiamu sudah nggak muda, nggak boleh ditunda lagi. Kalau ketuaan, risiko melahirnya pun lebih tinggi."Setiap kalimat yang dilontarkan Selena terdengar tulus, tapi menusuk. Namuna Sofia tidak marah, dia tetap mengimbangi sandiwara Selena."Em." Sofia mengangguk.Sesampainya di tangga eskalator, Sofia merasakan tenaga yang besar menghantam lengannya.Selena tidak memperhatikan saat melangkah, dia terjatuh ke depan dan menarik Sofia.Sofia berusaha menahan tubuhnya dengan bertumpu pada pegangan, tetapi kekuatan Selena terlalu besar. Mereka berdua pun terpeleset dari tangga eskalator. Untungnya Selena hanya terjatuh dari beberapa anak tangga, bukan berguling ke bawah."Ah!" Selena berteriak kesakitan.Para pengawal bergegas menghentikan tangga eskalator yang berjalan, lalu memapah Selena dan mengencek kondisinya.Selena menangis tersedu-sedu, dia memelototi Sofia dan m
Sofia pergi ke rumah Lorin.Sofia tidak mungkin membiarkan orang tua Liam menghadapi keluarga Kenta.Carlo dan Evira sedang menunggu Sofia di ruang tamu. Raut wajah mereka terlihat masam.Begitu Sofia tiba di sana, Evira langsung memukul Sofia. "Wanita jahat! Kalau trejadi sesuatu kepada cucuku, aku nggak bakal memaaafkan kamu!"Kuku Evira lumayan panjang, wajah Sofia pun terluka dan berdarah akibat dicakar.Gerakan Lorin tidak secepat Evira, dia terlambat menahannya. Lorin berusaha melerai Evira dan membujuknya, "Tenang dulu! Dengarkan penjelasan Sofia.""Apa gunanya menjelaskan? Memangnya dia bakal mengakui kesalahannya?" Evira memeloti Sofia. "Aku nggak pernah ketemu wanita sejahat dia! Selena adalah adiknya, tega banget mencelakai adik sendiri."Sofia menatap Evira dengan tegas. "Aku tidak mendorong Selena, dia jatuh sendiri. Justru aku yang menarik tangannya, makanya dia tidak sampai berguling ke lantai. Kalau aku tidak menahan tangannya, mungkin dia sudah keguguran.""Bohong!" Ev
"Iya." Sofia menatap ke arah jendela.Hujan yang turun menutupi pemandangan kota yang dibenci Sofia. Sopir taksi mengajak Sofia mengobrol, tapi Sofia tak fokus mendengarkannya.Karena jalanan yang macet, Sofia hampir ketinggalan penerbangan. Dia berlari secepat mungkin, untungnya masih keburu.Sebelum terbang, pramugari mengingatkan para penumpang untuk mematikan ponsel.Sofai tidak dapat menahan diri, dia mengirimkan pesan terakhir kepada Liam.[ Selamat tinggal. Semoga kamu dan dia bahagia. ]Mungkin beberapa tahun lagi mereka baru bertemu kembali. Namun juga ada kemungkinan tidak akan pernah bertemu lagi.Bagi Sofia tidak masalah, mereka harus memulai lembaran baru tanpa kehadiran satu sama lain.Meninggalkan Liam sama dengan meninggalkan masa lalu yang menyedihkan.....Sofia agak lelah, penerbangan ini sangat panjang.Sofia pusing mendengar tangisan dan teriakan anak kecil yang berada di kelas ekonomi.Sofia bangkit berdiri dan beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setibanya
Pria paruh baya mengikuti Sofia masuk ke dalam taksi.Pria ini bernama Darius Sungkar, dia bekerja di Mitse Orian, salah satu perusahaan pelayaran terbesar di dunia. Karena tuntutan pekerjaan, Darius sering melakukan perjalanan dinas ke Negara Bareo dan Negara Amor."Biasanya aku membawa asisten, tapi kali ini asistenku sedang ada urusan keluarga. Untung ada kamu." Darius sangat berterima kasih kepada Sofia.Kemudian Darius memberikan kartu namanya kepada Sofia dan berkata, "Hari ini aku masih ada urusan. Begitu ada waktu, aku akan mentraktirmu makan."Sofia tersenyum. "Aku datang untuk kuliah.""Oh ...." Darius mengerutkan alis. "Bukannya kuliah dimulai bulan Agustus? Kenapa kamu datang secepat ini?""Aku perlu belajar bahasa dulu." Sofia menunduk malu. "Kalau langsung kuliah, aku takut tidak bisa mengikuti pelajarannya.""Apakah kamu ada tempat tinggal?" Darius tampak sangat memperhatikan Sofia. "Kamu tahu alamat universitasnya? Perlu kukirim orang untuk mengantarmu?"Sofia menolakny
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa