Ketika Liam menggendong Molly, raut wajah Fiane terlihat sangat kaku."Kayaknya Molly kangen sama kamu." Fiane berusaha mencari alasan yang masuk akal untuk menjelaskan sikap Molly yang aneh."Mungkin." Liam mengusap kepala Molly.Fiane lega, untung Liam tidak curiga ataupun menginterogasinya.Molly merasa tenang berada di dalam pelukan Liam. Dia mengeong dengan manja dan mengusap telapak tangan Liam.Liam menggendong Molly ke atas sofa, Fiane juga mengikuti dari belakang.Sebagai orang luar, Evano hanya bisa menunggu dan menyaksikan sandiwara mereka."Anak nakal!" Fiane menyandarkan kepalanya di bahu Liam, lalu mengulurkan jari telunjuk dan menyentil kepala Molly.Di saat bersamaan, tiba-tiba Fiane berteriak, "Ah!"Fiane menarik kembali tangannya sambil merintih kesakitan. Liam melihat tiga cakaran yang membekas di punggung tangan Fiane.Molly adalah jenis kucing yang penurut dan tidak galak. Mereka suka bermain dan tidak pernah mencakar manusia.Liam tertegun, ini adalah pertama kali
Melihat Fiane yang mengulurkan tangan, Molly memelototinya dan mengambil ancang-ancang untuk menyerang.Fiane ketakutan dan bergegas menarik kembali tangannya."Ada pengawal, tidak perlu takut." Liam tersenyum lembut.Evano ingin tertawa melihat sikap Liam. "Pak Liam, aku masih ada janji dengan klien di hotel. Apakah kamu bisa mengantarku pulang dulu?""Baik," jawab Liam."Aku pulang dulu, biar pengawal yang mengantarmu." Liam bangkit berdiri dan pergi.Fiane tak berani memaksa, dia terpaksa pergi ke rumah sakit bersama pengawal.....Begitu masuk ke dalam mobil, Liam meletakkan Molly ke atas pangkuan Evano.Evano terkejut, dia langsung mencondongkan tubuhnya ke belakang dan mengangkat kedua tangannya."Taruh di belakang saja," Evano berteriak ketakutan."Anak pintar!" Liam melirik Molly sambil tersenyum, lalu berkata kepada Evano, "Kucing ini bodoh, dia tidak sembarangan mencakar orang.""Jangan bohong!" Evano memelototinya sambil berteriak, "Kamu kira kau buta? Aku lihat sendiri dia
Sekarang Sofia sedang berusaha untuk menyukai kucing yang dibelikan Liam.Sikap Liam tadi malam membuat Sofia takut. Di saat bersamaan, Sofia juga menyadari sikapnya yang salah. Dia terlalu dingin terhadap kucing yang tak berdosa ini.Sofia membelikan banyak camilan untuk Molly. Dia membuka sebungkus camilan, lalu menggendong kucing ini ke atas pangkuan dan menyuapinya.Kucing ini sudah sembuh. Tadi malam dia tidak nafsu makan, tetapi sekarang dia melahap camilannya dengan antusias.Setelah selesai makan, kucing ini menatap Sofia dengan memelas. Sofia tersenyum sambil mengusap hidungnya. Kucing ini berbaring dan mengusap-usap tubuhnya ke pangkuan Sofia.Hati Sofia luluh menghadapi kucing yang begitu manis dan menggemaskan ini.Sofia mengusap kepala kucing ini sambil meminta maaf, "Maafkan aku ...." yang mengabaikanmu.....Pada sore hari, Liam dan Evano pulang ke rumah.Sofia sedang memasak. Ketika mendengar suara pintu, dia pun kembali ke ruang tamu dan melihat Evano yang menggendong
Molly baik-baik saja selama bersama Sofia. Begitu diberikan kepada Fiane, Molly malah pulang dalam keadaan kaki patah.Sofia yakin, Fiane pasti melakukan sesuatu kepada Molly.Liam juga tidak tahu-menahu, tetapi tatapan mata Sofia membuatnya marah sekaligus sedih.Apakah Sofia menyalahkan Liam atas tindakan Fiane? Jadi Liam harus bertanggung jawab atas semua kesalahan Fiane?"Tidak perlu menatapku seperti itu." Liam mendengus dingin. "Aku akan menanyakannya pada Fiane."Sofia mengepalkan kedua tangannya. "Bagus!"....Setelah Molly diobati, dokter tidak langsung mengizinkan Molly pulang."Sebaiknya Molly dirawat selama beberapa hari untuk diobservasi." Dokter melirik Sofia yang duduk di kursi roda. "Kamu pasti mengerti rasanya, 'kan?"Sofia tidak tega meninggalkan Molly, tetapi dia harus melakukannya demi kesembuhan Molly.Di dalam perjalanan pulang, suasana di dalam mobil terasa canggung. Sofia dan Liam tidak berbicara.Evano berusaha menghibur Sofia. "Tenang saja, Molly pasti sembuh.
"Sofia, salahkan aku saja, jangan marahi Liam!" Fiane berteriak, suaranya terdengar cemas. "Liam nggak salah. Kalau mau marah, lampiaskan saja kepadaku."Melampiaskan kemarahan?Rasanya Sofia memang ingin menjambak dan memaksa Fiane untuk meminta maaf kepada Molly, tetapi apa gunanya? Tidak akan bisa mengubah apa-apa.Liam tetap memercayai dan melindungi Fiane. Tidak ada gunanya berdebat.Dalam sekejap, kemarahan Sofia langsung hilang. Dia kelihatan lemas dan tak berdaya. "Aku capek, mau tidur."Setelah Sofia pergi, Liam belum menutup panggilannya."Liam, apakah kamu memercayai aku?" Suara Fiane terdengar gugup dan gemetar.Wajah Liam terlihat masam dan marah, tetapi suaranya terdengar begitu lembut. "Tentu saja aku memercayaimu."Evano menyeringai dingin, dia sangat mengagumi kemunafikan Fiane.Fiane masih ingin mengobrol, tapi Liam mengatakan dirinya lelah dan ingin beristirahat. Akhirnya Fiane terpaksa mengakhiri obrolannya."Ckck." Evano berdecak sambil menggelengkan kepala. "Apaka
Sofia membelalak, Kenta menikahi Selena?Pertama-tama, bagaimana Kenta bisa mengenal Selena? Yang kedua, bagaimana mereka bisa menikah?"Ini ...." Sofia menunggu penjelasan Liam."Seperti yang kamu lihat." Liam tak menjelaskan terlalu banyak. "Kenta menikahi Selena."Sofia bisa baca, dia tidak buta. Sofia berusaha menahan emosinya dan bertanya dengan sabar, "Kok ... mereka bisa menikah?""Selena hamil," jawab Liam.Jawaban Liam bagaikan petir yang menyambar. "Bukannya Selena berpacaran sama Niel? Kok dia bisa tiba-tiba mengandung anak Kenta?"Berita apa yang Sofia lewatkan? Dia tidak menyangka Kenta menikahi Selena. Lalu bagaimana dengan Niel?Sofia menundukkan kepala dan menatap nama Selena yang tercetak di kartu undangan. Sofia mengerutkan alis, dia berusaha mengingat-ingat semua petunjuk yang diketahui.Berdasarkan watak Selena, dia pasti memilih Kenta. Kenta jauh lebih kaya daripada Niel.Namun kenapa Kenta bersedia menikahi Selena? Sofia merasa hubungan Kenta dan Selena tak mungki
Tak terasa, waktu berjalan sangat cepat, dua minggu telah berlalu.Kaki Sofia sudah sembuh, akhirnya dia kembali bekerja.Setiap hari Keenan mencari-cari alasan untuk menemui Sofia di ruangannya. Semua karyawan di hotel melihat perhatian yang diberikan Keenan kepada Sofia.Gosip mengenai hubungan Keenan dan Sofia telah tersebar, tetapi Sofia pura-pura tidak mengetahuinya. Sofia membeli sebuah cincin pernikahan yang sederhana dan memakainya di jari manis.Sejak pertengkaran hari itu, Sofia dan Liam tidak jadi bercerai. Sofia juga tidak ingin mempermalukan diri sendiri dengan menarik kata-katanya. Jadi sekarang Sofia hanya bisa bersabar hingga Liam yang membahas masalah perceraian.Hanya saja, akhir-akhir ini Liam dan Fiane makin berani menunjukkan kemesraan mereka.Liam mulai membawa Fiane ke beberapa pesta formal maupun pesta biasa. Agar memiliki lebih banyak waktu bersama, Liam juga menjadikan Fiane sebagai sekretarisnya.Satu-satunya batas yang tidak dilanggar Liam adalah meniduri Fi
Di saat bersamaan, seseorang mengetuk pintu kamarnya."Siapa?" Liam bertanya sambil mengerutkan alis.Fiane menjawab dengan suara manja, "Housekeeping ...."Liam menghela napas panjang. Dia berusaha menepis kebenciannya, lalu tersenyum lembut dan membuka pintu.Fiane datang membawakan makanan. "Kamu pasti lapar. Aku membawakan makanan kesukaan kamu."Semua hidangan yang tersedia di hotel ini adalah masakan barat. Yang Fiane maksud dengan makanan kesukaan Liam adalah steak dan spaghetti.Liam tidak nafsu makan, dia hanya makan beberapa suap."Kamu nggak suka?" Fiane bertanya dengan cemas."Tidak lapar." Liam menggelengkan kepala sambil tersenyum."Kalau begitu ...." Fiane mengangkat gelasnya. "Mau minum anggur?"Liam memiliki pengalaman yang buruk, dia tidak berani asal meneguk minuman yang dituangkan orang lain."Tidak." Liam mengusap kepalanya sambil menghela napas. "Kepalaku sakit setelah bekerja seharian."Fiane kecewa, tetapi dia tetap berusaha tersenyum. "Baiklah.""Kalau kamu tid
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa