Lorin justru lega mendengarnya."Kalau begitu biarkan saja. Hari ini, Ibu ajarkan membuat kue lapis mangga.""Oke." Perhatian Sofia berhasil dialihakn.Pada siang hari, Lorin memaksa Sofia tidur siang. Setelah bangun, mereka kembali membuat kue hingga sore hari.....Liam pulang seperti biasa.Ketika memasuki rumah, Liam melihat sepasang sepatu yang tidak asing. Sepatu tersebut adalah milik Lorin, ibunya.Lampu ruang tamu menyala, tetapi tidak ada orang di sana. Sesampainya di dapur, Liam melihat Sofia dan Lorin yang sedang membuat sesuatu.Begitu mendengar suara, Sofia mengangkat kepala dan menyapa dengan lembut, "Sudah pulang?"Di depan Lorin, Sofia terpaksa berpura-pura menjadi seorang istri yang berbudi luhur dan lembut."Em." Liam menghampiri mereka. "Kalian membuat apa?""Ibu membeli seekor ayam kampung, mau dimasak ayam asam manis," jawab Sofia.Liam mengangguk. "Butuh bantuan?"Sebelum Sofia sempat menjawab, Lorin langsung memerintahkan, "Tidak ada, keluar!"Liam dan Sofia agak
Lorin dan Liam memasuki ruang kerja.Sofia tidak tenang dan ingin ikut, tetapi dia malah dihalangi oleh Lorin."Sofia, ini masalah antara kami berdua, tidak ada hubungannya denganmu," kata Lorin.Sofia menghentikan langkahnya dengan kecewa sambil menatap pintu ruang kerja yang ditutup dengan cara dibanting.Sofia memiliki firasat yang buruk, tampaknya Liam berada di dalam masalah besar. Sebaliknya, Liam yang berada di dalam masalah justru belum menyadari ancaman yang ada di depan mata.Liam duduk di sofa ruang kerja sambil menyilangkan kedua kakinya. Dia menghadapi kemarahan Lorin dengan tenang dan berkata, "Meskipun Ibu marah, aku tetap tidak akan berubah pikiran."Api kemarahan di hati Lorin semakin berkobar. Dia mengambil map di atas meja dan melemparkannya ke arah Liam yang akhirnya mendarat dengan keras di bagian dada. "Aku tidak akan membicarakan anak!"Liam memegang map yang dilemparkan dan tercengang selama beberapa saat. Selain anak, apa lagi yang membuat Lorin murka?"Saat Fe
Lelaki dan perempuan sendirian di dalam satu ruangan semalaman, semua orang tahu apa yang akan mereka lakukan.Sedikit orang yang mengetahui tentang pernikahan Liam, tetapi perceraian Fiane dan Kenta adalah gosip panas yang tengah menggemparkan Kota Yalan.Orang biasa mungkin tidak mengetahui hubungan antara Liam dan Kenta, tetapi selama masih belum bercerai, berarti Fiane masih menjadi istri Kenta.Menghabiskan malam dengan seorang wanita yang sudah menikah adalah gosip yang paling diminati masyarakat.Bahkan ada banyak spekulasi yang mengatakan bahwa alasan Fiane ingin bercerai dengan Kenta adalah karena dia mendapatkan sokongan yang lebih menjanjikan, yaitu Liam.Di bawah berita tersebut, banyak komentar yang memaki Liam dan Fiane. Mereka mengatai Liam sebagai pria yang tidak tahu malu. Para netizen malah bersimpati kepada Kenta yang telah dikhianati istrinya.Setelah membaca isi berita tersebut, Liam bergegas menelepon seseorang dan berkata, "Hapus semua beritanya.""Baru sekarang
Sofia mengangkat kepalanya dan menatap Liam dengan kebingungan. "Em?"Sebelum Liam sempat bicara, Lorin mencubit Liam hingga kesakitan. Kali ini Lorin tidak berbelas kasihan, dia benar-benar menghajar Liam."Maaf," kata Liam kepada Sofia.Sofia makin kebingungan. "Hah?""Aku minta maaf atas kejadian kemarin," Liam menambahkan.Liam berbicara tanpa penjelasan, Sofia sama sekali tidak memahami maksudnya. "Kejadian kemarin?"Melihat reaksi Sofia, Lorin makin menyayangi dan bersimpati pada menantunya ini."Tadi malam wartawan memotret kebersamaan Liam dan Fiane. Padahal Liam ke sana hanya untuk membantu," Lorin membantu menjelaskan.Kesedihan yang tersirat di wajah Lorin malah membuat Sofia panik sekaligus bingung. "Terus kenapa meminta maaf kepadaku?""Karena Liam pergi menemui wanita lain di tengah malam, dia bahkan menginap di sana." Lorin berbicara sambil memelototi Liam, "Dia keterlaluan! Sofia, jangan sungkan-sungkan. Kalau kamu mau menampar atau memukulnya, Ibu tidak akan melarang."
Sofia tersenyum dan menjawab, "Kan memang ini tujuan kita menikah?"Liam mengerutkan bibir dan menundukkan kepala. Sebelum mereka selesai makan, Fiane kembali menghubungi Liam."Liam, aku baru membaca beritanya. Kita ...," kata Fiane dengan terisak-isak."Em." Liam melirik ke arah Sofia yang sedang makan. "Aku sudah memerintahkan orang untuk menghapusnya.""Kenta pasti juga melihatnya." Fiane ketakutan. "Aku takut dia datang ....""Kenta tidak mungkin mengetahui keberadaanmu secepat ini." Liam telah memindahkan Fiane ke rumahnya yang lain. "Lagi pula ada pengawal yang menjagamu. Kenta tidak akan berani macam-macam.""Tapi aku takut. Liam ...." Fiane terisak-isak. "Aku merindukan kamu, aku mau ketemu. Apakah kamu bisa datang menemani aku?""Tidak bisa," jawab Liam.Sofia yang sedang makan pun tersentak, dia tidak menyangka Liam akan menolak permintaan Fiane."Ibuku sudah melihat beritanya." Liam menarik kembali tatapannya dari wajah Sofia. "Hari ini ibuku datang menemuiku. Jadi ... seme
Perhatian Liam sontak tertuju kepada Molly yang sedang menggigit sandalnya.Liam mengerutkan alis, lalu menendang Molly hingga terpeleset.Tendangan Liam tidak terlalu keras, Molly bangkit berdiri dan kembali melompat-lompat.Liam memeluk Molly dan menunjukkannya ke depan kamera. "Ini kucingnya Sofia."Fiane tersenyum lembut, dia memuji Molly dan berkata, "Lucu banget! Aku juga ingin memelihara kucing, sayangnya ...."Fiane menundukkan kepala. "Dulu Kenta melarangku memelihara binatang di rumah.""Kalau kamu suka, kucingnya buat kamu saja." Liam membuat keputusan tanpa mengajak Sofia berdiskusi.Sofia ingin protes, tetapi dia tidak berani menyela pembicaraan Liam dan Fiane. Sofia melambaikan tangan ke arah Liam untuk memanggilnya, tetapi Liam bertingkah seolah tak melihatnya."Hmm ... jangan deh?" Fiane tidak langsung menerima, tetapi kedua matanya tampak berbinar-binar dan penuh harap. "Bagaimanapun, itu kucingnya Sofia. Kamu harus meminta persetujuannya dulu.""Ibuku yang memberikan
Sofia tahu bahwa Liam sengaja.Sofia tidak takut, dia membalas senyuman Liam sambil berteriak, "Tidak boleh! Kucingnya punya aku, bukan milikmu! Kalau kamu berani memberikannya pada orang lain, aku akan menelepon ibumu."Senyuman Fiane sontak membeku. Entah karena ucapan Sofia atau koneksi internet yang jelek."Sana, telepon!" Liam tidak takut dengan ancaman Sofia. "Jangan kira aku bakalan takut."Sofia menggigit bibirnya. Tak ada pilihan, dia harus menggunakan senjata utama. "Aku juga akan memberi tahu ibumu bahwa kalian masih berhubungan."Seketika, raut wajah Liam langsung terlihat muram."Berani?" Liam menggertakkan gigi, kedua matanya memancarkan api kemarahan."Lihat saja sendiri!" Sofia menegakkan tubuhnya. "Kamu lupa janjimu kepada ibumu? Perlu aku ingatkan?"Liam tak dapat berkata-kata."Liam, aku nggak mau kucingnya. Itu punya Sofia," Fiane berusaha membujuk Liam.Liam memelototi Sofia sambil memberikan sindiran berbentuk pujian. "Kamu hebat banget! Semoga kamu selalu sepinta
Sofia tetap tidak membukakan pintu untuk Niel.Sofia sudah sering disakiti Keluarga Nudara. Bisa dibilang Niel telah menjadi bagian Keluarga Nudara, jadi Sofia harus berhati-hati kepadanya."Kalau begitu tunggu Liam pulang saja." Sofia menolak untuk membuka pintu. "Liam belum pulang, nggak ada gunanya kamu masuk."Saat Niel hendak mengatakan sesuatu, Sofia langsung mematikan mikrofon dan mencabut kabelnya.Sofia mengira kalau dirinya dapat bersantai. Tak disangka, dua jam kemudian Lorin menelepon Sofia."Sofia, kamu ada di rumah?" tanya Lorin.Suara Lorin terdengar aneh, seperti meminta maaf, tapi juga menyanjung. Sofia menebak, mungkin Lorin masih memikirkan pemberitaan mengenai Liam dan Fiane."Ada." Sofia menjawab dengan lembut, "Ibu kapan datang?"Lorin menjawab dengan terbata-bata, "Hari ... hari ini Ibu tidak ke sana. Ibu suruh sopir untuk menjemputmu kemari, ya?""Oke." Sofia langsung menyetujuinya.....Setengah jam kemudian, sopir Keluarga Hutomo tiba di rumah Liam.Saat Sofia
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa