Pada hari ketiga Festival Musim Semi, Lorin dan Eliot pergi mengunjungi kedua orang tua Lorin.Sebelum pergi, Lorin mengetuk pintu kamar Liam dan berpesan, "Hari ini pulang ke rumahmu sendiri."Pada siang hari, Liam berganti pakaian dan mengajak Sofia pulang ke rumahnya."Kamu pulang ke rumahmu, aku pulang ke hotel," kata Sofia."Tidak boleh." Liam menolak permintaannya tanpa ragu. "Tempat kerjamu sudah dipindahkan ke sini, perusahaan tidak akan menanggung biaya tempat tinggalmu lagi. Kalau tidak mau tinggal di rumahku, aku tidak akan memaksa. Kamu cari rumah sendiri. Oh iya, tapi aku ingatkan, harga sewa apartemen yang ada di dekat Hotel Royal mencapai ratusan juta. Pikirkan baik-baik."Walaupun tidak ingin tinggal bersama Liam, Sofia terpaksa memilih menyerah.....Rumah Liam yang berada di Kota Yalan sama seperti rumah yang ada di Kota Haita. Dari ukuran hingga dekorasi, semuanya sama.Seketika, Sofia merasa seperti kembali ke Kota Haita.Mereka tidur secara terpisah.Sofia menempat
Mata Liam tampak berbinar-binar, dia tersenyum kecil saat mendengar pertanyaan Sofia."Kamu ingin tahu?" tanya Liam."Iya." Kalau tidak, untuk apa Sofia datang menemuinya?"Untuk apa?" Liam menatap lurus ke arah Sofia.Aneh ...."Setelah mengetahui hubungan kalian, aku baru bisa menentukan sikap. Kalau kamu benar-benar menyukai dia, sebaiknya kita segera bercerai. Dengan begitu, kamu bisa mendekatinya secara terang-terangan. Aku lihat dia juga menyukaimu," Sofia mengutarakan seluruh pemikirannya.Ucapan Sofia sontak membuat hati Liam terasa remuk. Bukannya terharu, Liam malah menunjukkan ekspresi dingin. "Terima kasih saranmu. Aku akan mempertimbangkannya."Liam tersenyum sinis dan kembali memakai earphonenya. "Aku masih ada urusan, pergilah ....""Kamu belum jawab. Apa hubunganmu dan Fiane?" Sofia memotong ucapan Liam."Dia adalah istri dari kakak sepupuku, itu saja." Liam kehabisan kesabaran dan mengusir Sofia. "Silakan pergi."Jawaban yang diberikan Liam bukanlah jawaban, sama sekal
Sofia hanya membaca sekilas berita yang beredar. Selain memaki Keluarga Baskoro, Sofia tidak terlalu mengambil hati.Namun tidak disangka, hari ini Axel malah datang untuk menemui Sofia.Pada hari itu, Sofia memeriksa seluruh kamar hotel seperti biasanya. Ketika sedang berpatroli, tiba-tiba kamar yang berada di belakangnya terbuka. Sesaat menoleh, sebuah tangan menutup mulut Sofia. Dalam hitungan detik, aroma obat bius yang dicium pun membuatnya pingsan.Sofia hanya sempat memberontak sedikit sebelum benar-benar pingsan.Saat tersadar, Sofia mendapati dirinya yang berada di rooftop hotel. Kedua kaki dan tangan diikat, sedangkan mulutnya disumpal.Axel yang berdiri di hadapan Sofia tampak lebih kurus daripada saat terakhir bertemu. Ubannya bertambah banyak dan kerutannya terlihat jelas. Axel tampak menua dengan cepat.Begitu melihat Sofia yang sadarkan diri, Axel mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang. Namun nomor yang dituju malah tak menjawab.Axel kelihatan kesal, ekspresinya
"Kalian membuatku menderita, sekarang kalian puas?" Axel berteriak ke arah Sofia.Sofia tak berani berkata-kata, dia menundukkan kepala dan berusaha menghindari tatapan mata Axel. Sofia takut salah bertindak dan malah memperparah keadaan.Namun Axel makin marah melihat Sofia yang diam saja. Dia menendang kaki, perut, bahkan wajah Sofia."Wanita jalang! Buka mulut! Bicara! Bukannya kemarin kamu pintar bicara? Kenapa sekarang diam saja?" Seiring emosi yang menyulut, Axel menendang Sofia dengan semakin keras.Mulut Sofia dipenuhi darah. Dia kesakitan sampai tak bisa bergerak.Sekarang Sofia hanya berharap agar Liam segera tiba untuk menyelamatkannya. Sofia menunggu, menunggu, dan menunggu ....Akhirnya seseorang datang! Namun yang datang bukanlah Liam, melainkan asistennya.Axel langsung menarik Sofia dan mendorongnya ke depan untuk dijadikan tameng."Siapa? Liam?" tanya Axel."Pak Liam sedang sibuk, tidak ada waktu ke sini," kata asisten Liam. "Aku adalah Marco, asisten Pak Liam. Aku di
Hati Sofia terasa remuk dan sesak.Marco menatap Sofia, dia sendiri pun merasa serba salah. Bagaimana Marco sanggup membuat keputusan sekejam ini? Tapi ...."Beri tahu Sofia, aku akan membalaskan dendamnya. Biarkan dia mati dengan tenang." Hati Sofia terenyuh mendengarnya."Pengecut!" Axel berteriak, "Teganya menyuruh seorang wanita mati untukmu!"Liam terdiam selama beberapa detik, lalu menjawab, "Bukannya pengecut, tapi ...."Liam sama sekali tidak terdengar marah. "Kalau aku yang hidup, aku dapat melakukan lebih banyak hal. Misalnya ... menyiksa anakmu yang ada di penjara."Pupil Axel tampak menyusut saat mendengarnya."Apa yang kamu lakukan terhadap Colin?" Axel langsung melepaskan Sofia dan berlari ke arah Marco untuk merebut ponselnya.Marco menghindar sambil menepis tangan Colin."Coba tebak." Liam sengaja membuat Axel kesal."Liam, jangan coba-coba menyakiti anakku!" Axel benar-benar panik."Pak Axel, bukan aku yang memulainya." Liam tertawa."Aku berubah pikiran. Aku tidak mau
Berita bunuh diri Axel menjadi pemberitaan utama di Kota Yalan. Penculikan yang dilakukannya kepada Sofia pun terungkap ke publik.Sofia merasa terganggu dengan berita ini. Yang lebih menyebalkan, beberapa teman, kolega, bahkan karyawan meneleponnya.Lorin juga datang untuk menjenguk Sofia. Lorin menangis tersedu-sedu sambil menasihati Sofia. Dia juga membawakan sup daging yang bagus untuk kesehatan.Tak lama setelah Lorin pergi, giliran Keenan yang datang dan memberikan sebuket bunga."Sofia," panggil Keenan dengan lembut dan penuh perhatian. "Bagaimana keadaanmu?"Kepala Sofia terasa agak sakit, tetapi dia tetap berusaha bersikap baik. "Sudah mendingan.""Sudah mendingan?" Keenan mengamati keadaan Sofia. "Lihat wajahmu yang penuh memar dan kakimu yang patah!""Untunglah orang itu mati. Kalau tidak, aku pun pasti akan menghabisinya!" Keenan menggertakkan gigi."Mungkin kematian adalah akhir yang paling baik untuk Axel."Keenan meletakkan bunga yang dibawa sambil mengomel, "Ruangan apa
Keenan menanti-nantikan jawaban Sofia."Aku tidak tertarik," Sofia menjawab dengan acuh."Aduh!" Keenan menepuk pundak Sofia. "Kak Fiane membohongi Kak Kenta. Kak Fiane bilang mau ketemu temannya, tapi salah ternyata Kak Fiane pergi ke kantor Grup Charola untuk menemui Kak Liam. Mereka seharian di dalam ruangan. Saat kamu ditangkap, kayaknya mereka masih berduaan, makanya Kak Liam nggak pergi menyelamatkanmu."Rasanya Sofia ingin menjawab, bukan kayaknya, tetapi memang."Kak Kenta curiga kalau Kak Fiane dan Kak Liam berselingkuh. Bagaimanapun mereka berdua pernah dekat, tapi akhirnya Kak Fiane malah menikah dengan Kak Kenta." Keenan mengangkat wajahnya, nada bicaranya pun terdengar sombong. "Pesona Kak Kenta lebih hebat daripada Liam, tapi sekarang .... Sekarang Liam kaya raya, wanita mana yang nggak menyukainya?"Sofia tidak menyukai Keenan yang menjatuhkan Liam demi mengangkat Kenta. "Para wanita menyukai Liam bukan semata hanya karena kekayaannya.""Selain uang, memangnya apa lagi k
Liam membungkukkan badan dan meremas dagu Sofia. "Aku sudah bilang berapa kali? Jauhi Keenan!"Liam menekankan suaranya. "Kamu tidak mengerti juga?"Entah dari mana Sofia mendapatkan keberanian. Dia mengempaskan tangan Liam dan memelototinya. "Katamu Keenan jahat, tapi dia nggak pernah menyakitiku. Justru kamu! Kamu menghabiskan waktu bersama selingkuhanmu tanpa memedulikan hidup dan matiku."Liam tertegun, lalu menegakkan tubuh sambil tersenyum kecil. "Aku lupa, kamu buta."Liam menaruh makanannya ke atas meja. "Kalau kamu suka, silakan dekati Keenan, aku tidak akan melarang. Aku juga malas mengurusmu lagi."Setelah bicara, Liam langsung pergi.Pada sore hari, dokter datang memberi tahu Sofia bahwa Liam telah mengurus administrasi kepulangan. Dokter juga meminta Sofia untuk menunggu kedatangan Marco yang akan menjemputnya.Satu jam kemudian, akhirnya Marco datang. Sofia mengingat wajah Marco, dia adalah orang yang membawa Sofia ke rumah sakit.Marco membereskan semua barang-barang Sof
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa