Liam memencet tombol penahan pintu, tatapannya tampak cemas. "Kamu cari mati? Kamu tidak sadar tindakanmu berbahaya?"Sofia tahu tindakan yang dilakukannya berbahaya, tetapi tadi dia panik melihat Liam yang memberikannya hadiah semewah ini.Sofia refleks menyembunyikan tangannya ke belakang. Liam menarik napas panjang, lalu menarik tangan Sofia untuk mengecek pergelangan tangannya.Pergelangan tangan Sofia memerah, semerah rona wajahnya saat ini. Sesaat melihat cahaya dingin yang melintas di mata Liam, Sofia merasakan firasat yang buruk dan bergegas menarik kembali tangannya. Namun Liam malah semakin menarik erat pergelangan tangan Sofia, dia tidak mau melepaskannya."Jangan bergerak!" kata Liam dengan nada rendah, tapi tegas.Sofia tidak berdaya menghadapi aura Liam yang begitu mengintimidasi. Akhirnya Sofia berhenti memberontak dan membiar Liam melihat pergelangan tangannya.Meskipun kelihatan mematuhi Liam, Sofia agak merasa frustrasi. Sofia tidak mengerti kenapa dia takut dengan Li
Kata "sandal couple" terbesit di benak Sofia, tapi dia bergegas menepisnya. Ini pasti hanya sebuah kebetulan, Liam membelinya di toko yang sama agar tidak repot-repot berpindah-pindah toko.Namun sesaat melirik ke arah lemari sepatu, Sofia tidak melihat adanya sandal lain. Tiba-tiba sandal yang dikenakan Sofia terasa agak menusuk ....Ketika Liam membalikkan badan setelah mengganti sepatu, dia melihat Sofia yang menatap lemari sepatu sambil melamun. Entah apa yang sedang dipikirkannya."Ada apa?" Liam bertanya kepada Sofia.Sofia tersadar dari lamunannya, dia menjawab sambil tersenyum canggung, "Tidak, tidak apa-apa."Meskipun tahu Sofia sedang memikirkan sesuatu, Liam tidak memaksanya untuk menjawab. "Ayo, masuk."Liam melepaskan jaket yang dikenakan dan melemparnya ke atas sofa. "Duduk."Sofia duduk di sudut sofa dengan meringkuk canggung, sedangkan Liam beranjak ke dapur. Dari ruang tamu, Sofia bisa melihat Liam yang sedang mengambil sesuatu dari dalam kulkas. Tak berapa lama, dia d
Di bawah apartemen terdapat sebuah supermarket yang menjual sayur dan buah-buahan segar.Sebagian besar penghuni Apartemen Pasadena memiliki pembantu yang memasak di rumah. Biasanya para pembantu berbelanja di pagi hari. Saat Liam dan Sofia turun ke supermarket, mereka hanya melihat beberapa helai dedaunan serta lemari yang sudah kosong.Meskipun sebagian besar sayur-sayuran sudah masih, untungnya masih tersisa udang segar dan daging steak. Demi menghemat waktu, Liam membeli udang segar, daging, dan beberapa bumbu.Ketika Liam dan Sofia sedang membayar di kasir, seorang wanita paruh baya menyapa Liam dan bertanya dengan keheranan, "Tuan? Kok Anda di sini?"Sofia menoleh ke arah sumber suara. Dia melihat seorang wanita paruh baya yang berpenampilan sederhana, usianya diperkirakan berkisar 40 tahun. Dilihat dari penampilannya, tampaknya dia adalah pembantu yang bekerja di sini."Beli sayur," jawab Liam sambil mengambil kartu yang dikembalikan oleh kasir."Oh, apakah hari ini perlu memasa
Evano sengaja menekankan pada kata "pacar". Dia berbicara sambil melirik Sofia yang tampak tersipu malu."Oh, pembantumu salah paham," kata Sofia."Hmm, sebenarnya tidak salah paham, sih. Memangnya kamu bukan pacar Pak Liam?" Evano berlagak polos. Ketika Sofia ingin menyangkal, Evano menambahkan, "Kontrak yang kalian tandatangani masih berlaku, loh."Begitu mendengar penjelasan Evano, Sofia langsung menutup mulut.Evano mengetuk meja makan sambil bertanya kepada Liam yang memelototinya sejak tadi, "Jadi masak, tidak? Itu steaknya ....""Aku tidak memasak untukmu." Liam menatap Evano dengan sinis."Kebetulan aku memang tidak terlalu suka steak." Evano bersikap seolah tidak mengerti makna di balik ucapan Liam. Evano malah memuji udang yang sedang dikukus. "Wah, ada udang, ya? Kelihatannya enak."Liam tidak bisa berbuat apa-apa karena Sofia sedang berada di sini. Liam terpaksa menahan kekesalahnnya, lalu mengambil sesendok margarin dan mulai memasak steak.Namun Evano tidak berhenti sampa
Pertengkaran Liam dan Evano membuat Sofia merasa canggung. Evano diperlakukan selayaknya tamu lain, dia menggunakan semua barang sekali pakai, sedangkan Sofia ....Sofia memotong steak-nya sambil melamun. Tanpa sengaja pisau tajam yang menggesok piring kaca sontak mengeluarkan suara yang menusuk telinga.Liam dan Evano refleks menoleh ke arah Sofia."Tidak enak, ya?" Evano bertanya dengan mengolok-olok."Oh, bukan ...." Sofia melirik ke arah Liam sambil menjawab, "Enak, kok."Sofia agak kaget setelah mencicipi masakan Liam, dagingnya empuk dan lezat. Sama sekali tidak kalah dengan steak mahal yang dijual di restoran mewah.Liam tahu apa yang sedang dipikirkan Sofia. "Aku merasa sandal itu bagus, jadi aku membelinya. Tapi di rumah ini tidak ada wanita, makanya aku memberikannya untuk kamu pakai. Kalau kamu mau menggunakan alat makan sekali pakai juga boleh, tapi kamu pasti kesulitan memotong dagingnya."Kemudiam Liam menyeringai dingin dan bertanya, "Sofia, jangan-jangan kamu mengira ak
Setelah Sofia pergi dan pintu rumah ditutup, Liam pun meletakkan semua alat makannya."Kamu ...." Sudah selesai makan?Sebelum Evano menyelesaikan pertanyaannya, dia melihat Liam membuang sisa steak beserta udang yang telah dikupasnya sampai bersih."Eh ...." Evano ingin menghentikan Liam, tapi sayangnya dia terlambat. Evano berteriak dengan kesal, "Kalau kamu tidak mau makan, biar aku saja yang makan."Liam sama sekali tidak menghiraukan Evano, dia membereskan semua piring kotor yang ada di meja dan meletakkannya ke wastafel. Sembari mencuci tangan, Liam memerintahkan Evano, "Nanti kamu yang cuci semua ini."....Setelah Liam selesai mandi, dia keluar dan melihat Evano yang masih belum pergi. Evano tampak sedang menontont televisi, piring-piring kotor di wastafel juga telah dicuci."Kenapa kamu masih di sini?" Liam bertanya dengan ketus.Evano menegakkan tubuhnya dan menjawab dengan serius, "Untuk mengajarimu.""Mengajari apa?""Cara mendapatkan wanita," jawab Evano."Tidak perlu." Li
Setelah memastikan tidak ada orang di ruangannya, Sofia masuk dan mengunci pintu dari dalam.Sofia merasa sangat gugup, dia tidak bisa bekerja dengan tenang. Setiap mendengar suara langkah kaki di depan pintu, jantung Sofia berdegup sangat cepat dan sekujur tubuhnya terasa gugup. Setelah langkah kaki tersebut menjauh, Sofia baru tenang.Pagi hari berlalu seperti biasa, dia sibuk dan kelelahan. Saat menjelang siang, Sofia telah menyelesaikan setengah laporannya, dia menutup laptop dan bersiap-siap pergi makan siang.Di saat bersamaan, tiba-tiba Sofia mendengar suara langkah kaki di luar. Kali ini langkah kaki tersebut berhenti tepat di depan ruangan Sofia.Sofia merasa seperti dicekik, dia bahkan bisa mendengar suara detakan jantungnya sendiri, terutama saat pintu diketuk dengan keras. "Tok, tok, tok."Sofia menelan air liurnya, lalu berusaha sekuat tenaga untuk bertanya, "Si-siapa?""Aku." Sofia mendengar suara seorang pemuda yang familier.Saat Sofia sedang berusaha mengingat-ingat, d
Selama beberapa hari ini Sofia sangat berwaspada, untungnya Kumala tidak datang menemuinya. Mungkin Kumala sudah pulang ke Kota Yalan.Kumala telah membereskan Keluarga Hutomo, dia juga telah memberikan pelajaran kepada Sofia. Meskipun terluka sedikit, setidaknya nama baiknya telah dipulihkan.Kumala tidak memiliki kepentingan untuk berlama-lama di Kota Haita.....Keluarga Hutomo sedang sibuk mengurus pemakaman Glen, sedangkan Sofia dan Evano pergi mengurus beberapa hal di pengadilan.Glen sudah meninggal sehingga Sofia tidak perlu menggugat cerainya lagi. Sekarang Sofia hanya perlu merebut kembali rumah yang dibelinya dengan susah payah.Sofia memberikan bukti yang jelas, Glen mengubah nama sertifikat rumah secara ilegal. Tersangka yang membantu Glen pun telah dipanggil dan mengakui perbuatannya. Berdasarkan keputusan pengadilan, sertifikat rumah akan diubah kembali menjadi nama Sofia.Proses ini tidak sulit, tapi juga tidak gampang. Berkat bantuan Evano, semua proses berjalan sangat
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa