Setelah menutup panggilan perawat, Evano bergegas menghubungi Liam. Panggilannya tersambung, tapi Liam tidak menjawab telepon Evano.Saking paniknya, Evano meninggalkan Sofia dan buru-buru berlari ke bangsal Liam. Pasien yang menghilang secara tiba-tiba adalah masalah besar. Apalagi, masalah Glen yang bunuh diri di Rumah Sakit Hopkin telah menyebar ke seluruh penjuru kota.Seluruh rumah sakit di kota ini takut insiden yang terjadi kepada Glen menimpa rumah sakit mereka. Sekarang hanya ada 1 perawat yang bertugas di tempat, sedangkan yang lainnya sibuk mencari keberadaan Liam.Evano meminta pihak rumah sakit untuk mengumumkan melalui radio. "Kepada pasien yang bernama Liam Pranoto, mohon kembali ke ruangan Anda. Jika Anda mendengar pengumuman ini, mohon segera kembali ke kamar."Entah kenapa Sofia merasakan firasat yang buruk. Dia bertanya kepada Evano, "Perlu cek rekaman CCTV?""Nanti dulu." Evano menundukkan kepala sambil memainkan ponsel. "Kamu tunggu di kamarnya saja. Siapa tahu seb
"Terserah kamu." Liam menarik selimutnya dan memejamkan mata.....Tak terasa, langit sudah gelap. Liam tidak perlu dirawat inap, kondisinya jauh lebih baik setelah diinfus.Seperti biasa, Evano menyetir, sedangkan Liam duduk di kursi belakang. Di dalam perjalanan, suasana di dalam mobil terasa agak canggung.Karena kesal, Sofia memilih untuk duduk di depan. Liam memejamkan mata, dia sama sekali tidak bergeming. Untuk mencairkan suasana, Evano mengundang Sofia makan bersama. "Sofia, makanlah di rumah kami. Pelayan sudah menyiapkan makan malam."Sofia menguap, lalu menolak dengan sopan. "Sekarang aku hanya ingin pulang dan tidur."Sofia sangat ngantuk, kelopak matanya terasa berat."Baiklah." Evano tidak memaksa Sofia.Sesampainya di depan apartemen, Sofia turun dan masuk duluan, sedangkan Evano dan Liam masih di dalam mobil."Tadi kamu ketemu siapa?" Evano menoleh ke belakang dan menatap Liam dengan gugup. "Keluargamu?"Liam bukanlah orang yang suka mengobrol. Selain anggota Keluarga P
Wanita paruh baya yang elegan ini menatap Sofia dengan sangar.Seketika, berbagai kenangan masa lalu pun melintas di benak Sofia."Plak!" Sebuah tamparan keras berlabuh di wajah Sofia.Suara tamparan yang keras terdengar nyaring. Meskipun tidak sekuat dulu, pipi Sofia tetap terasa sakit dan panas."Kamu bangga mempermalukan diri sendiri? Sekarang semua masyarakat negeri ini mengetahui aibmu. Bertahan-tahun sudah berlalu, tapi kamu masih saja tidak berubah, tetap menyusahkan aku. Coba contoh adikmu!"Bahkan cara memarahi dan isi ucapannya pun tetap sama. Awalnya Sofia ingin meminta maaf, tapi untungnya dia segera mengurungkan niat tersebut sesaat mendengar omelan wanita paruh baya ini.Sofia bukan lagi gadis kecil yang lugu seperti dulu. Sekarang dia telah tumbuh menjadi wanita yang mandiri dan pemberani. Satu hal yang pasti, Sofia sudah tidak ingin memiliki hubungan dengan wanita paruh baya ini.Sofia mengangkat sudut bibirnya yang terasa nyeri. Raut wajah Sofia kelihatan agak mengerik
"Siapa yang menyuruhmu ikut campur?" Sofia terkejut sekaligus kesal.Seluruh anggota Keluarga Hutomo adalah ular, mereka sangat tamak. Jika diberikan 2 miliar, mereka tidak akan bersyukur, tapi malah akan menuntut lebih banyak."Begini caramu berterima kasih? Aku berbaik hati membantumu untuk menyelesaikan semua kekacauan ini." Kumala mengerutkan alisnya. "Sofia, kamu tidak tahu terima kasih, ya?""Kamu bukan menyelesaikan masalah, tapi menambah masalah," kata Sofia sambil menggertakkan gigi. Ditambah Sofia tahu bahwa Kumala melakukan semua ini demi dirinya sendiri.Keluarga Hutomo berusaha menyalahkan Sofia atas kematian Glen. Bagaimana kalau Keluarga Hutomo kembali menemui media untuk membesar-besarkan masalah ini?Menurut Kumala, orang yang paling tersiksa adalah dirinya, bukan Sofia! Seluruh anggota Keluarga Nudara merendahkan dan mengejek Kumala atas insiden yang menimpa rumah tangga Sofia."Bukannya belajar makin dewasa, malah makin pintar membantah!" Kumala meninggikan suaranya.
Sofia terus melihat ke arah belakang, dia tidak melihat seorang pun yang mengikutinya.Kemudian Sofia bersandar di tempat duduk untuk menenangkan dirinya. Begitu merasa lebih tenang, Sofia menatap Liam dan bertanya, "Kok kamu di sini?""Kebetulan lewat," Liam menjawab dengan singkat.Sofia tidak mungkin memercayai bualan semacam ini. "Kamu menungguku. Kenapa?"Yang membuat Sofia lebih penasaran, bagaimana Liam tahu kalau Sofia akan keluar lewat pintu belakang? Namun jawaban Liam tetap sama, dia mengaku hanya kebetulan lewat.Sofia mengerutkan bibir sambil menatap Liam dengan tatapan penuh curiga. Liam berlagak seolah tidak menyadari tatapan Sofia, dia menatap lurus ke depan dan fokus menyetir.Setibanya di Apartemen Pasadena, Sofia memperhatikan suasana halaman yang sepi. Saat mobil berhenti, Sofia menyadari sebuah mobil mewah yang diparkir di sebelah mobil Liam.Seketika Sofia pun merasa tegang, dia curiga apakah Kumala ada di dalam mobil itu? Apakah Kumala mengejarnya sampai ke sini?
Liam memencet tombol penahan pintu, tatapannya tampak cemas. "Kamu cari mati? Kamu tidak sadar tindakanmu berbahaya?"Sofia tahu tindakan yang dilakukannya berbahaya, tetapi tadi dia panik melihat Liam yang memberikannya hadiah semewah ini.Sofia refleks menyembunyikan tangannya ke belakang. Liam menarik napas panjang, lalu menarik tangan Sofia untuk mengecek pergelangan tangannya.Pergelangan tangan Sofia memerah, semerah rona wajahnya saat ini. Sesaat melihat cahaya dingin yang melintas di mata Liam, Sofia merasakan firasat yang buruk dan bergegas menarik kembali tangannya. Namun Liam malah semakin menarik erat pergelangan tangan Sofia, dia tidak mau melepaskannya."Jangan bergerak!" kata Liam dengan nada rendah, tapi tegas.Sofia tidak berdaya menghadapi aura Liam yang begitu mengintimidasi. Akhirnya Sofia berhenti memberontak dan membiar Liam melihat pergelangan tangannya.Meskipun kelihatan mematuhi Liam, Sofia agak merasa frustrasi. Sofia tidak mengerti kenapa dia takut dengan Li
Kata "sandal couple" terbesit di benak Sofia, tapi dia bergegas menepisnya. Ini pasti hanya sebuah kebetulan, Liam membelinya di toko yang sama agar tidak repot-repot berpindah-pindah toko.Namun sesaat melirik ke arah lemari sepatu, Sofia tidak melihat adanya sandal lain. Tiba-tiba sandal yang dikenakan Sofia terasa agak menusuk ....Ketika Liam membalikkan badan setelah mengganti sepatu, dia melihat Sofia yang menatap lemari sepatu sambil melamun. Entah apa yang sedang dipikirkannya."Ada apa?" Liam bertanya kepada Sofia.Sofia tersadar dari lamunannya, dia menjawab sambil tersenyum canggung, "Tidak, tidak apa-apa."Meskipun tahu Sofia sedang memikirkan sesuatu, Liam tidak memaksanya untuk menjawab. "Ayo, masuk."Liam melepaskan jaket yang dikenakan dan melemparnya ke atas sofa. "Duduk."Sofia duduk di sudut sofa dengan meringkuk canggung, sedangkan Liam beranjak ke dapur. Dari ruang tamu, Sofia bisa melihat Liam yang sedang mengambil sesuatu dari dalam kulkas. Tak berapa lama, dia d
Di bawah apartemen terdapat sebuah supermarket yang menjual sayur dan buah-buahan segar.Sebagian besar penghuni Apartemen Pasadena memiliki pembantu yang memasak di rumah. Biasanya para pembantu berbelanja di pagi hari. Saat Liam dan Sofia turun ke supermarket, mereka hanya melihat beberapa helai dedaunan serta lemari yang sudah kosong.Meskipun sebagian besar sayur-sayuran sudah masih, untungnya masih tersisa udang segar dan daging steak. Demi menghemat waktu, Liam membeli udang segar, daging, dan beberapa bumbu.Ketika Liam dan Sofia sedang membayar di kasir, seorang wanita paruh baya menyapa Liam dan bertanya dengan keheranan, "Tuan? Kok Anda di sini?"Sofia menoleh ke arah sumber suara. Dia melihat seorang wanita paruh baya yang berpenampilan sederhana, usianya diperkirakan berkisar 40 tahun. Dilihat dari penampilannya, tampaknya dia adalah pembantu yang bekerja di sini."Beli sayur," jawab Liam sambil mengambil kartu yang dikembalikan oleh kasir."Oh, apakah hari ini perlu memasa
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa