Pada akhirnya Liam pulang bersama Sofia.Mereka menuruni gunung dengan menggunakan kereta gantung. Kali ini Sofia tidak tertarik untuk mencari tahu bagaimana Liam bisa mendapatkan tiket untuk menaiki kereta gantung.Sofia tidak tertarik melihat hamparan pemandangan indah yang ada di hadapannya. Dia menatap Liam dan bertanya, "Kamu belum makan dari kemarin. Tidak lapar?""Anginnya kencang, bajumu tipis banget. Bagaimana kalau masuk angin?""Kamu belum sembuh total, kondisimu masih lemah. Kamu bisa nyetir?""Bagaimana kalau kamu kembali ke Vila Starmon saja? istirahat dulu ....""Sudah." Liam memotong ucapan Sofia. "Aku baik-baik saja."Celotehan Sofia sontak membuat Liam bernostalgia dengan kenangan mereka. Liam merindukan kelembutan dan suara Sofia ....Hanya saja Liam tidak mau diusir, dia ingin menemani Sofia. Oleh sebab itu, Liam melipat kedua tangannya di dada, lalu bersadar di kaca dan memejamkan mata, seolah tidak ingin mendengar omelan Sofia.Melihat Liam yang risih dengan omela
Selain dingin, Liam tidak dapat merasakan apa-apa. "Tidak tahu."Sofia mengangkat tangan dan mengusap kening Liam. Sofia sontak mengerutkan alis, jantungnya terasa berdebar kencang. "Kamu demam lagi."Seharusnya Sofia tidak membiarkan Liam ikut pulang. Melihat raut wajah Sofia yang tampak menyalahkan diri sendiri, Liam makin merasa bersalah."Tidak apa-apa." Liam melambaikan tangannya. "Habis minum obat juga sembuh."Sofia tidak setenang Liam, dia sungguh mencemaskan kondisi Liam.Setengah jam kemudian, akhirnya Liam dan Sofia tiba di kaki gunung. Kedua kaki Liam terasa pegal, dia berdiri dengan terhuyung-huyung dan hampir jatuh. Untung saja Sofia menahan tubuh Liam.Sofia semakin mengkhawatirkan kondisi Liam. Dia memapah Liam masuk ke mobil, lalu meminta kunci mobilnya dan masuk ke kursi pengemudi.Jangankan menyetir mobil, Liam bahkan kesulitan berjalan. Jadi Sofia harus menggantikannya untuk menyetir.Ini adalah pertama kalinya Sofia mengendarai mobil mewah. Sofia sangat berhati-hat
Pak Wandi tersenyum tipis sambil membuka beberapa lembar dokumen."Begini ...." Pak Wandi berdeham, lalu menjelaskan secara perlahan, "Kami sedang menyelidiki motif bunuh diri Glen. Kamu adalah istrinya, kami juga tahu bagaimana hubungan kalian. Hmm, kamu tidak perlu menjelaskan terlalu panjang, kami hanya ingin menanyakan beberapa pertanyaan terkait alasna bunuh dirinya.""Selama menjadi istri Glen, apakah dia pernah menceritakan masalah hidupnya? Apakah dia pernah menunjukkan tanda-tanda ingin bunuh diri? Apakah kamu pernah melihat keanehan pada dirinya?""Maaf ...." Sofia tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan petugas kepolisian. "Aku dan Glen sudah pisah rumah. Setelah dia mengalami kecelakaan, kami hanya pernah bertemu satu kali. Kami juga tidak pernah berhubungan.""Oh ya?" Pak Wandi mengangkat kedua alisnya sambil mencatat semua pernyataan yang diberikan Sofia. "Berdasarkan keterangan Keluarga Hutomo, Glen terpukul setelah menonton siaran langsungmu. Bagaimana pendapatmu
Pak Wandi jelas terlihat tidak senang.Mungkin karena Sofia bekerja di industri yang harus memberikan pelayanan sehingga dia panik saat melihat ekspresi Pak Wandi yang kesal.Namun sebagai pengacara, Evano memiliki pandangan yang berbeda. "Aku paling membenci polisi yang suka mengambil jalan pintas dengan menyuruh para pihak berdamai. Banyak klienku yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Mereka dipukuli sampai babak belur, memar, bahkan ada yang masuk rumah. Tapi saat melapor kepada polisi, pihak polisi malah menyuruh kedua belah pihak berdamai.""Banyak polisi yang berdalih bahwa masalah rumah tangga sebaiknya diselesaikan secara kekeluargaan. Mereka membujuk para istri korban kekerasan tersebut untuk memberikan kesempatan kepada suaminya. Mereka melakukan itu demi KPI dan melindungi kepentingan diri sendiri. Begitu istri korban kekerasan memaafkan suaminya, polisi menganggap kasus tersebut selesai dan bisa berleha-laha, tapi bagaimana dengan wanita-wanita yang kembali dipukuli
Setelah menutup panggilan perawat, Evano bergegas menghubungi Liam. Panggilannya tersambung, tapi Liam tidak menjawab telepon Evano.Saking paniknya, Evano meninggalkan Sofia dan buru-buru berlari ke bangsal Liam. Pasien yang menghilang secara tiba-tiba adalah masalah besar. Apalagi, masalah Glen yang bunuh diri di Rumah Sakit Hopkin telah menyebar ke seluruh penjuru kota.Seluruh rumah sakit di kota ini takut insiden yang terjadi kepada Glen menimpa rumah sakit mereka. Sekarang hanya ada 1 perawat yang bertugas di tempat, sedangkan yang lainnya sibuk mencari keberadaan Liam.Evano meminta pihak rumah sakit untuk mengumumkan melalui radio. "Kepada pasien yang bernama Liam Pranoto, mohon kembali ke ruangan Anda. Jika Anda mendengar pengumuman ini, mohon segera kembali ke kamar."Entah kenapa Sofia merasakan firasat yang buruk. Dia bertanya kepada Evano, "Perlu cek rekaman CCTV?""Nanti dulu." Evano menundukkan kepala sambil memainkan ponsel. "Kamu tunggu di kamarnya saja. Siapa tahu seb
"Terserah kamu." Liam menarik selimutnya dan memejamkan mata.....Tak terasa, langit sudah gelap. Liam tidak perlu dirawat inap, kondisinya jauh lebih baik setelah diinfus.Seperti biasa, Evano menyetir, sedangkan Liam duduk di kursi belakang. Di dalam perjalanan, suasana di dalam mobil terasa agak canggung.Karena kesal, Sofia memilih untuk duduk di depan. Liam memejamkan mata, dia sama sekali tidak bergeming. Untuk mencairkan suasana, Evano mengundang Sofia makan bersama. "Sofia, makanlah di rumah kami. Pelayan sudah menyiapkan makan malam."Sofia menguap, lalu menolak dengan sopan. "Sekarang aku hanya ingin pulang dan tidur."Sofia sangat ngantuk, kelopak matanya terasa berat."Baiklah." Evano tidak memaksa Sofia.Sesampainya di depan apartemen, Sofia turun dan masuk duluan, sedangkan Evano dan Liam masih di dalam mobil."Tadi kamu ketemu siapa?" Evano menoleh ke belakang dan menatap Liam dengan gugup. "Keluargamu?"Liam bukanlah orang yang suka mengobrol. Selain anggota Keluarga P
Wanita paruh baya yang elegan ini menatap Sofia dengan sangar.Seketika, berbagai kenangan masa lalu pun melintas di benak Sofia."Plak!" Sebuah tamparan keras berlabuh di wajah Sofia.Suara tamparan yang keras terdengar nyaring. Meskipun tidak sekuat dulu, pipi Sofia tetap terasa sakit dan panas."Kamu bangga mempermalukan diri sendiri? Sekarang semua masyarakat negeri ini mengetahui aibmu. Bertahan-tahun sudah berlalu, tapi kamu masih saja tidak berubah, tetap menyusahkan aku. Coba contoh adikmu!"Bahkan cara memarahi dan isi ucapannya pun tetap sama. Awalnya Sofia ingin meminta maaf, tapi untungnya dia segera mengurungkan niat tersebut sesaat mendengar omelan wanita paruh baya ini.Sofia bukan lagi gadis kecil yang lugu seperti dulu. Sekarang dia telah tumbuh menjadi wanita yang mandiri dan pemberani. Satu hal yang pasti, Sofia sudah tidak ingin memiliki hubungan dengan wanita paruh baya ini.Sofia mengangkat sudut bibirnya yang terasa nyeri. Raut wajah Sofia kelihatan agak mengerik
"Siapa yang menyuruhmu ikut campur?" Sofia terkejut sekaligus kesal.Seluruh anggota Keluarga Hutomo adalah ular, mereka sangat tamak. Jika diberikan 2 miliar, mereka tidak akan bersyukur, tapi malah akan menuntut lebih banyak."Begini caramu berterima kasih? Aku berbaik hati membantumu untuk menyelesaikan semua kekacauan ini." Kumala mengerutkan alisnya. "Sofia, kamu tidak tahu terima kasih, ya?""Kamu bukan menyelesaikan masalah, tapi menambah masalah," kata Sofia sambil menggertakkan gigi. Ditambah Sofia tahu bahwa Kumala melakukan semua ini demi dirinya sendiri.Keluarga Hutomo berusaha menyalahkan Sofia atas kematian Glen. Bagaimana kalau Keluarga Hutomo kembali menemui media untuk membesar-besarkan masalah ini?Menurut Kumala, orang yang paling tersiksa adalah dirinya, bukan Sofia! Seluruh anggota Keluarga Nudara merendahkan dan mengejek Kumala atas insiden yang menimpa rumah tangga Sofia."Bukannya belajar makin dewasa, malah makin pintar membantah!" Kumala meninggikan suaranya.
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa