Lina awalnya mendorong Akara menjauh, namun ia segera teringat perkataan Segoro. Tingginya yang tidak jauh berbeda, jadi mata mereka terus menatap satu sama lain. Tatapan matanya yang tajam, seketika menjadi sayu, begitu juga dengan dorongan tangannya yang melemah. Pemuda yang melumat bibir lalu melepaskan ciumannya dan berkata.
"Kenapa?"Gadis itu tidak menjawabnya dan malah memalingkan wajahnya, membuat tangan Akara terlepas dari dagunya. Tangan pemuda itu lalu turun dan kedua tangannya melingkar di pinggang ramping kekasihnya. Gadis itu langsung menatapnya kembali dan berkata dengan tegas."Kamu akan mendapatkan banyak musuh!""Biar, bukankah itu harga yang sepadan untuk memiliki gadis sepertimu?" ucapnya sembari mendekatkan wajahnya, membuat gadis itu kembali memalingkan wajahnya, namun ia kembali menatap wajahnya. Tangannya meraba di dada bidangnya dan berkata."Bagaimana secepat ini mendapat Esensi Surgawi lagi?""Akan akuWajah wanita itu langsung tersenyum, namun tidak bisa menutupi kerutan di dahi dan alisnya yang turun. "Mereka pasti baik-baik saja!"Akara hanya bisa menghela napas panjang sambil menggenggam tangan kekasihnya."Oh iya!" seketika ekspresinya berubah menjadi semangat. "Di mana Alice!?""Ahh itu... Si cantik suka bepergian buat cari pengalaman, kalau tau kamu di sini pasti langsung datang." Ia lalu berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Akara. "Sini kartu identitasmu!" Akara lalu memberikannya dan Pricilia langsung mengalirkan energi pada kartunya. "Kakak yang akan menjadi gurumu, jadi kamu bisa tinggal di sini bersama Lina," ucapnya sembari sekilas menaikkan alisnya, membuat adiknya tersenyum lebar, sedangkan gadis berambut putih langsung menatapnya dengan tajam. "Dadah adik ipar, kakak ada urusan!" Pricilia melambaikan tangan ke arah Lina dan langsung menghilang, menyisakan hembusan angin tipis di sekitarnya. Kartu yang di
Akara terbang bersama Zoe yang melayang -layang di sekitarnya, mereka melewati banyak pulau melayang dan juga banyak siswa yang langsung menoleh ke arahnya. Bocah itu masih berani keluyuran sendirian!? Biarkanlah, biar mereka yang mengurusnya!Gadis kecil itu lalu melayang di depan Akara, sambil menghadap ke arahnya. "Apa-apaan itu, 'Kamu istirahat saja, biar aku bersama Zoe' Humph! Baru saja meninggalkan Nona Kana, langsung mendapatkan gadis lain!" "Fokus ke depan, nanti nabrak." Akara menjawabnya dengan santai, lalu Komo keluar dari persembunyiannya."Iya, padahal sudah ada Nona Kana! Dasar bocah bodoh!"Akara langsung meraih Naga tanpa sayap di pundaknya, lalu melemparkannya ke arah Zoe dan melesat meninggalkan keduanya. ..Beberapa saat kemudian terlihat sebuah pulau melayang yang begitu luas, dengan energi pelindung menyelimutinya seperti bola transparan. Tidak hanya bagian atasnya saja yang penuh dengan tanaman, namun juga pad
Ia sontak berhenti, lalu muncullah seorang pria berumur 40 tahunan dengan rambut putih panjang dan pakaian yang elegan. "Tetua Hagga!" Para resepsionis langsung menyambutnya sambil menundukkan kepala."Mana siswa baru yang mau membeli bahan-bahan itu?" ucapnya dengan tegas, lalu pemuda tadi langsung menunjuk Akara."Bocah udik dari Alam Bawah ini tetua!" Hagga seketika terbelalak saat menatap pemuda di depannya, sesat kemudian ia langsung berlutut dan menundukkan kepalanya. Seketika semua orang tercengang, bahkan mereka yang tadi menghina Akara jadi gemetaran. Siapa dia sebenarnya!? Master Alkemis tingkat 7 sampai berlutut padanya!? Apa yang aku bilang, Nona Peri Salju tidak mungkin salah menilai orang!"Humph! Mereka berisik sekali!""Diam!" Pria berambut putih lurus itu menghentakkan energinya, membuat ruangan bergetar dengan tekanan gravitasi. Walau sekilas, namun membuat semua orang terdiam. "Lalu kenapa masih ber
Akara langsung menoleh ke arah kekasihnya dan berkata sambil tersenyum bangga."Mereka tidak salah. Wajar jika menyukai kecantikan seperti ini." Ia mengulurkan tangan untuk mengusap pipinya, membuat gadis itu bergerak menjauh, namun tidak sepenuhnya menghindar dan membiarkan kulit putihnya disentuh Akara."Akara, kamu harus berterima kasih kepada kakak yang telah mengurusnya dari kecil!" Pricilia berkacak pinggang sambil tersenyum, sedangkan adiknya langsung tertawa dan mengacungkan jempolnya."Terima kasih kak!" "Oh iya Akara, kamu harus masuk peringkat 10 besar! Kalau tidak kakak akan memisahkanmu dengan Lina!" Pemuda itu hanya mengacungkan jempol sambil tersenyum, namun tidak dengan gadis berambut putih di sampingnya. Dia menatap kak Pricilia dengan begitu Sinis, membuatnya melirik sambil menahan tawa. Sesaat kemudian portal muncul di belakangnya."Baiklah adikku, selamat berduaan!" Ia berbalik badan, namun satu tangannya la
Dua kilatan cahaya yang bergerak sangat cepat dan saling membentur di dalam arena. Setiap benturannya menyebabkan gelombang energi, namun segera melesat dan membentur lagi."Akara, cepat selesaikan! Tidak perlu main-main!" seru Komo dari balik penutup kepalanya, sedangkan Akara hanya tersenyum tipis. Hal itu membuat Jama semakin kesal kepadanya. Hentakan energi terjadi saat 6 bulan energi berputar lebih cepat di belakang pemuda botak itu."Jangan bangga karena aku belum serius bocah!" Ia mengayunkan pedangnya sekuat tenaga, membuat dentuman energi yang begitu besar saat Akara menangkisnya. Satu tangan lainnya bahkan harus menahan bagian belakang bilah pedangnya."Segini saja?""Sialan!" Energi langsung meluap di tubuh Jama, membuat serangannya semakin kuat hingga Akara terpental mundur. Pemuda botak ini langsung melesat dengan tatapan yang begitu tajam, sambil mengayunkan tongkat yang sudah diselimuti oleh energi. Blar!... Lagi-lagi Akara terdoron
Mendengar tantangan itu, Akara lalu berbalik badan dan membuka sayap perinya. Ia lalu melambaikan tangan sembari berkata."Lawanlah yang lainnya!"Wush!... Ia langsung melesat ke atas, akan tetapi, Crak!... Ada yang menebas jidatnya dari depan, membuatnya langsung menghembuskan angin begitu besar hingga membuatnya mundur. Hampir seluruh penonton terbelalak melihat hembusan angin dengan energi hijau yang bercampur itu. Esensi Angin Surgawi!? Tidak salah lagi, itu Angin Surgawi! Seberapa kaya keluarganya hingga mampu mendapatkannya!?Ia lalu berbalik badan dan mengusap darah yang mengalir di jidatnya, diiringi kubah pelindung yang menutup."Pantas saja kau begitu sombong!" Omso menjulurkan satu tangannya ke depan. "Tapi hal itu tidak membuatku takut!" Ia langsung menariknya ke belakang, seketika sorot mata Akara menyala-nyala dan menoleh ke samping dengan cepat. Pusaran angin langsung menyelimuti pemuda berjaket hitam itu, Wush!... Angin yang berben
Ternyata benang-benang itu sudah tertanam di dalam tanah, hingga saat ditarik membuat tanah terbelah dengan begitu rapi. Akara langsung melesat, bukan mundur atau kabur, namun malah maju dengan energi dingin serta kilatan petir yang menyelimuti pedangnya. Akan tetapi benang-benang itu semakin naik, membuatnya harus mengayunkan pedang ke bawah. Cring!... Benang tajam tidak terpotong, malah membuat bagian belakangnya semakin tertarik hingga ke pangkalnya. Di sana bukanlah ujung benang, melainkan anyaman jaring-jaring yang langsung melompat, membuat tanah terpotong-potong seperti balok-balok kecil. Omso kembali mengayunkan tangan lainnya, hingga menarik benang di sisi lain jaring dan membuatnya melesat lebih cepat. "Bor spiral?" Komo menawarinya, namun Akara geleng-geleng kepala."Tidak perlu!" Ia langsung melesat lagi, dengan sepuluh benang yang bergerak di sekelilingnya dan semakin menyempit. Masih menggunakan pedang Salju Hitam yang hanya satu bilah saja, ia lalu
Para penonton tercengang, bahkan Asro sampai mengernyitkan dahinya. "Cepat akhiri pertandingan ini sialan!" "Berisik!" Akara lalu meraih kabel dari tangan Omso, lalu mengikat kepala pemuda beralis garis-garis itu, lebih tepatnya mulutnya. Begitu kencang hingga mulutnya menganga tersumpal oleh kabelnya sendiri, bahkan ujung bibirnya mengeluarkan darah. "Hmmmm!" Ia tiba-tiba berteriak frustasi, dengan tubuh yang meronta-ronta. Ia menendang dan mencakar Akara dengan mata terbelalak, namun alisnya menekuk turun. Beberapa saat kemudian wajahnya memerah, bahkan mengeluarkan uap air. Matanya yang melotot terus memerah dan mengeluarkan air mata yang menguap dan bergejolak mendidih. Walau tertahan, namun teriakannya dapat dirasakan oleh para penonton. Mereka langsung memalingkan wajahnya hingga suara Ledakan terjadi, mengakhiri teriakan memilukan dan kubah pelindung terbuka. "Pemenangnya Akara, mendapatkan posisi Daftar Naga peringkat 7!"Akara masih terbang dengan tubuh yang sudah pulih s
Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran
Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung
447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem
Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism
335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem
Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se
333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb
Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak
Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak