Pria tua kurus itu lalu menoleh kembali ke arah para Penempa dan berseru."Kalian semua tidak perlu ikut bertarung, bantu saya membuat formasi!" Ia mengibaskan tangannya, seketika banyak sekali kristal berkilau yang terlempar ke arah para Penempa."Baiklah!" Mereka langsung menyebar sangat luas, sama luasnya dengan pilar pentagram yang dibuat oleh Yog Aren sebelumnya."Terima kasih telah membawakan 7 Esensi Surgawi, tuanku pasti akan langsung menjadi penguasa seluruh Alam Semesta!" Trueno langsung menyalakan aura ranahnya, 8 bola energi dengan 7 bintang yang berputar di belakang pundaknya. Seketika langit menjadi gelap layaknya berada di dimensi lain, dengan tekanan yang menabraknya. Terhuyung sekilas, listrik merah langsung menyelimuti tubuh pemuda itu, bergerak ke atas membentuk 3 lapisan cicin merah dengan kilatan listrik di sekitarnya. Cahaya dari kedua aura terlihat begitu jelas karena suasana yang gelap, sedangkan tanah di bawah mereka langsung retak dan tertekan ke bawah. Saat
Beberapa saat yang laluAkara terlempar ke dimensi lain, domain milik Komo. Ia melayang di udara dengan lengan dan kakinya berlubang-lubang, namun tidak ada darah yang mengalir karena sekitar lubangnya gosong terbakar. Ia segera mengeluarkan dua pil andalan dan menelannya, tidak butuh waktu lama energi mengalir untuk menyembuhkan seluruh lukanya. Pedang kayu dan bor spiral sudah menyala merah terbakar laser, sedangkan di atas dan bawahnya merupakan hutan kristal runcing bagaikan duri landak dengan racun yang melumurinya. "Apa yang harus kita lakukan Akara!?"Pemuda itu tidak menjawabnya dan seketika aliran listrik ungu membentuk Aura Alkemis di bawahnya. Aliran energi langsung menuju bor spiral, sedangkan kedua pedangnya siap melakukan Cakaran Naga Hitam. Sonic Boom yang merusak domain di belakangnya membuatnya melesat sangat cepat, ia mulai mengayunkan pedangnya, membuat domain robek dan keluar dari sana. Seketika ia muncul tepat di depan Trueno, dengan Cakaran Naga Hitam separuh ay
Dengan tangan masih menjulur ke atas, ia menggerakkan telapak tangannya. Seketika ada angin yang menerbangkan busur panah cahaya, bergerak ke titik yang ia lihat. Akan tetapi, semua anak panah itu melebur menjadi energi dan seketika juga muncul anak panah lainnya dari segala sisi. Akara langsung mengibaskan tangannya ke depan, sebuah bor spiral dengan pusaran angin yang begitu besar meluncur ke depan. Domain robek begitu lebar, menghalau anak panah cahaya di depannya dan.Crang!... Dua cincin emas raksasa yang berputar hancur, membuat anak panah lainnya yang masih meluncur, terlebur dan menabrak Akara layaknya hembusan angin berwarna keemasan. Nampaklah pria kurus di depan sana yang sedikit membungkuk sambil memegangi dadanya. Napasnya begitu tak beraturan seperti habis lari sprint belasan kilometer. Wush... Akara muncul di depannya tanpa menyebabkan fluktuasi energi sedikitpun, ia langsung menggenggam lehernya menggunakan Cakar Naga sebelah kiri. Sorot matanya yang tajam dan menyala
Masuk akademi Amerta bagian dalam, sebenarnya bingung author ini mau menjabarkan alur gimana. Fokus ke 5 Fraksi di dunia atas. Akara di incar selain karena Esensi Surgawi di tubuhnya, juga karena Primadona Alam Atas yang ia taklukkan. Tidak hanya itu, tapi juga karena perselisihan antar siswa. Kali ini bukan mempertaruhkan nyawa, namun harga diri mereka karena ada kubah pelindung seperti saat melawan wakil komandan Baester. Masalah menjalar karena tidak dibersihkan tuntas. Selain sulit untuk mengejar Akara di dalam akademi, juga selalu berdua dengan Lina, membuatnya seakan tidak memiliki kelemahan. Akan tetapi, apakah para Fraksi di Alam Atas diam begitu saja? Bisakah mereka menemukan kelemahan Akara?Sedikit spoiler. Author bilang dari awal pure harem, jadi berapakah istrinya? Aku bilang hanya 4 sih. Kenapa cuma empat? Kan yang diunboxing sudah 3 Gadis, lalu siapa lagi. Yang bisa aku katakan pasti menjadi istri Akara adalah Lisa (gadis berpakaian pink di bab awal yang membantunya berl
Cahaya keemasan sang mentari pagi menembus langit-langit gua, menerpa gadis imut yang sedang duduk bersila dengan energi yang mengalir ke dalam tubuhnya. Sedangkan beberapa meter di sampingnya, ada kabut putih yang menyebar di lantai. Pada pusat kabut, ada seorang gadis kecil dengan cahaya ungu di bawahnya yang bergerak mengitarinya. Di depannya ada sebuah tungku pemurnian kecil berwarna keunguan dan di sisi lainnya, ada pria berblangkong yang berdiri mengamatinya. Sebuah portal muncul di belakangnya dan keluarlah seorang pria gemuk dengan wanita cantik bergaun putih. "Nona Aulia," sapa pria itu sambil menoleh."Bagaimana perkembangannya?""Dia mudah paham, namun masih terhalang aura alkemisnya yang baru satu pola,"Mereka lalu mendongakkan kepalanya saat ada bayangan besar yang lewat."Trueno itu, seperti tau saja Leluhur Kecil sedang tidak ada di sini," guman pria berblangkong, tidak berselang lama kemudian, terdengar suara auman yang
Ia hanya menoleh sekilas, melihat cahaya dari sayap peri yang menjauh dan menyandarkan tubuhnya kembali. Akan tetapi, hembusan terjadi dua kali dan lebih kencang, bahkan membuat Komo terlempar. "Sialan!" teriak Komo yang terjun ke bawah, namun Akara langsung mengibaskan tangannya, membuat hembusan angin yang menerbangkan Komo kembali ke atas. Naga tanpa sayap itu lalu bertengger di dahan, tepat di depan tuannya dan duduk kembali menyerap energi. Baru saja memejamkan mata, suara gemuruh kembali mendekat, membuat keduanya segera berdiri dan menoleh ke sumber suara. Dengan mata yang menyala-nyala, pandangannya membesar hingga dapat melihat begitu jauh. Seorang gadis berambut hitam keunguan yang dikucir dua. Bajunya tanpa lengan, namun memakai sarung tangan hingga sepanjang lengan. Jadi, lengan atas hingga ketiaknya tidak tertutupi. Ia juga memakai rok mini yang mengembang di atas lutut, tapi juga memakai kaos kaki setinggi lutut. Aura ranah dengan 5 bulan energi bin
Pemuda berambut merah sebelumnya juga berhasil lolos, walau dengan pakaian compang camping yang sudah terbakar. Ia menyadari keberadaan Akara yang berada jauh di sisi samping belakangnya. Proyeksi penyambut muncul kembali, membuat pandangan mereka semua tertuju padanya."Selamat untuk kalian semua yang berhasil lolos! Silahkan keluarkan kartu yang sebelumnya kalian bawa dan alirkan energi kalian di sana!"Mereka semua termasuk Akara langsung menurutinya, membuat kartu itu menyala dan muncul proyeksi mereka di atasnya dengan aura ranah yang menyala."Masih ranah Asmaradana!?" Seseorang berteriak saat melihat proyeksi di atas kartu milik Akara, seketika semua pasang mata tertuju padanya. "Gadis ini juga!" teriak lainnya terhadap gadis twin tail berambut keunguan. Bisa-bisanya mereka lolos! Pasti mereka hanya bersembunyi saja sampai hari terakhir! Mereka semua menatap tajam ke arah keduanya, membuat gadis itu menunduk hingga gemetaran. Sed
Muncullah gadis cantik berambut putih dengan kulit yang juga begitu putih bagaikan susu. Pandangan semua orang langsung tertuju pada kaki jenjangnya, dengan sepatu hak tinggi yang berwarna putih kebiruan. Ia melayang dan mulai menapak perlahan-lahan ke lantai dengan energi dingin yang menyelimutinya. Pandangan mereka mulai naik kepada paha mulusnya dengan gaun putih kebiruannya yang mengembang, namun mulai merumbai kembali. Kemudian menuju pinggang rampingnya dengan aset besar di atasnya dan akhirnya fokus pada wajah cantik tanpa ekspresi. "Pedang itu?" Mereka kemudian fokus terhadap pedang panjang nan tipis berwarna putih yang digenggam jari-jari lentiknya. Mereka sempat melihat giok biru di pangkalnya sebelum pedang itu diselimuti energi dan menghilang. Giok itu!? Bukankah sama seperti senjata kuno saat di Dunia Lestari? Pantas indah sekali, sangat cocok dengan Peri Salju! Di saat semua orang mengagumi kecantikannya, ada seorang pemuda berjaket hitam yang mulai
Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran
Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung
447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem
Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism
335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem
Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se
333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb
Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak
Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak