Mereka semua berada di sebuah aula besar. Sania berada di sisi Akara, sedangkan Alan lebih memilih untuk berdiri di belakang mereka. Argo Besiah dan Lemon juga sudah berada di ruangan itu. Saat sedang perjamuan syukuran karena kenaikan ranah, Akara tiba-tiba berdiri dan berkata.
"Karena semuanya telah baik-baik saja dan kenaikan ranah berjalan dengan lancar, kami mohon pamit."Argo Besiah nampak terkejut dan langsung bergegas mendekatinya. Pria paruh baya bertubuh berisi itu langsung menepuk pundak Akara."Nak Agera, kamu yang paling berjasa di sini. Pak tua ini akan mengadakan perjamuan besar, banyak keluarga besar di kota Shuyal yang akan datang. Jadi tetaplah di sini, banyak yang harus tau akan bakatmu,"Ya, kata-kata pujian yang selalu membuat Akara tak nyaman. Tentu saja malah tambah membuatnya enggan berada di sana."Maaf, aku tidak suka semua itu, juga jangan bilang tentang bakat denganku." Akara tanpa basa-basi dan membuat suasanaAkara hanya bisa mengernyitkan dahinya merasa aneh, padahal Sania susah memintanya menambah harem sebelumnya. Akan tetapi tatapan matanya berkata bahwa ia tidak mau hal itu."Dia memang sangat cantik, tapi tidak memberiku perasaan apapun dari beberapa pertemuan. Berbeda denganmu yang langsung membuat hatiku berdegup kencang," ucap Akara membuat Sania terkejut dan wajahnya langsung memerah."Tapi aku tidak bisa menangani si kecil ini sendirian!" serunya sambil menunjuk ke selangkangan Akara yang ada di depan mukanya."Kecil? Katanya besar banget," goda Akara. Hari tenang sebelum badai, jangan terlena dengan kedamaian sesaat. Saat Sania sedang menikmati 'Bing Chilling', selusin pasukan dari dunia lain itu sedang berada di depan gua pelindung harapan. Wakil komandan pasukan Bintang Hijau, seorang pemuda tampan dengan rambut pendek dan pakaian hijau tua dengan aksen hitam, bernama Baester. Ia menghembuskan energinya, dengan kecepatan ratusan meter perdetik untuk mendeteksi area sekitar.
Bwush..Tebasan energi mengenai pintu masuk gua, memaksa kedua ular raksasa keluar. Ken kembali mengaum, lalu melesat menerjang Baester. Kepalanya berhasil dihindari, namun ada kibasan ekornya. Boomm.. Hentakan kuat terjadi hingga Baester terdorong karena menahan kibasan ekor Ken. Seketika para pasukan Bintang Hijau melesat, namun Ken langsung menerjang mereka. Bertarung di hutan, menyebabkan pepohonan hancur karena dilindas oleh Ken dan efek benturan.Kini Kyun membuka auranya secara perdana, aura tingkat mistis empat pola. Ia langsung ikut menerjang ke arah para pasukan agar mereka tidak fokus pada Ken. Ia bertarung di sekitar gua, sedangkan Ken memisahkan mereka ke hutan. Ia melesat begitu cepat sambil menyerang hingga terjadi beberapa ledakan karena benturan serangan. Hal itu membuat wakil komandan Baester harus mengejar Ken. Tidak ada tanda-tanda aura ranah yang menyala, padahal pertempuran telah terjadi. Hanya pancaran cahaya merah menyala dan beberapa cahaya lain dari sayap
Pedang kayu yang digunakan Akara latihan sejak kecil, namun memiliki sejarah panjang karena Lisa. Gadis cantik ini menukarkan pedangnya saat Akara masih kecil, dengan pedang kayu yang sudah mengkristal. Kedua pasang pedang sebenarnya adalah pedang yang sama, namun adanya penjelajah waktu bernama Lisa yang menjadikannya berbeda. Pedang ini sebenarnya hanya pedang kayu latihan biasa yang dibuat oleh mama Rani untuk anaknya(Akara), tapi ditukar oleh Lisa dengan pedang kayu berumur jutaan tahun (pedang yang sama dengan perjalanan waktu berbeda). Pedang kayu yang asli kini dibawa oleh Alice.Alasan menjadi dua pasang dan umur yang berbeda karena di masa depan pedang kayu yang dibawa oleh Alice terlempar ke masa lalu. Melewati perjalanan waktu sekitar seribu tahun yang lalu dan dibawa oleh Lisa, lalu gadis itu melakukan perjalanan ruang waktu ke berbagai Multiverse. Sebenarnya dia terjebak dan tidak bisa kembali ke dunia aslinya hingga harus terus menjelajah. Ia akhirnya kembali di dunia asa
"Tidak ada gunanya, bahkan jika kau memohon sekalipun. Akan aku bunuh kalian berdua jika tidak memberitahu lokasi gadis itu!" Muncul lingkaran sihir di atas Baester, lingkaran dengan nyala merah tua dan ukiran sajak rumit di udara. Setelah sepenuhnya terbentuk, muncul pada aliran energi yang mengalir ke arah pedangnya."Tidak akan aku katakan bahkan jika kau membunuhku!" teriak Ken."Oh benarkah, lalu bagaimana dengan istrimu? Apakah dia bisa bertahan melihat kau mati!?" Baester terbang ke arah Kyun, bersamaan dengan pengumpulan energi yang sudah rampung."Hei ular betina, katakan di mana gadis manusia itu atau kau akan melihat kematiannya!" "Jangan diberi tau!" teriak Ken hingga membuat Baester begitu kesal dan berbalik badan ke arah Ken lagi."Baiklah, kau yang memaksaku!" Baester lalu meraih pedangnya menggunakan kedua tangan, ia lalu mengangkatnya sampai di atas kepala. Tiba-tiba gravitasi menjadi berat puluhan kali lipat di tubuhnya, membuatnya melesat ke arah Ken dengan sangat
Sang mentari sudah muncul di ufuk timur, menciptakan cahaya kekuningan yang menembus kabut pagi. Kabut yang cukup tebal itu tiba-tiba tersapu oleh angin. Kini nampaklah pemandangan yang begitu tragis. Hutan tropis yang sebelumnya sangatlah lebat oleh pepohonan, kini tidak berbentuk lagi. Tanah basah dengan banyaknya cekungan tak beraturan setelah pertempuran, juga serpihan kayu dari pepohonan yang hancur. Di lokasi itu, ada dua King Kobra raksasa yang penuh luka, tersungkur di tanah bahkan tanpa tekanan gravitasi. Aura Naga telah padam, mereka benar-benar kehabisan energi, sedangkan ular terbang Amphipthere sudah kembali ke dalam wujud kecilnya. Di atas mereka, ada selusin pasukan Bintang Hijau yang mengelilingi sebuah energi berbentuk pedang besar."Karena kalian meremehkanku, nyawa kalian sudah tidak ada artinya lagi!" Baester yang masih terlihat begitu bugar mengangkat tangannya, lalu ia ayunkan ke depan bersamaan dengan jatuhnya Pedang besar itu. Peluncuran disertai tekanan gravit
Lemon sudah sampai di kediaman tempat Akara bermalam. Melihat pintu kediaman yang terbuka, ia langsung masuk begitu saja dan mencari keberadaan pemuda itu. "Tuan Agera!?" serunya ketika tidak mendapati keberadaan Akara, namun tiba-tiba ada seseorang yang terbang di atas kediaman. Ia berhenti, disusul oleh hembusan angin yang menerpa kediaman itu. Segera Lemon keluar dan mendongakkan kepalanya untuk melihat master aura yang baru datang."Petarung gila, apa yang terjadi di kediamanmu?" Ia adalah Bento Besiah, raja kota Shuyal.…Sania menutup sayap perinya dan menapakkan kaki di atas tahan yang belum pulih akibat serangan Amphipthere. Selusin pasukan Bintang Hijau juga ikut mendarat di depan gadis bergaun merah itu, lalu pemimpin mereka maju beberapa langkah dan menunduk."Nona Sania, akhirnya menemukan anda… Kami datang untuk menjemput nona, tidak ada alasan untuk nona menolak,"Sania yang tenang langsung menatapnya dengan tajam. "Kau
Tiba-tiba terdengar suara seorang pria berdehem, pandangan keduanya langsung tertuju pada asal suara. Ia adalah Bento Besiah, yang sedang terbang tidak jauh dari mereka."Wakil komandan Baester, ini wilayah Kekaisaran Amerta. Jangan dikira hanya karena kejadian hilangnya para kaisar bisa membuatmu bertindak seenaknya di wilayah kami." Bento Besiah berbicara dengan tegas, tidak seperti biasanya yang selalu konyol.Baester langsung menarik kembali pedangnya, lalu menelangkupkan tangannya ke depan dan menunduk. Ia ternyata masih menghormati keberadaan raja kota Shuyal. "Raja Besiah, saya hanya mengucapkan sepatah kata untuk pemuda yang menemani nona saya,""Jangan kira aku tidak melihatnya, segera pergi sebelum aku campur tangan!"Baester lalu menunduk sekilas dan menoleh ke arah Akara lagi. "Hmph! Karena kau bersikeras ingin melawanku! Datanglah ke dunia kami dan akan aku tunjukkan seberapa besar kesenjangan di antara kita!" Ia lalu m
Sekarang Akara berada di Aliansi Angin Malam. Ia berada di dalam ruangan, dengan rak yang berjejeran dan penuh dengan gulungan keahlian. Ia berjalan menyusuri lorong kecil itu, sambil tangannya meraba rak di kedua sisinya. Mencari gulungan yang cocok dengannya.***Beberapa hari yang lalu di gua Pelindung Harapan. Jiwa Ken telah pulih kembali setelah diberi pil Astral Jiwa, kepribadiannya telah muncul dan ranahnya merosot ke tingkat mistis satu pola. Kini malah giliran Amphipthere yang kehilangan kepribadiannya lagi karena memaksa memulihkan tingkatan di pertempuran sebelumnya.Akara bersikap begitu dingin dan acuh tak acuh terhadap semua orang. Bahkan tidak ada satupun dari mereka yang berbicara kepadanya. Ia tiba-tiba mendekati Alan dan Lemon lalu berkata."Beli semua bahan senjata tingkat lima ke atas." Ia mengulurkan tangannya dan muncul segepok uang yang sebelumnya diberikan oleh Bento Besiah karena pil Astral Jiwa. "Aoa yang akan kamu l