Lemon sudah sampai di kediaman tempat Akara bermalam. Melihat pintu kediaman yang terbuka, ia langsung masuk begitu saja dan mencari keberadaan pemuda itu. "Tuan Agera!?" serunya ketika tidak mendapati keberadaan Akara, namun tiba-tiba ada seseorang yang terbang di atas kediaman. Ia berhenti, disusul oleh hembusan angin yang menerpa kediaman itu. Segera Lemon keluar dan mendongakkan kepalanya untuk melihat master aura yang baru datang."Petarung gila, apa yang terjadi di kediamanmu?" Ia adalah Bento Besiah, raja kota Shuyal.…Sania menutup sayap perinya dan menapakkan kaki di atas tahan yang belum pulih akibat serangan Amphipthere. Selusin pasukan Bintang Hijau juga ikut mendarat di depan gadis bergaun merah itu, lalu pemimpin mereka maju beberapa langkah dan menunduk."Nona Sania, akhirnya menemukan anda… Kami datang untuk menjemput nona, tidak ada alasan untuk nona menolak,"Sania yang tenang langsung menatapnya dengan tajam. "Kau
Tiba-tiba terdengar suara seorang pria berdehem, pandangan keduanya langsung tertuju pada asal suara. Ia adalah Bento Besiah, yang sedang terbang tidak jauh dari mereka."Wakil komandan Baester, ini wilayah Kekaisaran Amerta. Jangan dikira hanya karena kejadian hilangnya para kaisar bisa membuatmu bertindak seenaknya di wilayah kami." Bento Besiah berbicara dengan tegas, tidak seperti biasanya yang selalu konyol.Baester langsung menarik kembali pedangnya, lalu menelangkupkan tangannya ke depan dan menunduk. Ia ternyata masih menghormati keberadaan raja kota Shuyal. "Raja Besiah, saya hanya mengucapkan sepatah kata untuk pemuda yang menemani nona saya,""Jangan kira aku tidak melihatnya, segera pergi sebelum aku campur tangan!"Baester lalu menunduk sekilas dan menoleh ke arah Akara lagi. "Hmph! Karena kau bersikeras ingin melawanku! Datanglah ke dunia kami dan akan aku tunjukkan seberapa besar kesenjangan di antara kita!" Ia lalu m
Sekarang Akara berada di Aliansi Angin Malam. Ia berada di dalam ruangan, dengan rak yang berjejeran dan penuh dengan gulungan keahlian. Ia berjalan menyusuri lorong kecil itu, sambil tangannya meraba rak di kedua sisinya. Mencari gulungan yang cocok dengannya.***Beberapa hari yang lalu di gua Pelindung Harapan. Jiwa Ken telah pulih kembali setelah diberi pil Astral Jiwa, kepribadiannya telah muncul dan ranahnya merosot ke tingkat mistis satu pola. Kini malah giliran Amphipthere yang kehilangan kepribadiannya lagi karena memaksa memulihkan tingkatan di pertempuran sebelumnya.Akara bersikap begitu dingin dan acuh tak acuh terhadap semua orang. Bahkan tidak ada satupun dari mereka yang berbicara kepadanya. Ia tiba-tiba mendekati Alan dan Lemon lalu berkata."Beli semua bahan senjata tingkat lima ke atas." Ia mengulurkan tangannya dan muncul segepok uang yang sebelumnya diberikan oleh Bento Besiah karena pil Astral Jiwa. "Aoa yang akan kamu l
Akara dan Lemon duduk bersila, dengan masing-masing gulungan yang melayang di depan mereka. Gulungan yang Akara ambil sekarang sedang dilatih oleh Lemon, sedangkan Akara melatih gulungan yang Lemon ambil. Tidak butuh lama Akara kemudian menutup kembali gulungan di depannya, lalu berkata."Ada informasi apa tentang Konferensi Penempa dan Ruang latihan dengan Esensi Magma Surgawi?"Lemon yang sedang serius berlatih jadi terpaksa menghentikan latihannya dan bertanya dengan ragu."Tuan Agera tidak ingin mengikuti konferensi penempa, kan?""Ranahku tidak akan naik sebelum mendapatkan Esensi Surgawi, masih perlu dipertanyakan lagi?""Semua itu memang benar, namun beberapa tahun yang lalu Raja Yog Aren memberikan Esensi Magma Surgawi kepada muridnya, Slamet Kopling. Kota Gnome memang benar ribuan tahun lalu digunakan oleh Naga Magma sebagai tempat latihan, namun saya tidak yakin Esensi baru telah terbentuk," jawab Lemon, lalu Akara bertanya lagi
Tuan rumah perjamuan, Argo Besiah, Bento Besiah dan anaknya Aul Besiah. Remaja yang pernah mengikuti ujian Alkemis bersama Akara dan Mala Jati. Melihat kedatangan Akara, pak tua Argo Besiah langsung bergegas untuk menyambutnya."Nak Agera! Terima kasih telah datang!" seperti biasanya, ia langsung menepuk pundak Akara."Ayo segera duduk!" Ia mendorong pundak Akara pelan menuju meja di samping Alred Jati, namun pandangan pemuda itu tertuju pada remaja yang tak asing baginya. "Sebentar!" Akara meraih tangan Argo Besiah di pundaknya dan melepaskannya, lalu berjalan perlahan ke arah remaja itu. Ia tersenyum menyeringai, namun lekukan di dahinya tidak bisa menyembunyikan kekesalannya. Penghinaan terhadapnya, juga utusan yang mengincar nyawanya, namun yang paling membuatnya kesal adalah saat ia merendahkan Alice. Mengingat kembali hal itu membuat darahnya, tangannya mengepal dengan begitu erat untuk melampiaskan emosi sesaat."Pemuda ini?" Ron Waru berd
Melihat kecanggungan dan rasa penasaran para undangan, Argo Besiah lalu berdiri dan berdehem sebelum bicara."Saat kondisiku sedang kritis, tidak ada yang bisa mengobati pak tua ini. Bahkan Alkemis setingkat nak Alred Jati dan Tense tidak bisa memurnikan pil Astral Jiwa yang saya butuhkan. Ditambah lagi Raja pil di kota Araves sedang pergi, untung akhirnya mereka berdua mendapatkan resep pil itu."Wanita cantik bernama Aulia langsung menoleh ke arah Dong Waru dan berkata. "Siapa yang memberikan resep itu?""Menurut penjelasan Alred Jati, dia merupakan seorang wanita cantik berambut pirang dengan gaun putih keemasan,""Dia!?" Aulia tidak bisa menutupi keterkejutannya, hingga menutup mulutnya menggunakan kedua tangan."Dewi Alkemis, untuk apa beliau ikut campur di dunia fana?" ucap Dong Waru, lalu Aulia dengan ragu-ragu menoleh ke arah Akara."Tuan muda keluargamu telah memprovokasi orang yang salah!".."Walau begitu,
Yog Aren memprovokasi Aulia hingga membuat wanita cantik itu merasa begitu geram. Ia lalu menghela napas sebelum akhirnya berdiri untuk menjawabnya."Jika kami memiliki pemikiran yang licik seperti itu, apa mungkinkah bisa menjadi menantu orang nomor satu di seluruh dunia?" ucapnya dengan tenang, sambil tersenyum bangga, namun tidak meredakan semangat Yog Aren untuk memancingnya."Posisi orang nomor satu di berbagai dunia, malah diberikan oleh seorang gadis kecil yang usianya tidak lebih dari lima belas tahun!" Seperti saat menjebak Akara, ia sangat pintar sekali merangkai kata-kata untuk menggiring opini publik."Apa jadinya jika kekaisaran terbesar malah dipimpin oleh seorang gadis kecil? Jika para menantunya tidak mau menggantikan tahta, kenapa tidak diserahkan kepada yang lebih bisa memimpin!?" lanjutnya membuat Aulia sedikit kesal dibuatnya. Wanita cantik itu lalu menjawabnya."Kaisar Amerta yang membangun kekaisaran ini dengan begitu baik, j
Wyvrn, makhluk dengan tubuh sangat persis dengan Naga, namun hanya memiliki sepasang kaki dan tanpa tangan. Drake, Wyvrn, Wyrm, dan Amphipthere merupakan sub spesies dari Naga maupun Ular Naga. Walau memiliki ciri khas masing-masing, namun ada persamaan yaitu kepalanya. Kepala Naga dengan tanduk runcing layaknya pengganti rambut.Akara mendekatinya, ia langsung mengulurkan tangannya untuk meraih kepala makhluk itu. Mata ularnya menyala, lebih tepatnya mata Naganya. Binatang sihir biasanya langsung tunduk, namun tidak dengannya. Tidak ada reaksi apapun, baik melawan maupun tunduk. "Ada apa Agera?" ucap Aulia karena penasaran."Dia dikendalikan!" jawab Akara dengan begitu geram, karena makhluk sub spesies Naga tidak ada yang tingkatannya di bawah tingkat mistis. Mereka seharusnya memiliki kepribadian, namun Wyvrn ini tidak memilikinya. Ia berjalan dan mengamati dari segala sisi, namun tidak menemukan benda mencurigakan yang menempel di tubuhnya."D
Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran
Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung
447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem
Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism
335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem
Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se
333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb
Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak
Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak