"Kalian tenanglah! Aku ingin bicara dengan Sania!""Apa yang mau dibicarakan Akara? Dari awal aku mengikutimu, bahkan saat itu menyerangmu, lalu.." Sania dengan santainya menunjuk pria berjubah di sampingnya. Tidak ada reaksi apapun dari pria itu, hanya diam dan mengamati saja."Aku yang membawamu padanya, kamu bahkan tidak mengetahui identitasnya," lanjutnya."Hmph." Akara malah tersenyum, melompat di depannya dan masih begitu tenang lalu berkata."Terserah apa yang mau kamu katakan, tapi tatapan matamu saat kita berciuman tidak bisa berbohong," ucap Akara membuat wajah Sania memerah padam tersipu malu."Tidak perlu dijelaskan kejadiannya 'kan!?" seru Sania karena malu, namun segera berusaha tenang kembali. "Apa kamu tau alasanku marah saat para siswa akademi itu dibiarkan hidup?" Sania kini berjalan perlahan mendekati Akara hingga membuat ketiga binatang sihir bereaksi, namun Akara langsung melambaikan satu tangannya agar mereka tenang kembali."Kenapa memangnya?" ucap Akara sambil
Untung ada Kyun yang menghentikan gadis itu agar tidak sembrono. Setelah hentakan energi, energi dingin menyebar dari tubuhnya. Membuat cipratan air menjadi salju, juga membekukan sungai dan terus merambat hingga air terjun membeku. Bahkan ekor Ken ikut membeku saat energi dingin itu menyentuhnya. Terpaksa mereka semua harus menjauh, namun disusul oleh kobaran api Surgawi di tubuh Akara hingga membuatnya melayang di udara. Api itu menghentikan penyebaran energi dingin, namun tidak mencairkannya. "Dua Esensi Surgawi yang berlawanan mampu bersatu di tubuhnya, sungguh sial bagi Yog Aren menjadikannya sebagai musuh," guman pria berjubah. Disaat mereka mengaguminya, Sania masih saja terlihat begitu khawatir. Cukup lama api berkobar dengan stabil dan tenang, namun kemudian Esensi Angin Surgawi muncul.Wossshhh!Apinya membesar akibat hembusan angin. Bagaikan mesin roket yang diarahkan ke atas hingga membuat suasana dini hari itu layaknya tengah hari, bahkan cahayanya dapat terlihat di kedua
Sania segera mendorongnya dengan pelan, melepaskan ciumannya dan menundukkan pandangannya."Jangan nakal," ucapnya lirih, namun dibalas senyuman dan Akara segera meraih dagu kecilnya."Jangan dan tidak boleh dari mulut wanita bukan berarti dia menolaknya." Ia lalu melumat kembali bibir merah muda nan lembut di depannya. Benar saja, Sania membalas lumatanya, bahkan lidah mereka saling membelit. Diberi lampu hijau, Akara tidak menyia-nyiakan kesempatan, tangan kirinya bergerilya di tubuh indah Sania dan tangan kanannya menurunkan resleting gaun di bagian punggungnya. Sania juga tak ingin kalah, ia mulai meletakkan jari-jari lentiknya di dada bidang kekasihnya dan perlahan turun hingga perut."Jangan nakal." Akara sempat-sempatnya menggodanya hingga membuat Sania cemberut menggemaskan, kemudian menggigit lehernya. Akara membiarkannya, ia langsung menyusupkan tangannya ke dalam penyangga dadanya, menyentuh payudara Sania yang besar nan bulat. Saat puting kecil berwarna merah muda tersentu
Arc 3: Konferensi PenempaAkara mendapatkan Esensi Angin Surgawi dan dari ranah Mijil dua bulan energi jadi ranah Sinom tiga bulan energi. Kabur ke hutan dan membuat markas baru. Tanpa disengaja mendapatkan skill baru (yah emang tanpa disengaja, bahkan awalnya author tak kepikiran.) Amphipthere ternyata masih hidup, namun baik tubuh dan jiwanya mengalami kerusakan. Demi membantunya, Akara menuju kota hutan Araves untuk mencari bahan obat. Ia kemudian terseret dalam perselisihan, yang akhirnya membuatnya harus berurusan dengan dua master Alkemis dari kota Shuyal. Akibat pertempuran sebelumnya, ia harus menyembunyikan api Surgawinya. Alhasil, sesuatu yang mengerikan dalam dirinya muncul dan menjadi sebuah alter ego. Menggunakan identitas baru, urusan dengan kedua Master Alkemis membuatnya berhubungan dengan beberapa orang di kota shuyal. Tidak lama kemudian ia harus berpisah dengan seseorang yang mengakibatkan alter egonya semakin kuat. Tujuan awalnya yang ingin ikut konferensi penemp
Keesokan harinyaPria berjubah duduk bersandar di atas dahan pohon, sedangkan Ken dan Kyun langsung memalingkan kepalanya saat kubah pelindung terbuka. Akan tetapi, si kadal bodoh dengan santainya mendekati mereka dan berkata."Kenapa kalian lama sekali!? Apa yang terjadi!?" Ken sontak saja melilit tubuhnya dan menariknya menjauhi Akara dan Sania. "Guru! Apa yang kau lakukan!?""Diam!" bentak Ken dan Kyun secara bersamaan hingga membuatnya terdiam.Sania terlihat begitu malu saat menyadari bahwa mereka mengetahui apa yang telah terjadi. Sedangkan Akara mengulurkan tangannya, membantunya berjalan. Sania mengabaikannya, namun baru saja melangkahkan kakinya, ia merasa sakit dan merapatkan pahanya. Akan tetapi, hal itu malah membuatnya semakin merasa sakit hingga reflek meraih tangan Akara untuk bertumpu."Bocah! Kau apakan kaki nona Sania!?" Komo lagi-lagi berteriak, membuat Ken harus memukul kepalanya menggunakan ekornya
Kini Akara membiasakan diri dengan Esensi Angin Surgawi, ia menggunakannya untuk membantunya menempa. Dengan telanjang dada, ia berdiri sambil memegang penjepit dan palu tempa. Tubuhnya bercucuran keringat, juga kobaran api Surgawi di tungku penempa. Ternyata apinya kembali bermutasi, kini memiliki tiga warna sesuai ketiga Esensi. Merah hijau biru atau dalam bahasa teknik sering disebut RGB (Red Green Blue). Api dengan pancaran lebih terfokus, kini ia gunakan untuk menempa batu Cryostar. "Api Surgawinya kembali bermutasi!?" Alan yang biasanya tenang bahkan tidak bisa menutupi keterkejutannya. "Jadi ini alasannya Raja Yog Aren bersikeras untuk mendapatkannya. Jika ada lebih dari satu Esensi Surgawi, maka yang terkuat akan bermutasi," lanjutnya."Batu Cryostar, batu yang begitu kuat, bahkan sebelumnya tidak mampu Akara tempa." Sania tiba-tiba mendekatinya, membuat Alan merasa aneh."Maaf nona, ada apa?" "Sepertinya basa-basi tidak berlaku untukmu…
Keesokan harinya, Akara keluar kamar dengan masih mengenakan kimono tidurnya. Mendekati Alan dan ketiga binatang sihir yang terlihat sedang berkerumun.Swushh…Tiba-tiba cahaya kehijauan melesat ke arahnya, membuatnya reflek membuat kubah pelindung di sekelilingnya. Kini Amphipthere hanya terbang pelan mengitarinya, sedangkan Ken langsung bergegas mendekatinya."Maaf tuan muda!" seru Ken, lalu Akara membuka pelindungnya dan mengulurkan tangan ke arah ular terbang itu. Segera ular itu melilit tangan Akara dan kepalanya berada di genggaman. Akara kemudian mengamatinya, lalu menggelitik dagu ula itu."Bagaimana bisa?" ucap Akara kepada Ken."Maaf tuan muda, kemarin saya yang mengambilnya,""Tidak perlu minta maaf, jelaskan saja kenapa ia sangat mirip dengan Amphipthere, bahkan energinya juga sama," ucap Akara sambil masih memainkan ular terbang itu di tangannya."Itu memang Amphipthere!" jelas Ken membuat Akara mengernyitka
"Sangat puas, makanya bikin ketagihan." Akara menaikkan rok gaun milik Sania, lalu tangannya menyentuh belahan celana dalamnya yang basah, lalu berbisik di telinganya. "Kamu juga basah?" Gadis itu tersipu, lalu Akara menarik tali kimononya dan langsung terpampanglah penisnya yang tegang. Setelah itu ia meraih tangan Sania untuk menyentuh penisnya. Gadis itu cukup terkejut, namun tidak melepaskan genggamannya."Bagaimana?" bisik Akara."Besar.." jawab Sania malu-malu, lalu Akara menuntun tangannya untuk bergerak maju-mundur mengocoknya dengan lembut. "Lalu?""Panas, panjang dan besar," jawab Sania membuat Akara tersenyum dan mencolokkan jarinya pada belahan vaginanya."Kok besarnya dua kali?" ucap Akara membuat Sania begitu malu, lalu ia ditarik agar berbalik badan. Akara hanya perlu menyibakkan celana dalam Sania dan nampaklah vagina kecil yang sudah begitu basah. Sania kemudian diangkatnya hingga duduk di ujung meja dapur, lal