DrttSatu pesan masuk ke ponsel Ilyas.{Mas, pulang ke apartemen gak? Kalau pulang ke sini tolong belikan aku buah kiwi, ya Mas. Kayanya aku ngidam buah Kiwi.} pesan dari Naya.Ilyas tersenyum saat melihat pesan itu, dia paham pada apa yang Naya rasakan.Ilyas pernah mendengar dari teman temannya kalau wanita ngidam tidak di kabulkan keinginannya.Maka akan membuat wanita hamil menjadi negatif thinking, bahkan sampai membuat mood ibu hamil buruk.{Ya, aku akan belikan.}{Yang lain mau?} Pesan dari Ilyas lagi.Ilyas dengan cepat pulang dari pengusahaan tempat dia bekerja.Ilyas mampir ke super market untuk membeli buah yang Naya inginkan.Ilyas melihat lihat buah buahan segar yang berjajar rapi di etalase kaca di toko itu.Ilyas mengambil beberapa buah buahan, Ilyas juga membelikan buah kesukaan Alya."Mas Ilyas!" Sapa seseorang pada Ilyas."Ehh, Bu Oktaf." Ujar Ilyas membalas sapaan dari
Alya turun dari ranjang, dia seolah terobsesi untuk sembuh.Alya tidak berpikir kalau dia masih sangat lemah sekarang.BrughhAlya terjatuh ke lantai yang di bawahnya banyak sekali pecahan gelas yang tadi dia lempar."Non.." Teriak Bi Yeti menatap Alya dengan panik.Ilyas berjalan menuju ke arah ruangan Alya, dia memang sedikit lama di apartemen karena dia baru saja menghabiskan waktu bersama dengan Naya dan bayinya.Ilyas merasa bahagia karena sudah menjadi Papah yang ada di saat bayinya tumbuh kembang dalam perut.Ilyas hanya senyum senyum sendiri, saat membayangkan bagaimana manjanya Naya pada dirinya sekarang."Rasanya baru sebentar pergi, aku sudah ingin bertemu Naya lagi." Gumam Ilyas.Pintu ruangan Alya terbuka, Ilyas masuk kedalam. Tak ada apa pun yang terjadi di sana, semuanya terlihat baik baik saja."Sayang, aku bawakan buah buahan." Ujar Ilyas.Alya bangun dari tidurnya, di
PrakkNaya tidak sengaja menyenggol gelas dan membuat gelas itu jatuh ke lantai.Raka yang mendengar suara itu langsung bangun dan melihat ada apa di dapur."Naya, ada apa?" Tanya Raka."Eh Mas, ini gelas jatuh! Mas kenapa bangun?" Tanya Naya."Aku terkejut mendengar suara." Jawabnya.Naya mengambil gelas yang sudah tergeletak di lantai, untungnya gelasnya tidak pecah."Mas, tidur lagi saja." Sahut Naya yang merasa risih kalau Raka melihatnya seperti itu.Naya tidak terbiasa dengan laki laki lain. Jadi, rasanya dia sangat takut kalau keluarga Ilyas ada yang melihat dia berduaan."Baiklah, aku tidur lagi." Raka kembali ke sofa yang menjadi tempat dia untuk tidur.Naya hanya menghela nafasnya kasar, dia menatap pada pintu kamar Mijan dan kamarnya yang masih tertutup rapat.Naya meminum air dan kembali lagi ke kamarnya, dia menatap pada Raka yang sudah tertidur lagi di Sofa."Rasanya aku s
SATU BULAN KEMUDIAN..Kabar kepulangan Alya membuat semua orang bahagia, terutama bagi keluarga dan sahabat sahabatnya.Bahkan, Ilyas juga membuat acara yang sangat meriah untuk menyambut kepulangan Alya.Yang dahulunya semua orang berpikir kalau Alya mustahil untuk sembuh, tetapi sekarang mereka percaya kalau di dunia ini tidak ada yang mustahil.Alya sangat kagum pada acara yang di buat oleh suaminya itu, dia bahkan sampai terharu karena semua temannya juga menyambut kepulangan dia."Mas, terima kasih ya." Ungkap Alya."Sama sama sayang, aku senang sekali kamu pulang dan sembuh total.""Ya, aku juga." Acaranya semakin meriah saat mereka semua di jamu dengan sangat baik di kediaman Alya yang sangat besar itu.Bahkan, Naya sampai kagum pada kediaman Alya yang sangat besar itu, dari kecil Alya sudah kaya dan tidak heran kalau sudah besar pun Alya masih sangat kaya.Ilyas tau kalau sejak tadi ma
Malam ini Naya merebahkan tubuhnya di atas ranjang bersama dengan Zoya. Naya merasa kalau dia sangat canggung berada di rumah Alya. "Kenapa aku merasa canggung berada di rumah ini?" gumam Naya. Sedangkan saat ini Ilyas menatap pada Alya yang tengah duduk di ranjang. "Sayang, aku bahagia karena kamu bisa pulang." Ilyas tersenyum. "Ya mas, aku juga!" Namun, Ilyas malah ingat pada Naya yang saat ini mungkin belum tertidur. "Sayang, aku mau mengambil laptop di mobil. Bentar ya," ucap Ilyas. "Ya mas." Ilyas keluar dari sana, tapi saat ini Ilyas tidak keluar dari rumah. Dia malah masuk kedalam kamar yang di tempati oleh Naya dan Zoya. "Mas," sahut Naya. Ilyas menempelkan jarinya ke bibirnya. "Jangan berisik!" pinta Ilyas. Ilyas duduk di ranjang samping Naya yang masih bingung dengan sikap Ilyas. "
Naya tidak bisa pulang karena saat ini di rumah Alya tidak ada orang. Naya tidak tega membiarkan Alya sendirian, walaupun ada Bi Yeti dan pembantu yang lain. Tetap saja, Alya harus ada teman untuk dia bicara dan bercerita. Naya dan pak Mijan memutuskan untuk pulang setelah Ilyas pulang saja. Sedangkan orang tua Alya sudah pergi karena banyak pekerjaan, Rani juga sama dia ada pekerjaan sekarang. "Bagaimana kandungan kamu?" tanya Alya. "Alhamdulillah, sehat." jawab Naya sambil tersenyum pada Alya. Begitu pula dengan Alya yang bersikap sangat baik pada Naya. Tapi sayangnya, Alya lupa kalau Naya adalah sahabat masa kecilnya. Naya tau bagaimana ekspresi wajah Alya saat dia marah dan tengah menahan amarah. Semuanya sudah Naya ketahui sejak mereka masih berteman dahulu. Naya mengambil buah buahan yang sudah di kupas dan memberikannya pada Alya.
Naya masuk ke apartemennya, dia menyalakan lampu supaya ruangan itu terang. Saat ini Raka membawa Zoya untuk membeli cemilan terlebih dahulu ke mini market. Sedangkan Naya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu ke apartemennya. Naya merasa sangat lelah sekali, padahal sejak tadi dia hanya diam dan duduk saja di rumah Alya. "Astaghfirullah, kenapa badan ini terasa pegal pegal?" gumam Naya. Namun, saat Naya berjalan kearah dapur. Saat ini terlihat ada seorang laki laki yang sangat Naya kenal berada di sana sambil memegang pisau yang biasa Naya gunakan untuk masak. "Mas," gumam Naya. "Aku mau minta uang!" ujarnya. "Gak, aku gak punya uang!" bantah Naya. Naya memundurkan langkahnya kebelakang dengan perlahan, tapi sayangnya laki laki itu langsung mendorong Naya hingga membuat Naya terjatuh kelantai. Bukan itu saja, saat Naya akan bangun l
Dokter yang tadi menangani Naya, akhirnya keluar juga dari dalam ruangan. "Dok, bagaimana kondisi Naya?" tanya Ilyas yang langsung memburu pada dokter yang baru saja keluar. "Pak, Bu Naya tidak kenapa kenapa. Dia hanya mengalami luka di tangannya, kami sudah mengobati lukanya, mungkin sebentar lagi akan sadar." jawab Dokter itu. "Terima kasih, Dok." ucap Ilyas yang merasa lega dengan ucapan dokter itu. "Tapi Dok, luka apa yang ada ditangannya?" tanya Ilyas. "Lukanya seperti terluka karena pisau atau benda tajam." ujar Dokter. Ilyas menghela nafasnya kasar, Naya memang benar benar menderita karena menikah dengan laki laki yang bernama Zidan itu. "Apa kamu mau laporkan mantan suami Naya?" tanya Raka. "Entahlah Raka, aku harus bertanya pada Naya dahulu." ucap Ilyas. "Ya kau benar," sahut Raka. Ilyas dan Raka masuk kedalam ruangan Naya, terliha
"Astaga!" gumam Rani.Ilyas panik dia langsung mendekat ke arah Rani, dengan cepat dia langsung mengambil sepucuk surat itu dan langsung membacanya.Ilyas juga tak kalah panik dari Rani, dia langsung menatap pada Naya yang masih bertanya-tanya dengan isi dari secarik kertas yang ditinggalkan oleh laki-laki itu."Ada apa, Mas?" tanya Naya menatap pada Ilyas dan Rani secara bergantian dan sayangnya tak ada jawaban yang bisa dia dapatkan dari keduanya.Naya langsung merebut paksa kertas itu dari tangan Ilyas.(ANAK KAMU AKAN MENINGGAL)Itulah isi dari secarik surat itu, ingin sekali rasanya Naya marah pada orang itu.Seorang ibu mana yang akan rela kalau anaknya mendapatkan ancaman yang begitu kejam dari orang yang bahkan tak dia kenal.Naya meremas sepucuk surat yang masih ada di tangannya itu, "Aku tau siapa yang mengirim surat ini." ucap Naya yang membuat Rani dan Ilyas langsung menatap padanya.**Brakk!Suara pintu didobrak paksa terdengar sangat keras ditelinga yang punya rumah, Al
Prak Gelas pecah terdengar memekik di telinga Alya, dengan langkah yang malas dia langsung berjalan ke arah lantai bawah, sejak tadi Ibunya ada di sana tapi sekarang Lia sudah pulang dari kediaman Alya. Alya masih tak percaya kalau Ilyas masih belum pulang juga, rasanya dia sangat ingin menyusul Ilyas ke apartemen Naya. Tapi sayangnya Alya gengsi karena dengan seperti itu dia terlihat mengemis perhatian pada Ilyas. Alya membelalakkan matanya saat melihat sebuah gelas pecah dan pecahannya berserakan di lantai, bukan itu saja. Dia juga menemukan sebuah surat yang tergeletak di lantai. "Surat lagi?" gumam Alya bertanya-tanya. Alya membuka surat itu dengan perlahan dan benar tulisan itu hampir sama dengan tulisan tempo lalu, tapi untuk yang sekarang tulisannya ada yang sedikit berbeda. (KAMU AKAN MATI, KALAU ANAK DALAM KANDUNGAN ANAYAH TETAP HIDUP!) "Apa ini sebuah ancaman? Kenapa padaku? Dan kenapa orang-orang itu tau kalau Naya mengandung? Siapa mereka?" setelah mengucapkan itu
"Apa laki-lakinya bisa diperbesar?" tanya Naya. "Tentu." Mutia menzoom layar yang ada di hadapannya itu, Naya mengerutkan keningnya saat melihat orang itu. "Kamu mengenalinya?" tanya Mutia. Naya menggelengkan kepalanya. "Aku gak kenal, laki-laki ini asing." "Fiks, kamu sekarang sedang di teror oleh orang itu, aku sudah menduga ini semua! Tapi Nay, kamu jangan khawatir karena ada aku yang akan membantu kamu untuk mencari tau orang ini." duga Mutia sambil memegang tangan Naya. "Terima kasih Mutia, kau baik sekali." "Sama-sama, kita kan teman, jadi aku harus membantu saat temanku kesusahan." Naya baru ingat kalau di apartemennya itu ada Ilyas, "Mutia, maafkan aku! Tapi di sini ada Mas Yash." ujar Naya. "Mas Yash?" tanya Mutia heran. Naya keceplosan mengusapkan hal itu pada Mutia, Naya baru ingat kalau Mutia belum tau tentang kehidupannya itu. Naya terlihat panik saat Mutia menatapnya sambil bertanya. "Ya, Mas Yash suaminya Alya, dia datang karena mau bertemu dengan Rani,
Ilyas mengusap kepala Naya dengan lembut, tapi saat Ilyas akan beralih ke pakaian Naya dia langsung terkejut saat mendapati kalau leher Naya seperti ada luka. "Nay, ini kenapa?" tanya Ilyas. Ilyas semakin mendekat pada luka itu, Ilyas rasa kalau luka itu baru saja ada di leher Naya, Ilyas juga memegang luka itu yang seperti ada luka bekas kuku. "Kamu di cekik?" tanya Ilyas menatap Naya penuh tanya. Naya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, Naya juga memegang tangan Ilyas yang sekarang tengah menelisik seluruh badannya. "Mas, ini itu hanya luka biasa." jawab Naya tenang. "Kamu bohong?" tanya Ilyas. Naya hanya diam saja untuk kali ini dia tidak mungkin bicara kalau Alya yang menyebabkan semuanya. "Mas, aku gak bohong, aku beneran!" ucap Naya. "Apa sakit?" tanya Ilyas. "Tidak." Ilyas memeluk Naya dengan sangat erat, dia ingin sekali meminta maaf pada Naya karena ucapan Ilyas sudah menyakiti hati Naya, untuk sekarang Ilyas juga sadar kalau dia seharusnya menghar
Pirasat Rani tak enak, dia langsung berlari ke arah apartemennya dan ternyata benar Rani mendapati Naya yang terduduk di lantai. "Kak, kakak kenapa?" tanya Rani yang langsung jongkok di hadapan Naya. Naya hanya menatap kearah depan saja tanpa mengedip sekali pun, Rani mulai curiga pada Alya yang baru saja keluar dari apartemennya itu. "Kak, ada apa?" tanya Rani lagi. Naya menatap pada Rani, dia langsung menangis di hadapan Rani yang semakin merasa bingung dengan kondisi Naya saat ini, Rani membawa Naya ke sofa agar Naya bisa lebih nyaman untuk duduk. Rani juga mengambilkan minuman untuk Naya, dia langsung menyodorkan pada Naya. "Kakak tenang dulu, setelah ini ceritakan padaku apa saja yang terjadi." ujar Rani. Naya membuka hijab yang menutupi kepalanya, Rani baru sadar kalau leher Naya terdapat luka lebam sepertinya luka itu baru saja muncul. "Kakak, kenapa? Apa semua ini Alya yang melakukannya?" tanya Rani tak sabaran untuk mendengar jawaban dari Naya. Namun, tak ada respon
"Benarkah Alya? Kamu berbohong padaku?" tanya Jaya. Alya menarik Naya untuk mendekat padanya, "Ya, aku ngaku kalau aku berbohong." ujar Alya. "What? Lalu, kemana anak kita?" tanya Jaya yang langsung membuat Mutia terkejut karena Jaya menanyakan anak mereka. Ternyata benar kalau dahulu Jaya dan Alya pernah akan mempunyai Anak. Alya menatap pada Mutia yang balik menatapnya dengan tatapan penuh benci. "Istrimu yang membuat aku keguguran, anak kita mati karena ulah istrimu." ucap Alya yang semakin mengundang kemarahan Mutia. "Hey, jangan bawa-bawa aku pada masalah ini, kau keguguran karena seorang wanita yang suaminya kau rebut kan? Jangan bawa aku pada masalah ini, lagi pun anak itu akan malu kalau hidup dari rahim wanita jalang sepertimu." Mutia sampai berteriak karena sangat kesal pada Alya. "Dari mana kamu tau?" tanya Jay
Ilyas bangun pagi sekali dia menatap pada ponselnya yang banyak sekali pesan dari Naya.Ilyas masih marah dia masih merasa kalau Naya tak menghargainya.Alya mengambil ponsel Ilyas dan melihat pesan dari Naya.Alya membaca satu persatu pesan itu dengan teliti, dari pesan itu Alya bisa tau kalau Naya dan Ilyas sedang tidak baik-baik saja."Mas kenapa tidak di bales?" tanya Alya sengaja bertanya hal demikian."Tidak perlulah," Ilyas sepertinya enggan membahas masalah itu.Alya hanya tersenyum saja, "Bagus Mas, semakin kamu bersalah maka kamu akan semakin cepat berpisah dengan Naya." Alya membatin.Alya tetap saja menginginkan mereka berpisah padahal sudah jelas-jelas kalau Naya sudah sangat membantu dirinya.Dengan melahirkan seorang keturunan untuk keluarga Alya.Walaupun belum Alya belum tau betul jenis kelamin bayi yang tengah Naya kandung, tetapi Alya yakin kalau bayi itu laki-laki.**Mutia datang
"Ayah siapa?" tanya Naya yang mulai penasaran pada ucapan Zoya itu."Ayah. Mah, om yang membelikan aku mainan." ujar Zoya kekeuh."Kamu tau siapa namanya?" tanya Naya.Zoya menggelengkan kepalanya, dia fokus lagi pada layar ponselnya yang tengah menampilkan video pendek."Tadi kamu bilang Bu Alya tidur sama laki-laki itu? Di mana?" tanya Naya."Di kamar bagus sekali, aku tidur di kursi dan Bu Alya tidur di kasur." Naya tak percaya pada celotehan Zoya, tapi mau membantah pun Naya tau kalau Zoya tak mungkin berbohong.Naya hanya bisa diam sambil berpikir, laki-laki siapa yang tidur bersama dengan Alya? Dan ada hubungan apa mereka?Kemudian... Naya ingat pada Mutia yang katanya suaminya pernah selingkuh dengan Alya.Naya merasa kalau semua ini ada hubungannya dengan suaminya Mutia, Naya mengambil ponselnya dari Zoya."Mamah pinjam sebentar ya sayang." pinta Naya.Naya mengetik pesan dan
Naya dan Ilyas menatap pada layar monitor yang menampilkan rekaman cctv tadi malam, bagai di sambar petir di tempat itu juga.Naya syok dengan apa yang baru saja dia lihat itu, " Ini gak mungkin!" bantah Naya.Naya memegang tangan Ilyas dengan sangat erat."Mana laki-laki yang mau membunuh kamu itu, Nay?" tanya Ilyas menatap tajam pada Naya yang sekarang masih tak percaya pada rekaman yang baru saja dia lihat itu.Di sana jelas terlihat kalau Naya berlari dari apartemennya dan menuju ke apartemen Raka, tak ada laki-laki yang katanya akan membunuh Naya itu.Padahal Naya masih sangat ingat kejadian malam tadi, laki-laki itu memang nyata dan ketakutan Naya itu bukanlah halusinasi atau pun mimpi semata."Tolong Mas, percaya padaku." pinta Naya memohon."Aku harus percaya? Mana laki-laki yang katanya mau membunuh kamu? Nay, lihat lah itu! Di sana jelas saja terlihat kalau kamulah yang berlari dan masuk ke apartemen Raka." Ilyas terlihat sangat marah pada Naya.Naya memegangi kepalanya kare