Deven benar-benar tidak ingin peduli pada Kyra. Dia tidak mau berurusan dengannya lagi. Wanita yang tak berperasaan itu tidak pernah menghargai niat baiknya. Tidak ada lagi kepercayaan di antara mereka. Yang tersisa hanya ucapan yang ketus dan saling mencurigai.Setiap kata dan tindakan yang dilakukan Kyra selalu menguji kesabaran Deven, seolah-olah Kyra memang sengaja memprovokasinya.Deven tidak percaya bahwa Kyra melakukannya tanpa sengaja. Dulu, Kyra paling takut membuatnya marah, jadi dia selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan hati Deven. Kyra dulunya sangat mempertimbangkan perasaannya, menjaga harga dirinya, dan menghormati egonya sebagai seorang pria.Namun, Kyra yang sekarang tampaknya sudah melepaskan semua itu. Seolah-olah melihat Deven marah atau kesal justru memberinya kepuasan.Padahal Deven sudah menjelaskan bahwa insiden Nelson jatuh dari kursi roda tidak ada hubungannya dengannya. Semua itu adalah murni kecelakaan yang disebabkan oleh Nelson sendiri. Namun, Kyra te
Apakah Kyra ada di dalamnya atau tidak, Deven akan langsung tahu setelah mengikutinya. Deven sengaja menjaga jarak antara dua mobil karena takut akan ketahuan. Di jalan yang ramai dengan kendaraan lain yang berseliweran, mobil Deven tetap tidak terlihat mencurigakan. Oleh karena itu, Justin sama sekali tidak menyadari bahwa dia sedang diikuti.Justin memutuskan untuk menyuruh sopirnya pulang dan mengemudi sendiri untuk mengantar Kyra pulang. Kyra duduk di kursi penumpang depan dengan ponselnya yang tersimpan di saku jaket bulunya. Ponselnya dalam mode senyap, sehingga dia tidak menyadari bahwa Deven telah mencoba meneleponnya berkali-kaliHal ini akhirnya menimbulkan kesalahpahaman yang begitu besar, hingga sulit untuk dijelaskan nantinya. Awalnya Kyra tidak ingin duduk di kursi depan. Namun, dia merasa kurang sopan jika duduk di kursi belakang dan membuat Justin terkesan seperti seorang sopir.Oleh karena itu, dia memilih untuk duduk di kursi depan. Selama perjalanan, Kyra hanya menat
"Kyra, apa kamu tahu statusku?" Justin tidak terlalu pintar menghibur orang. Namun demi menghibur Kyra, dia rela membuka luka lamanya sendiri kepada Kyra.Kyra menggelengkan kepalanya.Justin mengendarai mobil dengan tatapan kosong, seakan-akan teringat pada kenangan masa lalu. "Sejak lahir, aku nggak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Dulu, aku paling suka tanya pada ibuku, ke mana ayahku pergi.""Ibuku selalu jawab ayahku sangat sibuk, tapi dia sangat menyayangiku. Setelah itu aku baru tahu ternyata aku hanya anak di luar nikah. Seorang anak yang nggak diterima oleh keluarga ayahku. Karena latar belakangku, aku sering dipandang rendah dan diejek.""Kalau dulu aku menyerah dan nggak berjuang untuk meraih impianku menjadi polisi, mungkin hidupku nggak akan seperti sekarang."Justin melirik Kyra yang tampak sangat pucat. "Kyra, hidup ini sangat berharga. Jangan pernah berpikir untuk mengambil jalan pintas.""Semua kesulitan itu hanya sementara. Kalau pernikahanmu nggak bahagia,
Ketika berada di Kota Nanrio, Kyra pergi tanpa berpamitan, bahkan tinggal seatap bersama Justin selama beberapa hari. Demi menghindari Deven, keduanya sampai bersembunyi di sebuah desa.Deven tidak berani menanyakan semua ini ataupun membayangkannya. Dia juga seorang pria. Dia tahu apa yang dipikirkan Justin. Justin pasti memiliki maksud lain terhadap Kyra. Lagi pula, tidak ada pria yang membantu wanita tanpa alasan apa pun.Deven tidak akan melakukan hal seperti itu, begitu juga Justin. Deven awalnya ingin merokok untuk menenangkan suasana hatinya. Namun, makin dipikirkan, hatinya malah terasa makin getir. Dia merasa dirinya adalah seorang pecundang.Kyra jelas-jelas sudah menginjak harga dirinya. Wanita ini bahkan menggugurkan kandungan tanpa sepengetahuannya. Selain itu, Kyra berhubungan dengan Justin tanpa memedulikan perasaan Deven.Melarikan diri, tinggal seatap dengan pria lain, menggugurkan kandungan, mendesaknya bersumpah, memaksanya menerima musuhnya, dan memintanya menjadi p
Tentu saja karena ada masalah. Penyakit Kyra kambuh dan obat pereda nyerinya ketinggalan di mobil. Makanya, dia menelepon Deven.Kyra kesakitan setengah mati dan berharap Deven bisa mengantar obatnya. Namun, Deven tidak menerima panggilannya setelah ditelepon berkali-kali.Kyra mengirim pesan kepada Deven, tetapi Deven malah menyuruhnya cepat mati. Pada akhirnya, Kyra menyahut dengan tidak acuh, "Aku salah pencet tadi.""Bukannya kamu juga mengirimku pesan?" tanya Deven yg teringat pada pesan Kyra.Kyra tidak ingin menjawab. Dia tidak ingin bertele-tele dengan Deven. Sekarang, dia tidak ingin melakukan hal-hal yang tidak bermakna lagi karena hanya akan membuat diri sendiri lelah.Kyra hendak menuju ke ruang tamu, tetapi Deven sontak menghalanginya dengan tubuh tegapnya. Dari ekspresi pria itu, dia sepertinya tidak akan menyerah sebelum mendapat jawaban.Kyra menarik napas dalam-dalam sebelum melontarkan kebohongan, "Maaf, aku salah kirim."Deven tentu tidak percaya. Bagaimanapun, Kyra
Sebenarnya sebesar apa kebencian Deven sampai bisa melihat istri sendiri memuntahkan darah di tengah-tengah salju dan tidak memberi bantuan apa pun? Kyra baru menyadari seberapa kejamnya pria ini.Justin telah memberi tahu Deven bahwa Kyra mengidap kanker hati stadium akhir, tetapi Deven masih memperlakukannya seperti ini. Setelah memikirkan semua ini, fisik dan batin Kyra benar-benar lelah.Perkembangan anak di kandungan Kyra tidak normal. Anak itu seperti sel kanker yang terus menyerap nutrisi tubuhnya. Kyra tidak mungkin bisa bertahan sampai perayaan musim semi. Namun, hanya tersisa 3 hari sebelum perayaan musim semi.Bagi Kyra, waktu adalah suatu hal yang sangat berharga. Dia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya dengan Deven ataupun saling menyiksa.Kyra tersenyum lelah, lalu berbalik dan hendak pergi ke ruang ganti. Namun, Deven tidak berniat melepaskannya. Dia meraih lengan Kyra dan menahannya di dinding.Dinding terasa sangat dingin. Rasa dingin itu sungguh menusuk. Kyra paling t
"Aku akan menyuruh Alex mengambilnya," sahut Deven. Kemudian, dia langsung mengirim pesan kepada Alex.Alex langsung melaksanakan tugasnya. Hanya dalam 10 menit, dia tiba di apartemen Deven untuk menyerahkan obat tersebut.Deven duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. Kemudian, dia memeriksa satu per satu obat itu. Semua adalah obat penguat janin sehingga tidak ada masalah apa pun.Deven mengernyit dan bersandar di sofa dengan lelah. Sebelum naik ke lantai atas, Deven terus memperingatkan diri sendiri untuk tidak berdebat dengan Kyra.Tidak mudah bagi mereka untuk mencapai titik ini. Kyra juga sedang mengandung anaknya. Begitu anak itu lahir, Kyra pasti akan fokus membesarkan anaknya.Deven merasa dirinya sangat menyedihkan. Dia adalah Presdir Grup Scott, tetapi membutuhkan seorang anak untuk menjerat hati istri sendiri. Tanpa kehadiran anak, pernikahannya ini hanya akan hancur.Setelah Kyra keluar dari ruang ganti, Deven harus berbicara dengan lembut padanya. Beberapa saat kemudian
Kyra menarik napas dalam-dalam, merasa obat di tangannya seperti batu besar. Deven bertanya dengan heran, "Untuk apa kamu memeriksa itu? Kamu nggak sakit kanker, 'kan?"Kyra mengalihkan pandangan, lalu mendongak menatap Deven dan bertanya balik, "Menurutmu?"Tatapan Deven tampak bingung dan lugu. Jika Kyra tidak tahu Justin memberi tahu Deven tentang penyakit kankernya, mungkin Kyra sudah tertipu sekarang.Deven mengira Kyra menolak kehadiran anak mereka. Dia membujuk dengan sabar, "Kyra, ini obat penguat janin. Setelah dimakan, anak kita bakal lahir dengan selamat."Deven yakin, kehidupan mereka akan kembali seperti dulu setelah anak ini lahir. Akan tetapi, Kyra malah terkekeh-kekeh dan bertanya, "Kamu rasa anak ini bisa lahir? Kamu rasa dia sangat sehat di rahimku?"Dokter penanggung jawab memberi tahu Kyra bahwa perkembangan janinnya sangat tidak baik. Normalnya, manusia memiliki 5 jari, tetapi anaknya mungkin akan berbeda.Kyra menatap Deven sambil bertanya dengan penasaran, "Deven
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K