Deven mengakhiri panggilan. Dia merasa ada yang tidak beres, tetapi tidak tahu apa itu.Logikanya, Okto adalah bawahannya. Okto telah mengikutinya selama bertahun-tahun, jadi tidak mungkin berani berbohong.Lantas apakah Kyra yang berbohong? Sejak awal, Kyra sudah tidak mencintai Deven, bahkan terus menggoda Justin. Apakah ucapan Justin bisa dipercaya?Deven menyeberang jalan dengan ekspresi dingin. Setelah tiba di samping Bentley hitam, dia membuka pintu. Kyra telah menyalakan mesin penghangat. Namun, begitu pintu samping terbuka, angin dingin sontak bertiup masuk.Rambut Kyra pun menjadi berantakan dan menempel di wajahnya. Karena terlalu dingin, napasnya pun memburu. Dia baru saja mencemaskan Justin, tetapi Deven sudah kembali. Deven melirik wajah pucat itu, lalu segera masuk dan menutup pintu.Seketika, tercium aroma yang sangat familier, yaitu parfum favorit Deven. Kyra yang membantunya memilih parfum ini dulu. Tanpa disangka, Deven masih memakainya sampai sekarang, padahal hubung
Kyra hendak meletakkan sepatunya di atas rak. Begitu mendengarnya, tangannya sontak terkepal erat. Kyra menundukkan kepalanya sehingga Deven tidak bisa melihat ekspresinya.Kenapa Deven tiba-tiba bertanya demikian? Orang lain mungkin tidak tahu, tetapi masa Deven tidak bisa melihatnya sendiri?Kyra seketika merasa sangat letih. Dia tidak ingin bermain dengan Deven karena permainan ini sungguh melelahkan baginya.Sepatu diletakkan di atas rak. Kyra membungkuk untuk mengambil sandal. Dia tidak menghiraukan pertanyaan Deven dan menuju ke tangga. Tangga ini terbuat dari bahan yang mahal. Ketika menginjaknya, Kyra tetap bisa merasakan sentuhan dingin meskipun memakai sandal. Seketika, sekujur tubuhnya terasa dingin. Ketika Kyra hendak pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaian, Deven tiba-tiba menariknya dengan kuat. Kyra tak kuasa mengernyit dan menatapnya. Deven memakai mantel berwarna khaki dengan kemeja katun di dalamnya. Ditambah dengan dasinya, dia terlihat sangat tampan dan berwib
"Aku bahkan nggak berhak punya teman?" tanya Kyra sambil mengepalkan tangannya dengan erat dan menatap Deven.Deven terkekeh-kekeh dan membalas, "Dia berniat jahat padamu. Sebaiknya kamu menjauh darinya.""Sekarang kamu sudah bisa membaca pikiran orang?" sindir Kyra."Aku dan dia sama-sama pria. Mana mungkin aku nggak tahu isi pikirannya!" Deven memelotot dan mulai naik pitam.Bagaimana bisa Kyra sebodoh ini? Mana ada pria yang memberi wanita perhatian tanpa maksud apa pun?Justin jelas-jelas mendekatinya karena melihat hubungan mereka tidak harmonis. Dia ingin menabur perselisihan di antara mereka berdua, lalu merebut Kyra dari Deven.Kyra malah mengabaikan peringatan Deven. Wanita itu masih mengejek, "Kamu cuma pria rendahan. Kamu bisa jadi kaya berkat aset keluargaku. Kamu yakin kamu sama dengan Justin?"Ucapan Kyra ini sungguh menyayat hati. Deven tertawa saking kesalnya. Ketika Deven masih ingin berdebat dengannya, Kyra sudah membanting pintu ruang ganti. Seketika, Deven tidak bis
Kyra termangu sesaat. Deven selalu bangun pagi-pagi dan memasak sarapan untuknya saat baru menikah. Namun, semua berubah sejak Nelson mengalami kecelakaan.Baru-baru ini, Deven juga sempat memasak sarapan untuknya beberapa kali, tetapi tujuannya adalah memaksa Kyra untuk hamil.Sarapan yang dibuat Deven terlihat sangat menggugah selera. Kyra yakin rasanya sangat lezat, tetapi mulutnya malah terasa hambar.Selama kehamilan ini, Kyra kesulitan untuk makan karena terus merasa mual. Setelah makan 2 sendok, dia berlari ke kamar mandi untuk muntah.Ketika Kyra kembali ke ruang makan dan duduk, Deven menyuruhnya untuk makan lagi dan berujar, "Hamil memang begini. Tapi, kamu pasti akan gembira setelah anakmu lahir."Kyra merasa lucu mendengarnya. Deven terus mengatakan anak ini akan lahir, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Kyra tidak akan bisa bertahan sampai hari itu.Kyra malas berdebat dengan Deven. Kini, dia tidak punya tenaga untuk berdebat lagi. Dia menunduk dan lanjut memakan bubu
Setelah bersusah payah menipu Kyra dan memanfaatkannya untuk mencapai posisi sekarang, Deven seharusnya takut mati."Kyra, kamu begitu ingin aku mati?" tanya Deven sambil memicingkan mata. Tatapannya tampak dingin dan tajam. Menurutnya, Kyra benar-benar tidak tahu balas budi.Kyra tidak merasa dirinya salah berbicara. Dia tersenyum dan bertanya, "Sepertinya kamu memang ingin ingkar janji ya? Kamu ketahuan, makanya marah-marah begini?""Aku nggak marah kok!" Deven yang murka pun membanting mangkuknya dan memelototi Kyra.Kyra terkekeh-kekeh dan mengejek, "Lihat penampilanmu, kamu masih bilang nggak marah?"Deven tidak memedulikannya lagi. Dia pergi ke balkon untuk merokok. Sesaat kemudian, dia baru kembali ke ruang tamu.Di sana, terlihat Kyra meringkuk di sofa dan menyelimuti tubuhnya. Rambut hitamnya tidak terlihat mengilap seperti dulu lagi, melainkan seperti daun yang kering. Wajahnya terlihat pucat seperti orang yang sakit.Deven mencemaskan kesehatan Kyra. Sepertinya, wanita ini m
"Kamu benar-benar tahu keinginanku?" tanya Deven sambil memicingkan mata mengamati Kyra yang masih duduk di sofa.Keinginan Deven adalah Kyra melahirkan anak untuknya, lalu dia akan berusaha melupakan dendam dan kebencian supaya mereka bisa seperti dulu lagi. Sejak awal, hanya ini keinginannya.Ketika melihat bintang jatuh di universitas saat itu, Deven juga membuat permintaan seperti ini. Dia bahkan memohon kepada orang tuanya untuk melindungi Kyra dan anak mereka saat membersihkan makam. Deven tentu merasa lega jika Kyra mengetahui keinginannya.Kyra bertemu pandang dengan Deven. Kesedihan makin menyelimuti hatinya. Bukannya Deven berharap dirinya cepat mati agar bisa menikah dengan Irish? Kenapa Deven terus mengingatkannya akan hal ini? Apa Deven khawatir Kyra lupa betapa besar kebenciannya?Mungkin karena sudah terbiasa dengan sikap cuek Deven, Kyra tidak berniat untuk meladeninya. Jika itu dulu, dia pasti sudah memulai pertengkaran dengan Deven."Aku tahu," gumam Kyra. Menurutnya,
"Aku nggak tenang kalau kamu sendirian ...," ucap Deven.Kyra mengernyit dan menyela dengan tidak sabar, "Deven, aku nggak ingin melihatmu sekarang. Aku merasa stres kalau melihatmu. Kamu pasti tahu ini, 'kan? Pergilah. Anggap aku memohon padamu. Kepalaku sudah sakit."Deven tentu tahu Kyra ingin sekali menghindar darinya dan tidak ingin bersamanya. Namun, apa yang bisa dilakukan Deven selain berpura-pura bodoh?Kyra sepertinya tidak membutuhkan perhatian darinya. Amarah Deven berkecamuk memikirkan ini. Mereka hanya akan bertengkar kalau terus bersama di sini."Kalau ada masalah, telepon saja aku. Bibi Maya akan datang untuk masak dan merawatmu nanti," pesan Deven. Kemudian, dia berbalik dan pergi.Kyra hanya menatap punggungnya. Seketika, dia terisak-isak sambil memekik, "Deven, kalau kamu berani ingkar janji, aku nggak akan melepaskanmu sekalipun menjadi hantu! Aku akan menghantuimu dan Irish!"Kyra tentu tahu dirinya tidak seharusnya marah-marah. Namun, dia kesulitan untuk mengendal
Tangan Kyra yang diletakkan di atas pangkuan perlahan-lahan mencengkeram ujung mantel hingga berkerut."Bu Kyra, kamu benar-benar pasien yang membuat dokter pusing! Aku sudah menegaskan beberapa kali kalau penyakitmu sangat parah. Pasien kanker nggak boleh hamil karena hanya akan membuat sel kanker menyebar makin cepat. Kenapa kamu bandel sekali?""Sebelumnya kamu juga hamil dan ragu-ragu untuk menggugurkan kandunganmu. Alhasil, kamu keguguran dan kondisimu makin lemah, 'kan? Kenapa malah hamil lagi?""Kenapa kamu nggak menanyakan pendapat dokter dulu waktu mempersiapkan kehamilan? Aku sampai nggak tahu harus gimana menasihatimu lagi. Apa kamu merasa usiamu terlalu panjang?"Selesai mengomel, dokter itu mengambil cangkirnya dan meminum air. Kyra tidak menyalahkannya sedikit pun. Dia merasa ucapan dokter ini masuk akal.Sesaat kemudian, Kyra berkata dengan lirih, "Dokter, kamu nggak perlu membujukku menggugurkan kandunganku. Biarkan semuanya mengalir seperti air."Dokter itu sampai tert
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K