Begitu memikirkan ini, Kyra merasa sangat emosional sehingga memuntahkan darah lagi. Darah yang merah mengenai mantel putihnya. Seketika, bau amis darah memenuhi mobil."Kyra!" Deven makin panik. Kyra lagi-lagi memuntahkan darah. Deven mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tertinggi. Dia merasa Kyra akan meninggalkannya untuk selamanya! Dia tidak ingin hal itu terjadi!Deven terus memikirkan cara untuk memaksa Kyra bertahan. Pada akhirnya, yang ada di pikirannya hanya ancaman. Benar, Deven tidak punya cara selain mengancam Kyra."Bertahanlah! Pikirkan ayah dan ibumu! Kalau kamu mati, aku nggak akan melanjutkan pengobatan Nelson! Mereka cuma punya kamu! Siapa yang akan mengurus mereka kalau kamu mati?" bentak Deven dengan gusar.Kyra tersenyum getir. Jika Deven mengalah sejak tadi, mana mungkin dia berlutut di jalan bersalju begitu lama? Dia juga tidak akan lupa membawa obat pereda nyeri ataupun menjadi seperti ini.Ini sudah takdir. Kyra dan Deven memang ditakdirkan menjadi musuh bebu
Kyra sontak membelalakkan matanya. Napasnya tampak memburu, tetapi dia tidak bisa bersuara. Karena Deven membungkuk, Kyra mencoba meraih kerah baju Deven dengan lemas.Deven lagi-lagi mengancamnya, "Mati saja kalau kamu mau. Asalkan kamu bisa menanggung konsekuensi itu, aku nggak keberatan. Nelson memang seharusnya mati sejak awal. Bukannya indah kalau kalian sekeluarga bisa berkumpul di alam baka?""Aku akan memesan peti mati untuk kalian bertiga. Kalian bisa bergandengan tangan dan sama-sama meninggalkan dunia ini." Deven terkekeh-kekeh sinis.Orang tua Kyra adalah orang tua Deven juga. Bagaimana bisa Deven mengucapkan kata-kata yang begitu tidak beradab?Kyra tidak punya tenaga untuk memaki lagi. Meskipun begitu, tangannya yang mencengkeram kerah baju Deven tampak kuat.Air mata bercucuran di wajah Kyra. Deven jelas-jelas berharap mereka sekeluarga mati, tetapi Kyra malah berharap pria ini menjaga keluarganya.Kyra memang akan mati karena mengidap penyakit. Nelson memang pantas mati
Hubungan Deven dengan Kyra memang didasari dendam. Deven mendekati Kyra hanya untuk membalas dendam. Deven tidak seharusnya berpikir untuk menjalani kehidupan bahagia dengan wanita ini.Deven memandang langit yang makin gelap. Sampai sekarang, pintu ruang operasi masih ditutup. Deven merasa makin gelisah. Alex yang mendapat kabar segera datang.Alex membawakan makanan untuk Deven karena tahu Deven belum makan seharian. Sesudah mengetahui anaknya sudah tiada, Deven sangat syok dan marah. Deven punya sakit maag. Perutnya awalnya memang sakit, tetapi sekarang menjadi mati rasa.Deven melirik sekilas kotak makan yang dibawa Alex. Dia sama sekali tidak berselera. Fokus utama Deven terletak pada Kyra sekarang. Dia ingin tahu apakah kondisi Kyra sudah membaik atau belum."Pak, sebaiknya makan sedikit. Jangan sampai sakit maagmu makin parah," nasihat Alex dengan khawatir.Deven tidak menanggapinya. Tatapannya hanya tertuju pada pintu ruang operasi. Alex meneruskan, "Bu Kyra orang yang baik. Di
Faktanya, Okto diam-diam menyuntikkan obat yang bisa merenggut nyawa Kyra. Dengan begitu, Irish bisa segera menggantikan posisi Kyra. Rahasia ini akan disimpan oleh Okto untuk selamanya."Pak, Bu Kyra hamil lagi. Aku baru menemukannya tadi. Usia kandungannya baru 2 minggu. Turut berduka," ujar Okto lagi.Irish sudah tidak sabar untuk menyingkirkan Kyra sehingga menyuruh Okto mengambil tindakan. Dia ingin membunuh Kyra seperti saat membunuh Alba. Tidak ada seorang pun yang tahu perbuatannya itu.Ekspresi Deven berubah drastis. Kyra hamil lagi? Anak mereka baru tiada, tetapi sudah bereinkarnasi secepat itu? Itu artinya, Kyra tidak boleh mati!Deven bergegas menghampiri meja operasi. Terlihat Kyra berbaring dengan wajah pucat pasi. Deven menjulurkan tangannya yang gemetar dan menyentuh punggung tangan Kyra. Tangan Kyra mulai dingin!"Kyra! Kyra! Buka matamu! Kamu dengar aku? Kamu nggak boleh mati!" pekik Deven sambil meraih bahu Kyra.Ini pertama kalinya Okto melihat Deven kehilangan kend
Apa yang harus Deven lakukan untuk mempertahankan nyawa Kyra? Deven sudah mencoba mengancam atau memprovokasinya, tetapi semua itu tidak berguna. Kyra masih belum membuka matanya sampai sekarang!Mata Deven yang merah akhirnya tidak bisa menahan air mata lagi. Wanita ini benar-benar kejam! Kyra mengandung anak mereka, tetapi memilih untuk pergi! Sungguh egois!Kyra bahkan mencampakkan Keluarga Scott dan orang tuanya. Dia tidak peduli lagi dengan nyawa Nelson! Sia-sia orang tuanya melahirkannya!Deven seketika teringat pada berbagai pertanyaan Kyra. Waktu itu, Kyra menatapnya dengan sedih sembari bertanya, "Deven, kalau suatu hari kamu mendapati aku benar-benar hilang dari dunia ini, kamu bakal sedih nggak? Kamu bakal nangis nggak?""Nggak. Aku akan menyalakan kembang api di pemakamanmu. Aku akan mendoakanmu bahagia di alam baka," jawab Deven.Mana mungkin Deven tidak merasa sedih? Mana mungkin Deven tidak menangis? Kesedihan telah menyelimuti hati Deven. Dia mengguncang bahu Kyra sekua
Deven yang gusar makin marah setelah mendengar Alex bersuara. Dia membentak, "Diam!"Alex tetap memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya, "Pak Deven, aku tahu kepergian Bu Kyra membuatmu sedih. Tapi, dia sudah meninggal.""Sebaiknya kamu biarkan Bu Kyra pergi dengan tenang dan urus pemakamannya. Semasa hidupnya, Bu Kyra sangat memperhatikan penampilannya. Dia pasti nggak mau pergi dengan kondisi yang menyedihkan," lanjut Alex.Alex berutang budi kepada Kyra karena istri Alex diperkenalkan oleh Kyra. Dia juga tidak ingin Kyra mati. Kyra sangat baik, tetapi dia malah berakhir tragis. Orang baik belum tentu mendapatkan pahala.Alex merasa tertekan. Sementara itu, Deven berdiri dan meletakkan tubuh Kyra. Dia menghampiri Alex, lalu mencengkeram kerah bajunya sembari menghardik, "Siapa bilang Kyra sudah mati! Dia nggak mungkin mati!""Pak Deven ...," sahut Alex. Dia tidak menyangka Deven begitu keras kepala. Mungkin Deven terlalu mencintai Kyra, makanya dia tidak bisa menerima kenya
Nelson yang lumpuh total masih belum sadar. Dia juga tidak menggunakan alat medis apa pun.Mia sedang menelepon Kyra, tetapi Kyra tidak menjawab panggilan telepon. Dia ingin bertanya kepada Kyra apakah sudah menghubungi Deven. Kapan Nelson bisa lanjut menjalani pengobatan lagi?Jika terus begini, nyawa Nelson terancam. Namun, Kyra tidak menjawab panggilan telepon. Mia benar-benar panik.Mia berbicara seraya menyeka air matanya, "Kyra, kenapa kamu tiba-tiba merajuk lagi? Kenapa kamu nggak menjawab panggilan telepon? Apa kamu sudah menghubungi Deven berengsek itu?"Siapa sangka, Deven sudah diam-diam berdiri di belakang Mia. Dia bertanya dengan ekspresi datar, "Kamu cari aku?"Tubuh Mia gemetaran begitu mendengar suara Deven. Mia berbalik, dia melihat Deven yang memakai setelan jas hitam dan kacamata. Kedua tangan Deven dimasukkan ke dalam saku jaket dan dia sedang memandangi Mia.Mia bertanya sembari memelototi Deven, "Deven, sudah cukup kamu mempermainkan kami? Apa kamu sudah bisa mela
Ekspresi Deven makin muram. Dia mencengkeram pergelangan tangan Mia, lalu mencibir dan mengancam, "Bu Mia, kalau kamu pintar, cepat cari cara untuk buat Kyra bangun. Kalau nggak, kamu, suamimu, dan seluruh Keluarga Scott akan merasakan akibatnya!""Deven!" teriak Mia. Deven adalah menantunya, tetapi dia sama sekali tidak menghormati Mia.Deven benar-benar tidak tahu berterima kasih. Mia sangat murka. Deven tiba-tiba melepaskan tangan Mia sehingga Mia hampir terjatuh. Untung saja, Alex segera memapahnya.Mia tahu Alex adalah bawahan Deven, jadi dia tidak bersikap ramah kepada Alex. Mia menepis tangan Alex. Dia tidak ingin Alex menyentuhnya."Kalau Kyra bangun, aku baru lanjutkan pengobatan suamimu. Kalau nggak, Keluarga Scott akan mengurus pemakaman 2 orang sekaligus," tegas Deven. Dia melirik Mia dengan dingin, lalu keluar dari ruang operasi.Alex melihat Mia dan Kyra dengan ekspresi cemas. Dia juga tidak punya cara lain lagi. Sekarang hanya Mia yang bisa membantu.Walaupun cara ini sa
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K