Deven merasa gusar. Pantas saja, Kyra tidak menyayangi anak itu. Ternyata Kyra masih punya hubungan dengan Justin.Deven menutup jendela mobil. Raut wajahnya menjadi makin menakutkan. Setelah kembali ke apartemen, Alex memapahnya naik.Sesudah Alex pulang, Deven mengganti kode sandi pintunya dan menghapus sidik jari Kyra. Wanita seperti Kyra tidak pantas pulang ke rumahnya.Setelah semuanya beres, Deven yang bau alkohol pun naik ke lantai atas dengan terhuyung-huyung. Begitu melihat Deven, kerak jambul sontak melompat dengan kegirangan di dalam sangkar. Dia berteriak, "Dulu Kyra menyukai Deven! Sekarang Kyra nggak menyukai Deven lagi! Kyra nggak akan melahirkan anak untuk Deven!"Nada bicara dan suara kerak jambul benar-benar mirip dengan Kyra. Seketika, amarah berkecamuk dalam hati Deven.Deven mengambil gelas dan melemparkannya ke lantai sambil membentak, "Diam!""Deven nggak tahu diri! Deven berengsek! Deven nggak tahu malu!" Kerak jambul mengepakkan sayapnya dan berteriak kencang,
"Masih ada 10 hari sebelum tahun baru. Setelah tahun baru, musim semi akan tiba," ujar Justin sambil mengernyit. Dia kurang pintar menghibur orang, jadi tidak tahu harus mengatakan apa.Kyra tersenyum getir. Waktu berlalu dengan sangat cepat. Sepuluh hari lagi, dia akan meninggalkan dunia ini.Setelah malam tahun baru, musim semi akan tiba. Apakah Kyra bisa menyambut musim semi jika menemukan liver yang cocok dan melakukan transplantasi?Itu belum tentu. Kyra telah kehilangan anak di kandungannya. Deven pasti akan mencari cara untuk menyiksanya mati-matian. Jadi, hidup hanya akan membuatnya makin lelah.Kyra mendapati bahwa dirinya tidak begitu takut pada kematian lagi. Bahkan, dia mulai menantikan ajalnya. Dia tidak ingin mendengar makian Deven lagi ataupun melihat wajah dingin Deven.Setelah memikirkan ini, Kyra tersenyum sedih dan menatap Justin. Dia berkata, "Terima kasih, tapi sepertinya aku nggak butuh.""Bu Kyra, kamu bisa melakukan banyak hal jika hidup. Nyawa adalah yang terpe
Mia yang panik berteriak di ujung telepon, "Waktu itu dia menghentikan pengobatan ayahmu karena kamu hilang. Sekarang kamu sudah pulang dan kalian punya anak. Dia nggak seharusnya bersikap semena-mena lagi! Aku marah sekali! Dia memang binatang yang nggak tahu terima kasih!""Memangnya ada masalah nggak bisa didiskusikan baik-baik? Kenapa harus melibatkan ayahmu? Apa hubungan ayahmu dengan pertengkaran kalian? Keterlaluan sekali! Dasar berengsek!"Selesai berbicara, Mia mulai menyalahkan Kyra, "Kyra, bukannya aku ingin memarahimu, tapi kamu juga sama. Kamu sudah tahu suamimu seperti itu, tapi terus membuatnya marah. Sudah kubilang, bersabar sedikit. Setelah ayahmu siuman, kita baru susun rencana ulang. Untuk apa kamu bertengkar terus dengannya?""Kalau kalian bertengkar, yang sial adalah Keluarga Scott dan ayahmu! Sejak kalian pacaran, aku sudah memberitahumu kalau dia punya niat lain. Dia pacaran denganmu karena kamu satu-satunya putri kami. Kamu malah nggak mau dengar dan bilang aku
Sebenarnya Kyra masih harus memulihkan diri. Dokter Kota Nanrio memberitahunya bahwa kondisinya sangat lemah karena mengalami keguguran. Dia seharusnya makan makanan bergizi dan menjaga suasana hatinya.Namun, sepertinya semua itu tidak terlalu penting jika dibandingkan dengan keselamatan ayahnya. Lagi pula, Kyra tidak bisa kabur dari kenyataan ini dan cepat atau lambat akan mati.Kondisi Kyra terlalu lemah, belum lagi penyakitnya yang bisa kambuh kapan saja. Bahaya jika dia berkemudi sendiri. Jadi, dia naik taksi ke apartemen Deven.Dalam perjalanan, Kyra terus mendesak sopir untuk lebih cepat. Sopir menginjak pedal gas hingga kandas. Perjalanan yang sebenarnya membutuhkan 10 menit menjadi hanya memakan 2 menit.Kyra memberi bayaran 2 kali lipat, lalu turun dari mobil. Seketika, angin dingin bertiup dan membuat napasnya menjadi sesak. Dia menarik mantelnya untuk membungkus tubuhnya rapat-rapat, lalu menyeberang jalan dan masuk ke apartemen.Begitu tiba di apartemen Deven, Kyra mencoba
Begitu Kyra menolak, ekspresi staf itu langsung berubah drastis dan dipenuhi penghinaan. Staf itu pasti mengira Kyra miskin, jadi tidak sanggup membeli ponsel.Kyra tidak peduli. Dia kembali ke apartemen, lalu menghubungi Deven dengan nomor baru. Deven seharusnya tidak tahu itu nomor Kyra, makanya dia menjawab panggilan.Begitu panggilan tersambung, Kyra langsung berkata, "Deven, aku di depan apartemenmu. Aku ingin bertemu dan bicara denganmu.""Memangnya kamu pantas bicara denganku?" Deven tertawa dingin. Tawanya membuat telinga Kyra sakit. "Kyra, aku nggak ingin melihatmu. Pergi sana!"Terkadang, kata-kata memang senjata paling mematikan. Kyra menggigit bibirnya dan mengejapkan matanya yang kering. Dia memang ingin pergi, tetapi tidak punya cara. Dia tidak bisa bersembunyi dari kenyataan yang menyedihkan ini!Kyra tiba-tiba merasa ajalnya terlalu lama. Kenapa harus menyiksanya seperti ini? Dia bukan hanya tersiksa karena penyakitnya, tetapi juga tersiksa karena Deven.Kyra berusaha m
Salju terjatuh di wajah dan pakaiannya. Sekujur tubuh Kyra benar-benar sakit, seolah-olah dipukul dengan tongkat.Kyra hanya bisa mencengkeram perutnya dan menangis. Dia terlalu terburu-buru tadi, jadi lupa membawa obat pereda nyeri.Kyra sempat terpikir untuk membeli obat dulu, tetapi dia tidak berani. Dia khawatir Deven tiba-tiba turun dan ingin menemuinya nanti.Deven berdiri di depan jendela apartemen. Dia bisa melihat Kyra meringkuk di tanah dan tampak kesakitan. Dia merokok sambil mengernyit. Tebersit rasa iba pada tatapannya.Kyra adalah istrinya. Bagaimana mungkin Deven tidak merasa kasihan saat melihatnya berbaring di jalan bersalju?Namun, jika teringat pada keegoisan dan kekejaman Kyra, tatapan Deven kembali diliputi kebencian dan amarah. Kyra tidak tahu betapa Deven menantikan kelahiran anak itu. Deven sampai sudah menyiapkan nama. Dia juga mencoba melupakan dendamnya untuk hidup bersama Kyra.Kini, Deven merasa dirinya bersikap terlalu lembut kepada Kyra. Dia kurang kejam
Kyra kesakitan hingga tidak bisa bangkit. Dia hanya bisa merangkak dengan perlahan di tanah. Sambil menahan kesakitan, Kyra mencoba untuk menelepon Deven lagi. Alhasil, nomor barunya itu juga diblokir.Air mata berderai. Kyra berteriak dalam hati, 'Deven, cepat buka pintu! Deven, aku kesakitan! Antar aku ke rumah sakit!'Masih tidak ada tanda-tanda Deven keluar. Seketika, Kyra teringat pada berbagai kenangan pahit di masa lalu."Kyra, kenapa kamu belum mati? Aku akan mengatur pemakamanmu dengan sangat baik. Kamu suka warna merah muda, 'kan? Aku akan beli bingkai dan bunga merah muda nanti. Aku juga akan menyalakan petasan untuk mendoakanmu bahagia di alam sana.""Kamu kira aku yang nggak bisa menunggu? Kyra, Deven yang sudah nggak sabar. Dia menyuruhku membunuhmu. Alba juga diutus olehnya. Kamu nggak seharusnya ada di dunia ini. Paham?""Kyra, begitu melihatmu, aku ingin sekali langsung membunuhmu! Kamu tahu betapa jijiknya aku waktu bersentuhan denganmu setiap kali?"Kyra teringat lag
Kehidupan yang seharusnya indah malah dikacaukan oleh dirinya sendiri. Hubungan yang seharusnya dipenuhi cinta malah berakhir setragis ini.Kyra tidak bisa menahan air matanya. Dia membatin, 'Selamat tinggal, Deven.'Di dalam apartemen, Deven masih di kamar mandi. Air dingin mengalir dari kepala, membuatnya kesulitan membuka mata.Setelah mandi untuk waktu yang lama, amarahnya masih tidak mereda. Deven benar-benar tidak memahami apa yang terjadi.Ketika baru berpacaran, Kyra ingin sekali melahirkan anak untuknya. Lantas, kenapa Kyra berubah sedrastis ini? Wanita itu sampai diam-diam melakukan aborsi.Kyra yang dulu sangat baik dan polos, bahkan tidak mungkin berbohong padanya. Parahnya, Deven masih tidak tega menyiksanya meskipun situasi sudah seburuk ini. Jika tidak tega adalah suatu penyakit, berarti Deven sudah sekarat. Tiba-tiba, Deven merasa sangat gelisah, seolah-olah ada masalah yang terjadi.Deven segera mematikan pancuran air, lalu mengambil handuk untuk menyeka tubuhnya. Dia
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K