Deven melirik jam tangannya dan bertanya, "Orang dari Grup York sudah datang?""Sudah menunggu di ruang rapat," sahut Alex dengan hormat.Deven segera bangkit dan menuju ke ruang rapat. Alhasil, dia melihat wajah yang asing. Seorang wanita bersanggul yang mengenakan pakaian formal dan sepatu hak tinggi. Tercium pula aroma parfum dari tubuhnya. Jelas, dia membuat persiapan untuk datang kemari.Wanita itu segera menyapa Deven. Deven tersenyum dingin sambil bertanya, "Di mana Pak Justin? Biasanya dia yang menghadiri rapat, 'kan?""Pak Deven, Pak Justin lagi dinas di luar kota. Tapi, semua proposal tetap akan ditinjau olehnya. Jadi, kamu nggak perlu cemas," sahut wanita itu."Hehe, sibuk sekali dia," sindir Deven."Namanya juga baru menjabat, pasti banyak yang harus diurus untuk sementara waktu," ujar wanita itu.Dengan demikian, Deven tidak mendengarkan penjelasan wanita itu selama rapat berlangsung. Kyra kabur, sedangkan Justin dinas? Apa ini hanya kebetulan? Jangan-jangan Kyra kabur ber
Langkah kaki Deven sontak terhenti. Dia berbalik, lalu menatap Irish yang menangis tersedu-sedu dan berkata, "Kyra nggak sengaja melukaimu.""Dia yang menyuruhku ke tempat itu! Dia yang melukai wajahku! Dia melakukan semua itu karena kamu mencintainya! Apalagi di sana nggak ada CCTV, jadi nggak bakal ada bukti apa pun!" balas Irish sambil terisak-isak."Aku akan mewakilinya meminta maaf padamu. Dia dimanjakan sejak kecil, jadi agak keras kepala," ucap Deven sambil menggigit bibir."Kenapa kamu begitu melindunginya? Atas dasar apa kamu mewakilinya meminta maaf? Aku yang memperlakukanmu dengan baik, aku yang mendanaimu! Kamu selalu bilang akan bersikap baik dan membalas jasaku, tapi kamu ingkar janji!""Aku cuma mau permintaan maaf darinya! Dia cuma perlu berdiri di depanku dan mengatakan maaf. Apa sesulit itu?" pekik Irish dengan wajah berlinang air mata.Saat ini, pintu bangsal dibuka seseorang. Ketika melihat Irish begitu emosional, Okto yang datang untuk memeriksa segera menghibur, "
"Oke, aku cuma butuh permintaan maaf." Irish mengiakan. Dia benar-benar cemburu saat melihat Deven begitu melindungi Kyra.Meskipun begitu, Irish tetap memasang ekspresi menyedihkan. Begitu Deven pergi, dia tersenyum sinis sambil membatin, 'Deven, jangan mimpi. Kyra hanya bisa minta maaf dari alam baka. Dia sudah terbawa arus, apalagi nggak ada siapa pun di sana. Mungkin jasadnya sudah hancur sekarang.''Jadi, jangan harap dia bisa kembali lagi. Sementara itu, aku akan terus main tarik ulur. Aku akan memanfaatkan rasa bersalahmu dan pelan-pelan mendapatkan hatimu. Pada akhirnya, kamu dan Keluarga Scott akan jatuh ke tanganku.'Setelah memikirkan semua ini, Irish merasa sangat puas. Di sisi lain, Deven menuju ke rumah sakit tempat Nelson dirawat.Begitu masuk ke bangsal, Deven langsung mendengar tangisan Mia. Wanita itu tampak menelepon, tetapi panggilannya tidak bisa tersambung."Masih nggak bisa dihubungi?" tanya Deven dengan gusar.Mia menyingkirkan ponselnya, lalu mendongak dan berk
Deven berjalan di jalanan yang ramai. Banyak pasangan kekasih yang berjalan melewatinya. Semuanya tampak bergandengan tangan dan berangkulan dengan mesra.Dulu, Deven dan Kyra juga seperti itu. Namun, sekarang Kyra menghilang. Tiba-tiba, salju turun lagi. Deven menjulurkan tangan untuk menangkap salju, tetapi salju langsung meleleh begitu mengenai tangannya.Kyra pernah mengatakan dia sangat menyukai salju. Menurutnya, salju sangat murni dan bersih, bahkan dapat membersihkan segala kekotoran di dunia ini.Di gedung seberang, terlihat layar lebar yang memberitakan tentang kematian Nelson. Deven yakin Kyra akan melihat berita ini. Satu-satunya kemungkinan adalah Kyra sudah tahu, tetapi tidak peduli dan hanya ingin lolos dari siksaannya.Deven merasa sangat frustrasi memikirkan ini. Atas dasar apa? Bukankah Kyra mengatakan akan mencintainya seumur hidup sekalipun Deven memperlakukannya dengan buruk? Kenapa wanita itu berubah cepat sekali?Apa Kyra benar-benar bersama Justin? Apa Kyra suda
Kyra tidak pulang!Maya bisa melihat kekecewaan pada tatapan Deven. Dia tersenyum canggung dan bertanya, "Pak Deven, Bu Kyra belum kembali ya?"Deven tidak ingin menjawab pertanyaan ini. Banyak orang yang menanyakan hal ini kepadanya belakangan ini, begitu juga sebaliknya."Bukannya aku memberimu cuti? Kenapa kamu kemari?" tanya Deven sambil mengernyit.Maya menjelaskan dengan tersenyum, "Untuk bersih-bersih, sekaligus siram tanaman Bu Kyra dan kasih burung makan."Deven keluar dari dapur. Maya merasa kasihan melihat sosok belakang Deven yang kesepian. Dia bertanya, "Pak Deven sudah makan malam? Apa perlu kumasakkan sesuatu?""Nggak perlu, kamu pulang saja kalau sudah selesai," sahut Deven dengan dingin. Ketika melihat tanaman hijau yang mulai layu itu, dia membuka jendela balkon.Angin dingin meniup sangkar kerak jambul. Burung itu sedang merapikan bulunya. Dia mendongak saat mendengar suara langkah kaki. Begitu melihat Deven, matanya sontak berbinar-binar, mengira Deven akan memberin
Alex pun terdiam dan terkesan ragu-ragu. Deven bukan orang yang bodoh. Dia tentu mengerti bahwa ada yang tidak beres.Ternyata Kyra bersama Justin. Demi anak haram Keluarga York itu, Kyra melarikan diri membawa anaknya.Deven sontak naik pitam. Lokasi yang diberikan orang itu berada di Kota Nanrio. Pantas saja, mereka tidak bisa menemukan Kyra. Ternyata wanita itu belum kembali ke Kota Arendalle.Malam itu juga, Deven langsung naik pesawat pribadi untuk mencari Kyra. Setelah mendarat, Alex mengemudikan mobil ke lokasi itu.Bentley hitam melaju ke jalan pedesaan yang sempit. Kedua sisi jalan adalah sawah. Cahaya bulan menyinari jalanan.Semua ini terasa seperti mimpi. Deven tidak bisa tidur dan makan karena Kyra. Kantong matanya menjadi sangat hitam. Dia bahkan tidak sempat mencukur kumisnya.Deven merasa sangat kantuk dan lelah, tetapi dia harus tetap fokus. Ketika teringat akan segera bertemu dengan Kyra, perasaannya menjadi campur aduk. Selain merasa senang, dia juga tidak bisa menah
Wanita itu melirik sekilas, lalu mengangguk dan menyahut, "Benar, dia orangnya. Ternyata kalian saling kenal."Deven terkekeh-kekeh. Dia masih menaruh harapan saat perjalanan kemari. Dia berharap semua itu hanya kesalahpahaman. Mungkin saja, Kyra sendirian di sini. Alhasil, ternyata Kyra bersama Justin!"Bawa jalan!" perintah Deven dengan tegas.Wanita itu segera berbalik dan naik tangga. Jalanan sangat gelap, hanya ada lampu remang-remang. Setiap langkah kaki Deven terasa sangat berat, begitu juga hatinya.Pantas saja, Kyra mematikan ponselnya, bahkan tidak peduli pada Nelson. Sepertinya, Justin begitu penting baginya sampai melampaui posisi suaminya.Deven seketika merasa dirinya sangat bodoh. Kyra hidup bahagia di sini, sedangkan dirinya seperti mayat hidup. Deven bahkan membantunya menyiram tanaman dan menyuapi burung. Karena Kyra, Deven juga tidak bisa makan dan tidur."Mereka di sini," ujar wanita itu setelah berhenti di depan sebuah kamar.Alex menatap Deven dengan gelisah, lalu
Seisi kamar gelap gulita. Wanita itu menekan saklar di samping, lalu lampu seketika menyala dan kamar menjadi terang.Deven mengamati sekilas. Dekorasi kamar ini tidak buruk, jauh lebih baik daripada lingkungan di luar. Selimut tampak berantakan, tetapi tidak ada siapa pun di sana.Deven pergi ke kamar mandi dan dapur untuk memeriksa, tetapi tidak ada siapa pun. Dia bahkan membuka lemari dan menyibakkan tirai untuk mencari. Tidak ada Kyra. Seketika, wajahnya menjadi makin masam."Di mana Bu Kyra?" tanya Alex sambil menatap wanita itu dengan kesal.Wanita itu menjawab dengan bingung, "Aku nggak tahu. Dia masih di sini setengah jam lalu. Pria itu bahkan membawakannya makanan."Deven segera menemukan ransel hitam di atas lemari. Jika tidak salah, ini ransel Kyra. Dia maju dan memeriksanya. Di dalamnya terdapat termos. Kyra sering membawanya karena ini pembelian Deven.Wanita ini tidak berbohong. Kyra memang sempat tinggal di sini. Di sisi lain, Alex menemukan sebuah catatan di atas meja.
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K