Ternyata bukan Justin! Tebersit kekecewaan pada tatapan Kyra. Dia segera membalas pesan itu.[ Nggak apa-apa. Aku bisa mengerti kalau kamu sibuk. Nggak perlu terburu-buru kok. ][ Aku akan langsung mengabarimu kalau sudah dapat informasi. ][ Oke. Terima kasih banyak, Pak Justin. ][ Sama-sama, Bu Kyra. ]Sepertinya, Kyra harus menemui orang itu besok. Jika tahu apa yang akan terjadi besok, Kyra tidak mungkin pergi. Namun, tidak ada yang bisa memprediksi masa depan ataupun mengubah takdir.Ting tong. Masuk lagi sebuah pesan. Kyra tidak menduga Deven yang mengirimnya pesan. Dia pun mengira dirinya salah lihat karena Deven jelas-jelas memblokir nomornya waktu itu.Setelah mengucek mata, terlihat jelas bahwa Deven sedang mengetik sesuatu. Dia tidak salah lihat![ Hubunganku dengan Irish benar-benar nggak seperti yang kamu bayangkan. Aku minta maaf kalau terlalu kasar tadi. Istirahat yang baik. Besok aku akan membawamu ke hotel yang kita inap 3 tahun lalu. ][ Kalau nggak bisa tidur, janga
Meskipun sopir tidak memperingatkannya, Kyra juga sudah merasa ada yang tidak beres. Tempat ini makin lama makin terpencil. Dia juga ingin kembali, tetapi dia akhirnya mendapat kabar tentang si Bisu setelah sekian lama. Jika melewatkannya, dia hanya akan menyesal.Seharusnya semua manusia yang sudah dekat dengan ajal memang seperti ini. Mereka ingin bertemu orang yang sudah lama tidak ditemui dan mewujudkan harapan yang belum terwujud. Dia ingin tahu apakah si Bisu hidup dengan baik atau tidak. Mungkin saja, yang ingin menemuinya adalah si Bisu.Kyra menahan kegelisahan dalam hatinya, lalu berkata kepada sopir sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, Pak. Kamu ikuti saja navigasinya. Aku pasti akan membayar tanpa kurang sepeser pun.Sopir pun tidak menanggapi lagi. Dia terus melajukan mobilnya ke lokasi yang diinginkan Kyra. Setengah jam kemudian, mobil tiba di sebuah kaki gunung.Sopir menoleh dan berkata dengan ekspresi rumit, "Bu, tempatnya sudah nggak jauh lagi dari sini. Kamu harus jalan
Namun, Kyra khawatir orang itu menunggunya terlalu lama sehingga dia tidak berani beristirahat sedetik pun.Dalam perjalanan, liver Kyra tiba-tiba sakit. Anak di kandungannya seolah-olah merasakan bahaya sehingga terus menendang perutnya.Kyra kesakitan hingga bercucuran keringat dingin. Dia segera memakan setengah botol obat pereda nyeri untuk meredakan sakitnya ini. Namun, perutnya masih sakit.Sambil berjalan, Kyra mengelus perutnya yang agak menggembung dan bergumam, "Sayang, bertahanlah sebentar. Kita akan segera tiba. Jangan takut, semua akan baik-baik saja."Anak di kandungannya jarang sekali bergerak. Namun, tidak peduli bagaimana Kyra menenangkannya kali ini, anaknya terus meronta-ronta, seolah-olah menolak untuk mati.Menurut navigasi, Kyra berjalan sampai sebuah danau yang dalam. Rasa sakit pada perutnya makin dahsyat. Kyra terpaksa mencari sebuah batu untuk duduk.Kyra memandang ke sekeliling. Karena sudah musim dingin, pohon di sekeliling pun gundul. Tiba-tiba, terdengar s
Di kamar hotel, Deven tidak bisa tidur nyenyak. Dia baru tidur, tetapi sudah bermimpi buruk. Dia bermimpi terjadi sesuatu pada Kyra.Sesudah terbangun, Deven memeriksa jam. Sudah pukul 8.40 pagi. Dia hanya tidur 2 jam. Deven bangkit dari sofa, lalu pergi mandi. Dia tidak lupa minum segelas air sebelum merokok.Deven sudah menyusun jadwal untuk hari ini. Kyra sangat suka berfoto. Selain itu, dia terus memuji keterampilan tangan bibi yang merangkai bunga.Deven masih ingat betapa cantiknya Kyra di foto-foto itu. Semua foto itu tidak diedit. Dia tentu tahu semua itu karena Kyra memiliki kecantikan alami.Namun, Deven tidak pernah mengatakannya karena pergumulan hatinya waktu itu. Begitu teringat bahwa Kyra adalah putri dari pembunuh orang tuanya, amarah Deven akan berkecamuk.Itu sebabnya, Deven jarang memuji kecantikan Kyra dan justru memuji keterampilan tangan bibi itu. Kali ini, dia telah menghubungi bibi itu dan membayarnya khusus untuk melayani Kyra. Bahkan, fotografer yang disewa De
Deven sangat cerdas dan punya daya ingat yang kuat. Hanya dengan melihat sekilas, dia sudah memahami semuanya.Setengah jam kemudian, makanan bergizi yang terlihat lezat selesai dibuat. Aroma masakan pun memenuhi seluruh ruangan.Deven merasa sangat puas. Dia yakin Kyra akan senang melihatnya. Asalkan Kyra bersedia melahirkan anak itu, Deven tidak keberatan untuk mengalah.Sampai sekarang, Deven masih belum tahu bahwa Kyra sudah keluar, bahkan sedang dihadapkan dengan bahaya!Deven memindahkan masakannya ke 2 mangkuk porselen putih, lalu menaruhnya di meja. Sesudah itu, dia mengetuk pintu kamar dan berkata, "Kyra, sudah waktunya bangun."Tidak ada respons apa pun. Deven sudah terbiasa dengan sikap Kyra yang mengabaikannya. Jadi, Deven tidak berpikir terlalu jauh dan mengira Kyra masih tidur.Deven memutuskan untuk membiarkan Kyra tidur lebih lama karena wanita ini sudah tidak tidur berhari-hari. Dia pun berbalik dan pergi ke dapur lagi.Deven membuka keran air untuk mencuci kentang, la
Namun, akal sehatnya langsung bekerja seketika. Setelah mengangkat telepon, dia bingung harus mengatakan apa. Dulu Kyra masih naif dan tidak tahu apa-apa, sehingga dia mencintai Deven dengan tulus. Dia tidak tahu bahwa Deven hanya memanfaatkannya dan membencinya!Sekarang dia sudah tahu segalanya. Kedua nyawa orang tua Deven, ayahnya yang masih koma di rumah sakit sampai sekarang .... Dia juga menderita penyakit serius dan sedang hamil! Namun, dia malah dipaksa meminum obat yang membahayakannya! Sejak awal, semuanya memang sudah tidak bisa kembali lagi!Kyra yang awalnya bermaksud menekan tombol jawab, malah menutup teleponnya. Lalu, dia memblokir nomor Deven. Dia tidak ingin melihat Deven, apalagi menerima telepon darinya.Setelah sekian lama menunggu, orang misterius itu tidak juga muncul. Kyra merasa ada yang aneh. Ditambah lagi dengan suara burung gagak yang memilukan di langit, membuat suasana menjadi semakin mencekam. Dia menemukan pesan anonim tersebut dan menghubungi nomor oran
Kyra mengumpat dalam hati. Sekujur tubuhnya bergetar karena emosi. Dia mengulurkan tangan hendak menampar Irish. "Aku menganggapmu sahabat terbaikku! Aku nggak pernah merendahkanmu karena keluargamu miskin! Aku bahkan membelikan baju dan membayar uang sekolahmu! Kamu bilang mau balas budi padaku, apa ini caramu balas budi? Menggoda suamiku, foto pranikah dengannya, dan merusak rumah tanggaku! Kamu bahkan menyuruh Alba untuk membunuhku! Irish, kamu benar-benar bukan manusia!""Ternyata kamu sudah tahu tentang Alba? Aku menyuruh jalang itu membunuhmu, tapi dia malah bunuh diri!" Irish menahan pergelangan tangan Kyra dengan ekspresi bengis. "Kamu mau tahu kenapa? Oke, kuberi tahu alasannya!""Kyra, kamu tahu nggak? Sebenarnya kamu itu menyebalkan sekali! Kamu kira aku nggak tahu kenapa kamu membiayaiku sekolah dan berteman denganku? Kamu cuma mau cari pengikut untuk menonjolkan kecantikan dan latar belakang keluargamu! Kalau bersamamu, perhatian semua orang langsung tertuju padamu!""Aku
Kyra terus membatin, 'Aku nggak mau mati! Aku nggak mau mati!'Ayahnya masih terbaring di rumah sakit tak sadarkan diri. Ibunya pernah bilang, jika terjadi masalah pada Kyra, Keluarga Scott akan benar-benar hancur!Kyra benar-benar menyesal. Dia merasa sangat bodoh karena tidak mendengar nasihat sopir taksi itu dan datang sendirian ke tempat ini. Tidak seharusnya dia menutup panggilan dari Deven! Bau amis dari air danau menyeruak ke hidung, mata, dan mulut Kyra. Lambungnya terasa dipenuhi air danau yang bau. Kyra berusaha meronta-ronta sekuat tenaga."Kyra, nggak usah melawan lagi! Kamu memang sudah sakit parah, 'kan? Cepat atau lambat bakal mati! Nggak ada pengaruhnya mau hidup lebih lama lagi atau mati lebih awal. Nggak akan ada yang bisa menolongmu hari ini! Kehadiranmu di dunia ini cuma sebuah bencana!""Kalaupun nggak kubunuh hari ini, kamu akan tetap mati disiksa suamimu! Kamu kira siapa yang menipumu ke sini hari ini? Deven yang suruh! Suamimu! Dia bilang padaku, dia akan langsu
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K