Apakah Kyra benar-benar ingin bercerai dengannya demi anak haram ini? Jari Deven yang ramping langsung mencengkeram dagu Kyra. "Dia sudah pergi, kamu masih belum cukup melihatnya ya? Kamu masih ngerti moral sebagai istri nggak?"Berani-beraninya Deven menuduhnya seperti itu?! Kalau saja Justin tidak muncul tepat waktu tadi, Kyra mungkin sudah mati kesakitan. Kyra merasa hatinya telah hancur berkeping-keping karena Deven. Hatinya tidak akan pernah utuh lagi.Setelah menyingkirkan tangan pria itu, Kyra langsung berlari kecil ke apartemen dan naik ke lantai atas. Dia teringat pada ucapan Irish yang mengatakan bahwa Deven tetap memaksanya untuk melahirkan anak ini meski telah mengetahui kondisinya.Deven sama sekali tidak peduli dengan nyawanya! Dia bahkan berselingkuh dan foto pranikah bersama Irish! Selain itu, dia juga meminum sup yang disuapkan Irish di hadapannya! Memangnya Deven menganggap dirinya ini apa? Padahal Kyra masih hidup, tapi Deven memperlakukannya seperti itu!Kyra berlar
Tujuan Deven mendekati Kyra saat itu adalah untuk balas dendam dan memperalatnya. Namun, Kyra malah selalu mencintai Deven dengan tulus. Di saat Kyra telah berhasil mengobrak-abrik hati Deven, di saat Deven ingin melahirkan anak bersamanya ... di saat Deven telah berusaha untuk melepaskan semua dendam dan kembali ke masa lalu bersamanya ... Kyra malah mengatakan dia menyesal bertemu dengan Deven?Apa haknya? Apa hak Kyra membuat Deven menderita sendirian dan menyerah begitu saja? Kalau memang Kyra ingin menyerah begitu saja, lantas mengapa dulu dia bersikap seolah-olah sangat mencintai Deven?Deven benar-benar telah dibutakan oleh amarahnya. Tidak ada sedikit pun kelembutan dari ciumannya terhadap Kyra. Dia terus menggigit dan melukai Kyra hingga Kyra merasakan bau anyir yang memenuhi mulutnya. Meskipun demikian, emosi Deven masih belum bisa reda.Deven merobek jaket yang dikenakan Kyra. Kyra terkejut melihat perlakuan Deven sekasar ini sehingga dia berusaha untuk melawan dan memberont
Ketika merasakan kepedihan mendalam, seseorang akan kesulitan untuk menangis. Kyra hanya berteriak sambil merobek selimut dengan sekuat tenaga.Deven bilang ingin menyuruhnya melahirkan anak ini. Namun, apa pria ini tahu bagaimana cara mengasuh anak? Apa dokter tidak memberitahunya bahwa ibu hamil harus menjaga suasana hati?Semua itu hanya kebohongan! Kebohongan busuk Deven! Irish benar. Deven memang tidak waras. Deven menyuruhnya melahirkan anak ini hanya untuk melihatnya tersiksa.Kyra berbaring di ranjang dengan sedih sambil memandang langit-langit. Dia makin kesulitan tidur sekarang, bahkan tidak tidur sepanjang malam karena tidak bisa menghentikan pikirannya.Kyra memandang langit di luar yang berangsur menjadi terang, memandang sinar matahari pelan-pelan menyinari pepohonan.Ketika Maya datang, dia melihat Kyra sudah duduk di sofa. Dia bertanya dengan terkejut, "Nyonya, kamu bangun pagi sekali? Wanita hamil biasanya suka tidur. Kenapa kamu nggak tidur lebih lama?"Kyra ingin mem
"Benar," sahut pria pengantar paket itu.Kelopak mata Kyra sontak berkedut. Waktu berlalu dengan sangat cepat. Ternyata, setengah bulan telah berlalu? Dia menyuruh kurir meletakkannya di pos satpam, lalu bergegas berangkat ke sana.Maya melambaikan tangan dan sebuah taksi berhenti di depan mereka. Maya pun membantu Kyra membuka pintu, bahkan melindungi kepalanya. Setelah Kyra masuk, Maya duduk di sebelahnya.Kyra memberi tahu sopir alamat vila Keluarga Scott. Sekitar 10 menit kemudian, Kyra mengambil sebuah kotak kecil dari pos satpam. Dia tidak langsung membukanya, melainkan pulang dahulu.Kyra dan Maya berjalan kaki pulang. Mereka bertemu seorang nenek yang menjual tanaman hijau. Tanaman itu terlihat berkilau di bawah sinar matahari, juga ada bunga kecil yang mekar di atasnya.Ketika melihat Kyra menyukainya, Maya pun maju untuk membeli. Kemudian, Kyra pergi ke pasar burung. Begitu tiba di sebuah toko, terdengar suara nyaring. "Halo, halo!"Keduanya berbalik, lalu melihat seekor kera
Benar, Kyra masih istri Deven. Dia saja tidak tahu, apalagi orang luar. Kyra mencoba menelepon Deven, tetapi pria itu memblokir nomornya.Ketika sedang kebingungan, lift di samping tiba-tiba berbunyi dan terbuka. Terlihat Deven yang mengenakan setelan gelap berjalan menuju ke arahnya.Kyra berinisiatif menghampiri, lalu berkata, "Deven, ada yang ingin kubicarakan."Deven berpura-pura tidak mendengarnya dan langsung berjalan melewatinya. Kyra menatap sosok belakang Deven sambil meneruskan dengan tegas, "Kalau kamu nggak mau dengar, aku akan terus mengikutimu sampai kamu mendengarnya!"Saat berikutnya, Deven menghentikan langkah kaki dan berpesan beberapa hal kepada petinggi di sekitarnya. Kemudian, para petinggi itu mengikuti Alex meninggalkan perusahaan.Kyra menghampiri Deven, lalu mengejek, "Demi menghindariku, kamu sampai berbohong. Bukannya kamu dinas? Kenapa bisa di sini?""Kalau sudah tahu aku nggak ingin melihatmu, kenapa masih mencariku? Murahan sekali," cemooh Deven sambil men
Deven tersenyum sinis dan membalas, "Nggak perlu didengar. Aku tahu kamu memalsukannya.""Ternyata seburuk itu aku di matamu?" Kyra membelalakkan mata. Hatinya terasa sangat sakit bak disayat-sayat pisau.Ketika menikah, Deven bilang akan selalu memercayainya. Suami istri memang seharusnya saling memercayai. Apakah sumpah yang pernah mereka ucapkan sama sekali tidak berarti bagi Deven?Deven memicingkan mata dan menyahut, "Aku sudah memberimu banyak hal, berhenti bersikap manja. Kamu hanya perlu melahirkan anakku. Setelah itu, terserah kamu mau ke mana."Kemarin malam, Deven telah memikirkan semuanya. Kyra yang sekarang bukan lagi Kyra yang dulu. Deven hanya menginginkan anak mereka, lalu akan berpisah dengan Kyra untuk mengakhiri pernikahan yang penuh dosa ini."Deven, biar kuulangi sekali lagi. Semua yang kukatakan tadi adalah kenyataan! Aku harus gimana supaya kamu bisa percaya!" seru Kyra dengan suara rendah.Deven menatapnya sesaat, lalu tersenyum sambil membalas, "Kenapa memangny
Kyra yang tidak bisa tidur pun merasa panik dan menangis. Dia merasa dirinya tidak normal lagi. Bagaimanapun, dia sudah tidak tidur 10 hari!Kyra ingin mencari teman untuk mencurahkan kesedihannya, tetapi dia malah tidak punya teman. Akhirnya, dia mencoba menelepon Deven.Yang menjawab panggilan malah Irish. Irish berucap, "Kyra, Deven sudah tidur. Kalau ada urusan, telepon lagi besok."Kemudian, Irish langsung mengakhiri panggilan. Ternyata Deven tidur di rumah Irish. Kyra menangis sambil meringkuk di ranjangnya.Ketika melewati kamar Kyra, Maya mendengar tangisan dari dalam. Dia tampak cemas karena Kyra terus menangis belakangan ini.Maya mengambil ponselnya untuk mencari nomor telepon Deven. Dia merasa ragu, apakah harus melaporkan hal ini kepada Deven atau tidak?Di vila Keluarga Clarke, Deven berjalan ke sofa dengan membawa segelas air. Dia mendapati Irish meletakkan ponselnya yang sedang diisi daya."Siapa yang menyuruhmu menyentuh ponselku?" tanya Deven dengan kesal.Irish telah
"Ya. Nyonya selalu bangun pagi-pagi. Waktu aku datang, dia sudah duduk di sofa melamun dan menangis. Aku tanya kenapa, tapi dia nggak mau kasih tahu. Dia selalu makan tepat waktu, porsinya juga sesuai, tapi tubuhnya makin kurus," ucap Maya sambil mengernyit.Deven mempercepat langkah kakinya. Setibanya di depan kamar, dia mengetuk pintu. Dari luar saja, dia sudah bisa mendengar isak tangis Kyra.Deven seketika merasa sangat risau. Dia memanggil nama Kyra, tetapi tidak ada yang membukakan pintu. Maya pun mengambil kunci cadangan. Setelah pintu dibuka, Maya langsung izin pulang agar tidak mengganggu mereka.Deven memasuki kamar yang gelap gulita. Selimut menutupi sekujur tubuh Kyra, tampak bergerak karena Kyra yang menangis sesenggukan. Tangisan Kyra bak jarum yang menusuk-nusuk hati Deven.Setibanya di depan ranjang, Deven menarik selimut Kyra. Terlihat Kyra yang memakai piama sutra sedang meringkuk. Wajahnya yang putih berlinang air mata, membuatnya terlihat menyedihkan.Seketika, Deve
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K