"Empat ratus ribu," jawab anak laki-laki itu dengan serius.Deven terkekeh-kekeh. Kyra dan wanita paruh baya itu menghela napas lega. Kemudian, wanita itu tersenyum minta maaf sambil berucap, "Pak, maaf kalau dia lancang. Anak kecil masih belum bisa menilai situasi.""Aku nggak bohong kok. Pistol air ini memang mahal. Ayahku sampai nggak makan seharian hanya untuk membelikanku pistol ini," jelas anak itu dengan serius.Deven tergelak lagi. Dia menyahut, "Aku nggak marah, tapi lain kali jangan berlari sembarangan di supermarket lagi. Kalau ada barang rusak, kamu harus ganti rugi lho. Kalau jatuh, kamu sendiri yang kesakitan dan keluargamu bakal sedih.""Paman, aku nggak akan mengulanginya lagi. Terima kasih banyak. Kamu sangat baik," ujar anak itu sambil tersenyum lebar. Kemudian, dia tiba-tiba mengecup pipi Deven.Deven sontak termangu. Ini pertama kali seseorang mengatakannya baik. Dia mendominasi dunia bisnis selama ini, menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuannya, bahkan emos
Kyra menggigit bibirnya. Deven bersandar di pintu sambil tersenyum tipis. Sepertinya, suasana hatinya sedang baik. Apakah pria ini merasa senang karena Kyra mengatakan akan mengabulkan keinginannya?"Pokoknya, aku nggak bakal membuatmu kecewa," ujar Kyra sambil beralih menatap kentang yang sedang dipotongnya. Penyakitnya bertambah parah. Mungkin sebentar lagi, dia akan menghilang sepenuhnya dari dunia ini. Deven pasti akan tertawa terbahak-bahak di pemakamannya, 'kan?"Kalau kamu, kamu buat permintaan apa?" tanya Deven yang merasa lumayan puas mendengar jawaban itu. Itu sebabnya, dia menjadi penasaran dengan permintaan yang dibuat Kyra.Kyra mengejapkan matanya dan menyahut, "Nanti permintaanku jadi nggak dikabulkan kalau aku memberitahumu."'Deven, sebenarnya permintaanku adalah seluruh keluargaku hidup damai dan kamu panjang umur. Aku juga berdoa supaya kamu melepaskan kebencian dan nggak cemberut lagi. Kamu ingin aku mati, tapi aku nggak ingin kamu mati.''Meskipun kamu menyiksaku,
Deven tidak berbicara lagi. Selesai memakan sarapan, dia mengganti setelan, memakai arloji, dan memakai sepatu yang dilap Kyra sampai mengilap. Setelah mengambil tas kerja, dia pun keluar.Di sisi lain, Kyra mencuci peralatan makan di dapur dan bersih-bersih rumah. Setelah membuang sampah di lantai bawah, dia mengemudikan mobilnya pergi.Sebelum ke rumah sakit, Kyra sudah menyiapkan botol air, handuk, dan pakaian ganti. Setelah aborsi, dia harus memulihkan diri di rumah sakit. Ketika saat itu tiba, dia harus mencari alasan untuk menipu Deven.Begitu dokter melihat Kyra, dia langsung menghela napas sebelum berujar, "Bu Kyra, akhirnya kamu datang juga. Aku kira kamu nggak jadi datang hari ini.""Mana mungkin. Dengan kondisiku yang sekarang ini, aku nggak bisa menunda-nunda waktu lagi," sahut Kyra sambil tersenyum getir.Dokter menyerahkan formulir kepadanya, lalu menyuruhnya membayar di lantai 1. Kyra langsung menerimanya dan menaiki lift.Di loket pembayaran, terlihat banyak sekali oran
Panggilan tersambung, tetapi Deven menolaknya. Jelas, pria ini tidak ingin berbicara dengan Irish. Irish pun meninggalkan rumah sakit dengan perasaan kesal. Padahal, bisa dibilang Irish berjasa untuknya. Sikap Deven malah menjadi makin dingin padanya. Irish tidak bisa menerima semua ini.Irish mengemudikan mobilnya ke Grup Scott. Dia menaiki lift, lalu datang ke ruang presdir. Namun, tidak ada siapa pun di sana.Setelah bertanya kepada staf di luar, Irish baru tahu Deven sedang berada di ruang rapat. Begitu tiba di depan ruang rapat, Alex segera menghentikannya. "Bu Irish, Pak Deven sedang sibuk.""Pak Alex, aku tahu kamu berprasangka buruk terhadapku. Tapi, masalah ini berkaitan dengan Kyra. Kamu yakin ingin menghalangiku?" tanya Irish dengan dingin.Setelah mendengar masalah ini ada kaitannya dengan Kyra, Alex segera menyingkir. Dia tahu betapa pentingnya Kyra di hati Deven.Irish akhirnya membuka pintu ruang rapat. Terlihat banyak orang di dalam sana. Ada Justin, Deven, serta para p
Kemudian, Deven melirik Alex sekilas dengan dingin dan menambahkan, "Kamu nggak perlu ikut.""Baik, Pak." Alex sungguh kebingungan, tetapi tidak berani melawan Deven. Dia hanya bisa memberi tahu Justin bahwa rapat ditunda.Justin tidak terkejut sedikit pun. Dia kembali ke ruang rapat untuk mengambil jasnya. Begitu masuk, dia malah melihat Irish mengaplikasikan lipstik sambil becermin. Wanita ini bahkan bersenandung."Wow, sepertinya kamu lagi senang?" sindir Justin sambil menghampiri dengan satu tangan di saku.Irish menyimpan lipstiknya, lalu berkata, "Aku nggak nyangka polisi sepertimu bisa tiba-tiba menjadi Presdir Grup York. Aku benar-benar bingung dengan isi pikiran para pria. Kyra sudah jatuh miskin, kenapa kalian masih berebutan untuk mendapatkannya? Memangnya nggak ada wanita lain lagi di dunia ini? Atau kalian sudah buta?"Irish menatap Justin dengan tatapan mengejek. Ketika melihat Justin mendekati dengan memegang secangkir kopi, Irish mendengus dan meneruskan, "Tapi, nggak a
Ekspresi dokter itu agak berubah melihat kecemasan Kyra. Dia mendesak, "Matikan ponselmu." Kemudian, dia melirik peralatan medis sambil menginstruksi, "Lepaskan celanamu dan berbaring di sini. Operasi akan segera dimulai."Kyra masih dilema. Dia tidak berani membuat Deven marah. Akhirnya, dia menolak panggilan dan mengirim pesan kepada Deven, mengatakan dirinya sedang sibuk.Kyra menggigit bibirnya dan mematikan ponsel, lalu melepaskan celananya dan berbaring. Mungkin, anak di kandungannya merasakan pertanda buruk sehingga perut Kyra tiba-tiba sakit. Anak itu sepertinya menolak keputusan Kyra yang ingin membuangnya.Kyra menggigit bibirnya sambil mengelus perutnya. Dia bergumam dalam hati, 'Anakku, jangan takut. Ibu akan selalu menemanimu. Nggak akan sakit kok. Ibu akan segera menyusulmu. Kita bisa menjadi ibu dan anak di alam baka. Nggak akan ada yang bisa memisahkan kita lagi nanti.'Setelah memikirkan semua ini, napas Kyra menjadi berat. Bagaimanapun, tidak ada orang yang tidak meny
Dokter itu hendak menangis, tetapi tidak berani. Dia meringkuk sambil memeluk kepalanya, lalu menatap Deven dengan takut dan menyahut, "Kami belum melakukan operasi. Anakmu masih di kandungan ...."Deven akhirnya menarik tangannya dan ekspresinya membaik. Syukurlah! Anaknya masih hidup! Kemudian, Deven hendak menarik Kyra keluar dari ruang aborsi.Kyra menggenggam gagang pintu dengan erat sambil berseru, "Deven, aku harus melakukan aborsi. Anak ini nggak boleh ada di kandunganku!"Deven tertawa saking gusarnya. Kenapa tidak boleh? Dia pun melepaskan tangan Kyra dari gagang pintu dengan kasar, lalu menyeretnya keluar.Melihat ini, dokter itu bergegas bangkit dan menghalangi jalan mereka. Dia berkata, "Anak ini nggak boleh dipertahankan. Dia ....""Minggir!" Deven yang murka sama sekali tidak peduli pada ucapan dokter itu. Menurutnya, Kyra dan dokter itu bersekongkol.Aura Deven yang kuat membuat dokter itu tidak berani berkata-kata lagi. Dengan demikian, Deven mencengkeram pergelangan t
Kyra tersenyum tipis. Dia sudah terbiasa dengan fitnahan Deven. Jika salah paham bisa membantunya menggugurkan kandungan ini, Kyra akan menerimanya. Dia hanya ingin hidup lebih lama."Terserah kamu saja." Kyra terkekeh-kekeh dan meneruskan, "Jadi, kapan kamu akan mengizinkanku melakukan aborsi?"Deven sungguh murka mendengarnya. Dia tidak pernah melihat wanita sekejam Kyra. Padahal Kyra begitu menginginkan anak saat mereka baru berpacaran. Sekarang Kyra hamil, tetapi malah ingin membuang anaknya.Tangan Deven yang mencekik Kyra sontak mengerat. Semua perbuatan jahat Nelson sudah cukup baginya untuk membunuh Kyra. Namun, Deven tidak tega melakukannya saat peluang sudah ada di depan mata.Bahkan, Deven tetap tidak tega membunuh Kyra saat wanita ini tertangkap basah ingin melakukan aborsi. Baginya, hanya ada satu Kyra di dunia ini. Begitu Kyra tiada, dia tidak bisa menemukan wanita seperti Kyra lagi.Pada akhirnya, Deven berusaha menahan amarahnya dan melepaskan tangannya. Kyra terjatuh d
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K