Kyra masih belum menyadari kehadiran Deven. Tiba-tiba, sebuah tangan besar merebut foto itu. Kyra pun mendongak, lalu mendapati pria itu memelototinya dengan kesal. Sret! Foto itu lagi-lagi disobek."Deven, atas dasar apa kamu merobek fotoku? Kembalikan kepadaku!" Kyra mulai panik sehingga berjinjit untuk merebut foto itu kembali.Ketika melihat Kyra sepanik itu, seolah-olah foto ini sangat berharga, amarah Deven sontak makin berkecamuk. Dia bertanya, "Foto ini begitu berharga untukmu, ya? Jangan-jangan Justin anak di foto ini?""Cepat kembalikan! Deven, kamu nggak berhak merobek foto itu!" Kyra masih berusaha untuk merebut foto itu.Deven tiba-tiba membuka jendela, membuat angin dingin berembus masuk. Rambut Kyra berkibar, mengenai wajah Deven, menyebabkan Deven termangu untuk sesaat.Kyra masih berteriak dengan panik, "Kembalikan foto itu kepadaku!"Deven melemparkan foto yang sudah sobek itu ke luar jendela, lalu menutup jendela kembali. Kyra memakinya berengsek dan berbalik untuk k
Kyra menangis dengan hati yang hancur. Dia terus menendang hingga akhirnya Deven terjatuh karena tendangannya. Kemudian, dia menunduk dan mencoba melepaskan ikatan dasi itu dengan mulut.Alhasil, Deven sontak mengangkat Kyra secara paksa dan membawanya ke kamar mandi. Terdapat sebuah cermin yang sangat besar di dalam sini.Kyra seperti tahu apa yang ingin dilakukan Deven. Dia terus meronta-ronta, tetapi Deven menahan dengan kuat.Detik berikutnya, Deven memasukkan kemaluannya dan menekan dagu Kyra untuk memaksanya melihat cermin. Dia berkata, "Kyra, lihat baik-baik gimana kamu diinjak-injak olehku."Pria ini sangat kejam. Kyra meneteskan air mata keputusasaan dan memekik dengan geram, "Dasar berengsek!""Kyra, biar kuperingatkan untuk yang terakhir kali. Kesabaranku sangat terbatas, jangan macam-macam denganku. Ingat baik-baik semua perjanjian yang tertulis di kontrak itu. Jangan harap kamu bisa bersama pria lain karena kamu harus menerima siksaanku untuk seumur hidup!" ujar Deven.Dev
Kyra tersenyum mengejek mendengar itu. Deven peduli padanya? Kenapa dia tidak bisa merasakannya?Justin meneruskan, "Kamu pergi dengan tergesa-gesa tadi, jadi aku nggak sempat memberitahumu. Biaya pengobatan ayahmu bukan dibayar olehku.""Apa maksudmu?" tanya Kyra dengan bingung.Justin menjelaskan, "Rumah sakit mentransfer balik uangku, jadi suamimu yang membayar biaya pengobatan ayahmu. Makanya, aku bilang dia sebenarnya nggak jahat."Kyra tidak menyangka bahwa Deven akan mengembalikan uang itu kepada Justin. Tindakan Deven membuatnya makin bertanya-tanya. Belakangan ini, perilaku dan ucapan Deven sering bertolak belakang.Sebelum Kyra tersadar dari keterkejutannya, pintu kamar tiba-tiba didorong dari luar. Kamar masih gelap gulita. Terlihat Deven yang berdiri di depan pintu sambil bertanya, "Siapa itu?"Suaranya terdengar sangat dingin. Kyra mendongak, melihat tatapan suram Deven. Entah karena merasa bersalah atau takut, tangannya seketika bergetar hingga ponselnya terjatuh.Tidak t
Ketika Deven hendak memeriksa ponsel Kyra, ponsel Deven tiba-tiba berdering. Kyra buru-buru merebut ponselnya kembali dan berkata, "Ada yang mencarimu.""Keluar dan makan," ujar Deven dengan dingin. Kemudian, dia menjawab panggilan dan keluar dari kamar utama.Makan? Deven memesan makanan untuknya? Kyra agak terkejut, tetapi tetap mengikuti Deven dan mendengar pria itu menjelaskan beberapa detail pekerjaan kepada Alex.Terlihat beberapa masakan rumahan yang masih panas dan 2 piring nasi. Kyra duduk dengan patuh, lalu mengambil sendok garpu dan mulai makan. Dia mencicipi semua makanan yang ada di meja. Semua ini dimasak oleh Deven.Ketika makan, Kyra terus melirik Deven yang duduk di seberangnya. Pria ini masih memakai setelan gelap dengan model simpel. Memang tampan.Sambil makan, Deven memegang ponsel dengan satu tangan untuk membahas perkembangan pekerjaan dengan Alex. Mereka menggunakan kosakata profesional sehingga Kyra kurang mengerti.Kyra bisa melihat Deven kadang-kadang mengern
Hal pertama yang terpikir oleh Kyra adalah Deven ingin menyiksanya di ranjang. Kyra tentu ingin menolak. Dia sudah lelah seharian, seluruh energinya seperti terkuras habis. Dia masih harus pergi membeli bahan untuk sarapan besok.Kyra sangat ingin meminta waktu istirahat dari Deven, tetapi dia tersadar kembali. Dia tidak berhak bernegosiasi dengan Deven. Dia adalah putri dari pembunuh ayahnya! Dia punya banyak dosa yang harus ditebus!"Oke." Kyra mengiakan supaya Deven tidak marah. Besok pagi, dia masih harus melakukan aborsi. Setelah mengganti pakaian, Kyra mendapati Deven mengenakan mantel, sweter, dan kemeja. Dia jarang melihat Deven berpakaian santai seperti ini. Penampilan Deven pun menarik perhatian Kyra.Ketika keluar dari lift, Deven menatap Kyra yang bertubuh kurus memegang 2 kantong plastik hitam yang besar. Isi kantong plastik itu adalah sampah dapur.Kyra tampak kesulitan, tetapi sama sekali tidak meminta bantuan Deven. Sementara itu, Deven pura-pura mengabaikannya dan menu
Kyra teringat pada berbagai hal di masa lalu. Tahun itu, dia adalah Ketua BEM yang bertanggung jawab untuk menyambut mahasiswa baru.Kyra mengenakan jaket berwarna merah dan berdandan dengan cantik. Kemudian, Irish membawa Deven untuk diperkenalkan kepada Kyra.Kyra tanpa sadar mendongak, lalu mendapati jaket jeans Deven yang memutih karena keseringan dicuci. Di cuaca sedingin itu, Deven malah memakai pakaian setipis itu tanpa merasa kedinginan.Selain itu, tatapan Deven saat menatap Kyra bahkan terlihat angkuh dan merendahkan. Kyra tidak mengerti mengapa Deven tidak menyanjungnya seperti pria lain saat itu. Kini, Kyra baru mengerti bahwa mereka memiliki dendam kesumat.Perasaan Kyra menjadi campur aduk memikirkan masa lalu. Keduanya pun tidak berbicara, hanya mengelilingi universitas.Di lapangan, terlihat anak muda yang sedang berlari dan mahasiswa yang sibuk belajar. Bahkan di bawah sinar bulan dekat kolam, ada sepasang kekasih muda yang berciuman, seolah-olah tidak ada orang lain d
Selesai membuat permintaan, Kyra membuka mata, mendapati Deven masih memejamkan mata. Dia cukup terkejut karena tahu Deven bukan orang yang memercayai hal seperti ini.Kyra mendongak memandang bintang jatuh yang menerangi langit. Setelah Deven selesai membuat permintaan, mereka akhirnya meninggalkan universitas.Di dalam mobil, Kyra memandang ke luar jendela tanpa berbicara. Deven juga berkemudi dengan tenang. Bayangan pepohonan di sepanjang jalan mengenai wajah Deven, membuat orang tidak bisa menilai suasana hatinya.Kyra melihat sebuah supermarket, lalu mengatakan dia ingin turun untuk membeli bahan masakan. Deven memarkirkan mobil di pinggir jalan dan melepaskan sabuk pengaman. Melihat ini, Kyra pun mengernyit dan berkata, "Aku bisa sendirian. Kamu pulang saja dulu. Nanti aku naik taksi."Tangan Deven sontak membeku. Kyra sebenarnya berniat baik. Pertama karena emosi pria ini tidak menentu seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Kedua karena mulut pria ini sangat pedas dan K
"Empat ratus ribu," jawab anak laki-laki itu dengan serius.Deven terkekeh-kekeh. Kyra dan wanita paruh baya itu menghela napas lega. Kemudian, wanita itu tersenyum minta maaf sambil berucap, "Pak, maaf kalau dia lancang. Anak kecil masih belum bisa menilai situasi.""Aku nggak bohong kok. Pistol air ini memang mahal. Ayahku sampai nggak makan seharian hanya untuk membelikanku pistol ini," jelas anak itu dengan serius.Deven tergelak lagi. Dia menyahut, "Aku nggak marah, tapi lain kali jangan berlari sembarangan di supermarket lagi. Kalau ada barang rusak, kamu harus ganti rugi lho. Kalau jatuh, kamu sendiri yang kesakitan dan keluargamu bakal sedih.""Paman, aku nggak akan mengulanginya lagi. Terima kasih banyak. Kamu sangat baik," ujar anak itu sambil tersenyum lebar. Kemudian, dia tiba-tiba mengecup pipi Deven.Deven sontak termangu. Ini pertama kali seseorang mengatakannya baik. Dia mendominasi dunia bisnis selama ini, menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuannya, bahkan emos
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K