Telepon Deven bisa tersambung, tetapi tidak ada yang menjawabnya. Setelah mempertimbangkan sangat lama, Kyra baru memutuskan untuk meneleponnya. Bagaimanapun, Kyra tetap harus mencoba segala cara. Namun Deven malah tidak mau menjawab panggilannya, lantas bagaimana Kyra bisa bicara padanya?Hubungan mereka telah menjadi sangat canggung beberapa hari yang lalu. Meskipun demikian, Kyra tetap harus berusaha untuk bicara dengannya sekarang."Nomor yang Anda tuju sedang sibuk ...." Suara mesin penjawab terus terdengar, sehingga membuat Kyra semakin panik.Deven menolak teleponnya. Ternyata Kyra bahkan tidak punya kesempatan lagi untuk bicara dengannya. Akan tetapi, kalaupun Deven menjawab panggilannya, sepertinya pria itu juga hanya akan memarahi dan mengutuknya.Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita, "Lowongan kerja, lowongan kerja. Bagi yang mau mendapat gaji tinggi, ayo segera merapat. Sekadar lihat-lihat nggak akan rugi."Kyra langsung menoleh ke arah suara itu. Ternyata tempat itu ad
"Kalau dia meninggal, bagaimana Ibu bisa hidup lagi? Dia adalah pria yang paling kucintai," kata Mia sambil menangis terisak-isak. Suara tangisannya bagaikan pisau yang menancap di hati Kyra. Hati Kyra telah kosong, kini dia bagaikan perahu yang berlayar di tengah laut dan tidak bisa menemukan daratan."Aku sudah dapatkan uangnya, cuma dua miliar saja, 'kan? Ayah nggak akan pindah rumah sakit, tenang saja." Berbohong telah menjadi keahliannya. Dulu, Kyra akan langsung panik dan wajahnya memerah jika berbohong. Namun kini, kebohongan seperti telah menjadi kebiasaan baginya. Lantaran takut ibunya terus mempertanyakan lebih jauh, Kyra langsung menutup teleponnya.Wanita bergaun ketat itu melemparkan pandangan tajam ke wajah Kyra yang mungil, "Kamu butuh uang mendesak ya? Aku bisa membantumu.""Aku harus bagaimana?" Kyra mengatupkan bibirnya. Dia mulai tergoda karena tidak ada cara lain lagi. Asalkan bisa mendapat dua miliar tanpa melanggar hukum, dia bisa menerima semuanya. Harga diri dan
Kelopak mata Kyra terus berkedut. Karena takut mereka akan berubah pikiran, Kyra harus mendapat uangnya terlebih dahulu. Wanita itu tertawa dan berkata, "Ini nggak sesuai aturan.""Kalau begitu, kalian cari orang lain saja. Aku nggak bisa melihat ketulusan kalian." Kyra langsung beranjak dari sofa dan ingin pergi. Dia merasa situasi ini benar-benar sangat aneh. Wanita itu menarik pergelangan tangannya, lalu berkata sambil tertawa, "Kamu masih nggak percaya padaku? Oke, berikan aku nomor rekeningmu, aku akan transfer uangnya sekarang."Kyra memberikan nomor rekeningnya kepada wanita itu. Setelah wanita itu menelepon seseorang, dua menit kemudian uangnya telah masuk ke rekening Kyra."Nak, kamu sudah lihat ketulusan kami, 'kan? Sekarang sudah boleh berdandan?""Oke," jawab Kyra sambil mengangguk.Kyra dibawa oleh wanita itu ke lantai atas. Setiap sudut ruangan itu tampak berkelap-kelip, terkesan sangat mencolok dan juga mesra. Wanita itu membuka pintu sebuah ruangan, di sana telah berkum
Setelah selesai dandan, penata rias mengambilkan sebuah pakaian untuk digantinya. Pakaian itu adalah gaun ketat berwarna merah maroon yang dipenuhi manik-manik. Saat dipegang, pakaian itu terlihat hanya seperti sehelai kain. Selain itu, ada juga pakaian yang potongan dadanya rendah dan berenda. Kyra mulai merasa aneh, dia melihat ke penata rias itu dan bertanya, "Mau pakai ini?""Apa orang yang membawamu masuk tadi nggak bilang? Ini adalah aturan di sini," jawab penata rias.Sudut mata Kyra langsung berkedut, kegelisahan dalam hatinya semakin memuncak, "Apa ini benar-benar cuma antarin anggur ke ruangan?""Dia bilang begitu padamu?" tanya penata rias itu sambil tersenyum.Kyra mengangguk, "Ya.""Kalau dia bilang begitu, berarti memang begitu. Cepat ganti pakaiannya. Setelah memastikan kamu selesai ganti pakaian, pekerjaanku sudah selesai." Penata rias itu menguap, lalu berkata, "Aku masih ingin lanjut tidur. Ngantuk sekali."Kyra tidak ingin mempersulit penata rias ini, sehingga dia me
Cahaya dalam ruangan itu sangat redup. Setelah wanita itu masuk dan mengatakan beberapa patah kata, dia menyuruh Kyra yang berdiri di depan pintu untuk masuk, "Nak, masuklah."Kyra memegang sudut nampan dengan erat, lalu melangkahkan kakinya ke ruangan tersebut."Pak Otis, ini gadis yang baru bergabung. Kamu harus perlakukan dia dengan baik ya, jangan sampai mengagetkannya," kata wanita itu pada seorang pria paruh baya yang mengenakan kalung emas besar, kemeja bunga-bunga, dan berambut necis di tengah sofa.Otis terkekeh-kekeh, lalu mengelus dagunya sambil berkata, "Tentu saja, kamu keluar dulu."Saat berbalik dan hendak pergi, wanita itu kembali berpesan pada Kyra, "Jangan lupa apa yang kubilang padamu tadi. Lakukan saja apa yang disuruhnya, bersikaplah yang cerdas."Kyra mengatupkan bibirnya sejenak. Wanita itu membuka pintu ruangan, lalu pergi begitu saja.Deven duduk di sudut sofa. Cahaya lampu tidak menyinari bagiannya, sehingga dia duduk di dalam kegelapan. Ivan yang berdiri di s
"Jangan takut, Pak Gale paling menyayangi wanita." Otis mengambil gelas anggur di meja, lalu menyerahkannya pada Kyra yang sedang memeluk botol anggur. Anggur ini telah dimasukkan obat perangsang. Tiba saatnya nanti, Deven akan meniduri gadis ini. Jika Deven senang dengan jamuan ini, kontrak Otis juga pasti akan sukses. Kalaupun Deven mau buat perhitungan nantinya, tetap saja gadis ini yang akan jadi kambing hitam. Sebab, dia yang akan dituduh telah menaruh obat ke dalam anggur.Kyra meletakkan botol anggur di tangannya. Dia hanya ingin cepat menyelesaikan pekerjaan ini dan keluar dari tempat ini. Kemudian, dia akan mengambil sisa pembayarannya. Ayahnya masih menunggunya di rumah sakit.Setelah menghela napas dan meredam kegelisahan dalam dirinya, Kyra menerima anggur itu dari tangan Otis dan bangkit untuk berdiri. Setelah berlutut cukup lama, lututnya terasa agak kebas dan hampir saja terjatuh.Dengan sepatu hak tinggi ini, Kyra masih harus tetap berusaha memaksakan senyuman dan berja
Sebuah bekas berwarna merah tampak begitu mencolok di mata Deven. Namun hanya dalam sekejap, dia telah mengalihkan pandangannya lagi. Kyra hanya menatapnya dengan diam. Berani-beraninya Deven melakukan hal seperti ini di hadapan orang luar? Benar-benar bajingan!Melihat Kyra yang tidak bereaksi, Deven menoleh ke Otis yang sedang duduk di sofa, "Pak Otis, aku masih ada urusan. Kontraknya nggak jadi ditandatangani."Usai bicara, Deven meletakkan kakinya dan berdiri, lalu berbalik tanpa melihat Kyra sama sekali. Ivan melihat Kyra dengan cemas, tetapi tidak bisa menolongnya. Dia terpaksa mengikuti Deven dengan tatapan yang rumit dari belakang. Ivan benar-benar tidak mengerti, mengapa Deven melakukan semua ini padahal dia sangat memedulikan Kyra.Otis mulai panik. Dia langsung berdiri dan menghalangi Deven. Wajahnya yang gemuk itu tersenyum dengan ramah, "Pak Gale, jangan marah. Cuma mau menari, 'kan? Akan kusuruh dia untuk menari, jangan sampai mengganggu kontrak kita."Deven menghentikan
Pintu ruang privat itu ditutup. Deven berbalik dan kembali duduk di sofa. Kyra memejamkan matanya, lalu mengepalkan tangan untuk menahan amarah dalam hatinya. Dia tidak punya cara lain lagi. Biaya satu miliar telah ditransfer ke ibunya, Kyra tidak bisa mengembalikannya lagi. Lagi pula, saat ini dia memang paling membutuhkan uang. Lantaran sudah terdesak, Kyra terpaksa berbuat nekat."Mau lepas nggak?" tanya Deven dengan tidak sabaran seraya mengambil anggur merah di meja yang diberikan Kyra padanya tadi."Kyra, kenapa kamu berbelit-belit? Pak Deven sudah nggak sabaran lagi, kamu nggak lihat itu? Cepat. Kalau kerjaanmu bagus, aku akan tambah uangnya untukmu," timpal Otis sambil memelototi Kyra.Ivan yang sedang mencengkeram tangan Otis pun menambahkan kekuatannya. Otis kesakitan hingga berteriak, "Aduh!""Ivan, jangan bersikap nggak sopan," ujar Deven dengan nada dingin. Setelah itu, Ivan baru melepaskan tangan Otis dengan tatapan merendahkan.Otis menggosok-gosok tangannya yang memerah
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K