Beranda / Romansa / Pengorbanan Cinta Sang Letnan / Bab. 121. Mas Cemburu, Sayang!

Share

Bab. 121. Mas Cemburu, Sayang!

Penulis: Uci Lurum
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Begitu pulang dinas Rey langsung menuju ke apartemen Alex. Sudah dua hari dia tak dapat menemui Istrinya, selain kuatir pengintai itu masih mengawasi juga karena kesibukannya di Markas.

Sejak tadi dia telah menunggu kepulangan mereka namun belum juga muncul. Dengan tak sabar Rey menelpon nomor sahabatnya itu, tidak diangkat-angkat kesabarannya telah menipis. Dia berdiri memakai kembali baju lorengnya yang dilepas karena kegerahan, bukan karena suhu dari luar tapi suhu dari dalam tubuhnya yang panas. Panas karena membayangkan istrinya sedang berduaan dengan sahabatnya. Rey telah berusaha untuk menepis rasa cemburunya, namun ternyata hatinya tidak sinkron dengan otaknya. Sehingga walaupun dia berusaha untuk memakai logikanya, hatinya tetap menyimpan rasa cemburu.

Dia mengayun langkah hendak meraih tuas tapi terdengar bunyi di balik pintu itu dengan cepat Rey duduk kembali, berpura-pura santai.

Lara dan Alex masuk, lalu kembali menutup pintunya. Mereka belum menyadari kehadiran Rey. Al
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Ati Sumiati
rey bisa cemburu jiga
goodnovel comment avatar
windy
rey ena ena terus sama lara tapi kok blm ada tanda" calon bayi ya
goodnovel comment avatar
Deyssa Yuchan
bru posah 2 hri ya rey udh sgitu rinduny
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 122. Kebahagiaanmu Segalanya

    Alex menatap pasangan suami istri yang menuju padanya. Mereka sudah tampak segar, kelihatan jika baru selesai mandi.Rey melirik meja makan yang tersaji beberapa masakan, sementara Lara masih mematung. Keningnya mengernyit menatap pada Lara yang tengah berdiri diam di tempat. Lara hanya tersenyum sesaat pada Alex tanpa menyapanya."Duduk, Dek." Rey menarik kursi di depan Lara."Aku kira kalian tidak akan keluar lagi, akhirnya rasa lapar juga," ledek Alex."Ayo makan, aku tunggu sampai udah suak, makanya makan duluan," lanjut Alex menyendok suapan terakhirnya. Lalu berdiri mengangkat piring kotornya langsung dicuci bersih, menaruh pada tempatnya."Ayo makan, kenapa malah bengong gitu," ujar Alex sembari melirik pada ponselnya yang bergetar di atas meja makan."Sorry kalian makan aja, aku ke depan angkat telpon dulu.""Duduk Dek, Mas ambilkan piring."Lara duduk di kursi yang bersebelahan dengan kursi yang akan di duduki suaminya.Suasana hening."Kenapa sih Dek, diam aja, kamu nggak en

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 123. Gelisah

    Rey baru saja kembali ke apartemennya setelah bertemu dengan orang yang memberinya misi. Pembicaraan empat mata itu sangat rahasia menentukan langkah yang akan ditempuh oleh Rey selanjutnya. Kemungkinan dia akan melaksanakan misi top secret-nya lagi. Ditugaskan bersama pasukan berikutnya yang akan satgas di daerah konflik. Semuanya tergantung dari pertemuannya dengan Hengky besok di rutan khusus teroris.Rey gelisah dalam tidurnya. Jika benar apa yang mereka duga maka dia akan satgas ke daerah konflik, yang menggangu pikirannya tentu saja istrinya. Lara pasti akan syok dan kuatir dengan penugasannya kali ini, walau ini bukan kali pertama bagi Rey ke daerah itu tapi setelah statusnya berubah menjadi seorang suami, hal yang dirasakan berbeda seperti sebelumnya.Jika sebelumnya dia anteng saja dalam melaksanakan tugasnya, kali ini tidak, dia kuatir dengan reaksi Lara. Apalagi belakangan banyak kasus prajurit yang pulang hanya tinggal nama, tentu saja sangat menggangu pikiran istrinya na

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 124. Ketakutan Rey

    "Lara!" Rey berteriak memanggil istrinya dengan panggilan tak biasa.Terbangun dari mimpi buruknya, dengan napas tersengal, peluh membanjiri tubuhnya. Ternyata dia baru saja mengalami mimpi yang terasa sangat nyata. Meraih ponselnya dengan segera melakukan panggilan ke nomor Lara, tapi sayangnya di luar jangkauan, begitu juga dengan nomor Alex.Rey bangkit menyambar baju dengan gerakan cepat memakainya, lalu manyarung jaketnya. Tak terhitung menit dia telah berada di atas motornya, namun sayangnya kuda besi itu malah mogok kehabisan bahan bakarnya. Tanpa menunggu lama dia langsung berpindah ke mobilnya, melaju membelah kegelapan malam dengan kecepatan tinggi.Rey memelankan laju kendaraannya, saat matanya menangkap cahaya ponsel di dalam sebuah mobil phanter hitam, yang terparkir di bahu jalan depan apartemen Alex. Menghentikannya lalu memarkir di kejauhan.Menunggu beberapa saat, lalu keluar, berjalan menuju gang kecil, Rey berhenti sejenak. Memantau asal cahaya dari mobil tadi sud

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 125. Lara Sakit

    Alex menekan bel berkali-kali, sampai akhirnya wajah Tari yang dingin, muncul dari balik pintu. Terlihat jelas rautnya menyimpan amarah."Masih ingat jalan kemari? kirain udah lupa!" sindir Tari sambil berlalu.Dengan cepat Alex mencekal lengannya, hingga tertarik dan menabrak dadanya. Wajah"Jangan pura-pura lupa, berkali-kali aku nyamperin kamu nggak mau buka pintunya, kamu yang menolakku bukan aku yang tidak datang. Tumben kenapa hari ini mau dibuka pintunya." "Karena aku memang penasaran, dan ingin tau sejauh apa hubungan kalian. Apa kamu tidak memiliki malu dan perasaan bersalah berselingkuh dengan istri sahabat kamu sendiri?"Sorot mata Alex tajam menghujam, kilatan matanya juga memancarkan amarah. "Aku nggak suka pikiran kamu jelek gitu. Kamu boleh berpikir apa saja tentangku tapi jangan berpikir yang tidak-tidak pada Lara.""Segitunya membela dia, sampai aibnya kamu tutupi. Kenapa? Takut aku bilang sama suaminya? Kali ini aku tidak akan diam saja aku akan bongkar semua kebu

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 126. Hamil?

    Rey dengan cepat membopong tubuh Lara menuju kamar, setelah membersihkan mulut dan wajahnya."Udah masuk angin itu, Dek. Ntar, Mas bikinin teh hangat dulu."Bergegas ke dapur dengan was-was karena meninggalkan istrinya sendiri, tidak sampai lima menit sudah kembali dengan segelas teh manis."Habisin, Dek." "Mas ...." Lara terlihat jika ingin mengucapkan sesuatu tapi tidak ada kata yang keluar, isi perutnya bergejolak, matanya berair juga liurnya meningkat."Yah?" Rey menanti. "Minum dulu." Dia mendekatkan gelas ke mulut istrinya, yang diteguknya hingga setengah."Aku seperti nggak bisa cium aroma masakan Mas, jadi eneg, tadi di kantor juga begitu. Mual terus." Lara menggeleng saat terbayang makanan dengan aroma yang seakan masih lekat di rongga penciumannya."Udah Mas bilang jangan telat makan sedikitpun, riwayat lambung nggak bisa sembarangan Dek, selama lambungnya dijaga kamu baik-baik saja, jangan terlalu banyak mikir juga." Masih mengelus pundak Lara mengusir rasa yang membuatn

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 127. Kelakuan aneh Lara

    "Mas." Lara menyerahkan hasil testnya, dengan raut sedih. Kening Rey mengerut melihat hasilnya."Ini maksudnya gimana, Dek?" tanya Rey sambil membolak-balik benda itu, lalu kembali mengamati garis merah yang tertera."Garis satu, artinya negatif Mas," suara Lara parau."Ini satu apa dua, Dek?" tanya Rey lagi, kerutan di dahinya semakin dalam."Sepertinya satu Mas, tuh yang paling jelas hanya satu.""Satu yah? Kok seperti dua gitu, kalo samar gitu bukan ya? Tapi ya udah nggak papa juga jika belum." Hibur Rey yang melihat kesedihan di wajah Lara. Rey menjadi kalang kabut ketika Lara tiba-tiba menangis, tangisannya semakin menjadi."Nggak papa kok Dek, kenapa sampai sedih gitu?" tanya Rey heran."Kemarin Mas sudah seneng banget, padahal hanya Zonk." Lara terisak sambil menutup wajah dengan kedua tangannya."Beneran nggak papa kok, kenapa harus sampai nangis gitu?""Aku sedih sekali, Mas." tangis Lara belum juga reda."Kenapa harus sedih sampai nangis segala, Dek, itu bukan kemauan kita

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 128. Kesedihan Yang Mendalam

    Rey memijit-mijit tengkuk istrinya, sudah dua hari belakangan Lara mengalami morning sicknees parah. "Dek, udah?" tanya Rey dengan wajah kuatir dan kasihan.Lara mengangguk lemah, wajahnya pucat, dan kuyu. Dengan berjalan tertatih sambil memegang perutnya yang teraduk-aduk, di tuntun oleh Rey ke ranjang."Apa kamu opname di rumah sakit aja ya, Mas kuatir sama kamu.""Jangan Mas, aku lebih nyaman di rumah, nggak suka bau obat."Rey menghela napasnya sambil menyatukan rambut Lara dan mengikatnya."Maafin Mas, karna Mas kamu jadi begini.""Kok maaf sih?" Kening Lara Mengeryit, wajah bersalah Rey tergambar dengan jelas. "Demi hamil anak Mas kamu sampai lemas gini tiap hari.""Hal yang wajar Mas, kakak dulu juga seperti gini. Aku suka kok, aku bahagia, jika dikasih sepuluh pun aku nggak nolak," ujar Lara berusaha menunjukkan pada Rey jika dia baik-baik saja.Rey mengacak-ngacak rambut Lara dengan haru."Kalo lihat kamu seperti gini, Mas jadi nggak tega, Dek." Rey ikut duduk di tepi ran

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 129. Mencekam

    Rey telah berada di tempat Satgasnya setelah melewati perjalanan panjang dengan KRI yang memuat 500 personil dan logistik yang dibutuhkan.Sudah seminggu Rey belum sempat melakukan VC dengan Lara. Hanya mengirim chat jika dia telah berada di daerah yang menjadi tempat tugasnya. Dia langsung melakukan misinya untuk melacak keberadaan lokasi para penyelundup senjata yang diberitahukan oleh Hengky juga membantu mengevakuasi para korban dari titik konflik, sehingga tidak ada waktu baginya untuk sekedar menelpon istrinya.Malam menjelang ketika Rey melakukan panggilan pertamanya di tempat yang baru seminggu ditinggali.[Maasss!] Lara menjerit begitu melihat wajah Rey.[Mas keterlaluan sekali masa baru call aku sekarang Mas!]Rey menatap haru, semua letihnya lenyap seketika. Mendengar suara wanita kesayangannya itu, sudah cukup mengobati kerinduannya.[Apa kabar, Dek? Gimana keadaanmu, bagaimana anak kita?] balas Rey dengan lembut, dengan tatapan penuh kerinduan.Lara termangu.[Ba-baik Mas,

Bab terbaru

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 148. Rencana Hengky

    Hengky memencet nomor yang ditujunya, hendak melakukan panggilan kepada seseorang yang sangat penting baginya. Orang yang saat ini menjadi satu-satunya orang kepercayaannya, yang akan menyelamatkan dirinya dan keluarganya.[Bagaimana keadaannya? Apakah dia sudah melewati masa kritisnya?] tanya Hengky pada seseorang di seberang sana dengan raut kuatir.[Sudah tuan Hengky. Masa kritisnya telah lewat cuma sampai saat ini belum sadarkan diri.][Tidak mengapa, yang terpenting dia sudah melewati masa kritisnya. Lakukan pelayanan yang terbaik. Apapun itu, lakukanlah saya tidak ingin kehilangan dia.][Bagaimana jika dia siuman dan ingin kembali lagi ke Indonesia?][Saya tidak ingin dia kembali lagi ke sini. Jika kita tidak menyelamatkan dia, tentu saja saat ini dia sudah tiada. Mereka semua pengkhianat, karna itu kedua orang tuanya tiada. Saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.][Dia orang yang berdedikasi pasti akan kembali pada negara dan keluarganya.][Kamu tidak usah kuatir, ha

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 147. Cinta Yang Tak Pernah Hilang

    "Aku punya rahasia," bisik Lara.Alis tebal Alex tertaut, dengan wajah penuh tanya."Kamu ingin tau?"Alex mengganguk ragu."Mereka akan mengambil anak-anakku," bisik Lara tepat di telinga Alex."Jika aku bersedih mereka akan mengambil anak-anakku," ulang Lara dengan wajah serius."Jangan bilang-bilang sama mereka jika aku hanya berpura-pura bahagia, agar mereka tidak mengambil anak-anakku.""Janji kamu tidak akan memberitahu siapapun ya?"Alex mengganguk seperti orang kehilangan akal. Dengan mata lekat pada dua netra bening yang berselimut duka."Mereka siapa?""Dokter dan suster.""Dokter dan suster?""Ssttt ... jangan keras-keras, nanti kedengaran." Mata Lara melebar dengan telunjuk di bibirnya, seolah pembicaraan mereka sangat rahasia dan tidak boleh ada yang mendengarnya. Dengan mata melirik kiri kanan, kuatir ada orang lain di sekitar mereka.Alex menegakkan badannya bersandar di kursi, mengurut-ngurut pelipisnya yang berdenyut nyeri. Dia bingung dengan tingkah Lara yang ambigu,

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 146. Duka Lara

    "A-apa ini kamu, Bang?" tanya Alex sangsi, ketika melihat tubuh yang terbujur kaku dengan seragam kebanggaannya.Saat ini Alex sedang berdiri di depan peti jenasah, yang telah berada di rumah Lara. Baru saja ibadah penutupan untuk selanjutnya akan mengantar jenasah menuju tempat peristirahatannya yang terakhir.Alex yang penasaran mencoba membuka penutup benda yang terbuat dari kayu jati itu dengan ukiran di tiap sisinya. Namun tidak bisa, memang sudah didesain demikian agar tidak lagi bisa terbuka, harus membuka memakai kunci khusus. Alex hanya dapat melihat tanpa menyentuhnya, penutupnya terdiri dari dua lapisan. lapisan teratas terbuat dari kayu yang melindungi lapisan bawahnya yang terbuat dari kaca tapi hanya sebagian saja, dari batas dada ke atas kepala."I-ini bukan kamu, Bang! Aku tau ini bukan kamu." Alex menggeleng tak percaya, karena wajah itu tak dikenalinya. Sudah tak utuh, dan ada perban yang menutupi sebagian wajahnya. Mungkin untuk menutupi agar terlihat lebih baik

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 145. Tingkah Aneh Lara

    Metha berdiri berusaha menenangkan putrinya, namun kedua kakinya pun melemah, hingga sempoyongan, mencengkram piggiran ranjang. Bibi Sri panik, cepat-cepat membantu Metha."Maaass, sakiiit!" lengking Lara dengan kedua tangan masih memegang perutnya, wajahnya terlihat menahan kesakitan yang luar biasa."Dokter, suster!" teriak Bi Sri sekuat-kuatnya, tidak peduli jika itu akan mengganggu pasien lainnya. Memperbaiki duduk Metha lalu menuju tombol menekannya berulang-ulang. Kembali menahan tubuh Metha jangan sampai terjatuh. Metha berusaha mempertahankan dirinya sendiri, kesadarannya hampir hilang, namun kekuatiran pada putrinya membuatnya berusaha untuk tetap sadar."Tolong!"Merasa tidak ada yang mendengar, Bi Sri berlari menuju pintu."Tolooong. Dokter, Suster!"Suara Bi Sri menggema di koridor yang sunyi itu. Memancing gerakan dari orang sekitarnya yang langsung keluar dari ruangan masing-masing. Beberapa orang sudah menuju ruangan Lara lalu berusaha menenangkan Lara dan Metha. Seba

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 144. Lara Syok

    Lara terbangun, melirik ke arah Metha dan kedua kakak perempuannya di samping. Dia tidak tahu jika ayahnya dan Alex sudah menuju bandara untuk penyambutan dan penyerahan jenasah. Sebentar kedua kakaknya akan ikut serta juga, tentunya secara diam-diam tanpa diketahui oleh Lara."Mi, apa belum dapat ponsel Dedek, Mi?" tanya Lara pada Metha yang sedang sibuk menyiapkan sarapannya.Metha menjadi panik mendapat pertanyaan seperti itu lagi dari Lara. Sebelumnya mereka selalu beralasan jika ponselnya belum ditemukan. Sekarang akan tampak mencurigakan bila mengatakan hal itu lagi. Alex sudah menyarankan jika sebaiknya ponselnya diberikan. Sama juga, jika Lara hubungi suaminya, tidak akan tersambung, karena sejak hari itu ponsel Rey tidak aktif lagi.Metha melirik pada kedua saudara Lara yang juga tampak bingung. Kebohongan apalagi yang harus mereka buat untuk menutupi semua itu."Sebentar, Bik Sri akan bawakan, katanya sudah ketemu Dek." Metha mengambil ponselnya, mengirim pesan untuk Bi S

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 143. Rey?

    Kenapa kamu mencintaiku," tanya Alex tiba-tiba.Tari menoleh ke arah Alex dengan mimik heran. Tidak biasanya Alex menanyakan hal itu."Kenapa aku mencintaimu?" Tari mengulangi pertanyaan Alex."Iya, kenapa kamu mencintaiku?""A-aku ... apa aku harus menjawabnya?""Aku bertanya karna ingin mendengar jawabannya,tentu saja kamu harus menjawabnya.""Aku .... "Alex mengangkat keningnya menanti jawaban Tari. Tatapannya menghanyutkan. Semua wanita yang melihatnya akan terhanyut dalam pesonanya. Satu-satunya wanita yang tidak terseret dalam arusnya hanya Lara, karena dia telah memiliki Rey. Namun kini Rey telah pergi, menciptakan ketakutan tersendiri bagi Tari."Karena sejak awal aku menyukaimu. Semakin hari semakin dalam, bukan sekedar menyukai ... tapi sudah sangat mencintaimu, dan ... hatiku tidak bisa berpaling pada yang lain." Kedua pasang netra mereka saling memindai."Kenapa tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?" lanjut Tari.Alex berjalan mendekat. Serta merta membawa Tari dalam p

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 142. Harapan Yang Sirna

    Tangan Alex menggenggam erat ponselnya hingga jari tangannya memutih. Dia baru saja menerima kabar jika jasat Rey telah ditemukan, bersama ketiga jasad lainnya.Sudah lima hari sejak penyambutan dua jenasah yang diterbangkan duluan. Hari ini baru mereka memberi kabar jika jenasah akan diterbangkan setelah melakukan persiapan di sana. Sesegera mungkin, paling terlambat besok, karena kondisi jasad yang tidak memungkinkan lagi untuk bertahan lebih lama.Dunia Alex kembali hancur, sangat terasa lebih hancur dari sebelumnya. Setelah berangan-angan ada sedikit harapan dengan belum ditemukan jasad Rey, masih ada asa saat itu. Berharap Rey berada di suatu tempat dengan nyawa yang masih berada di badannya. Ternyata itu hanya harapan kosong. Rey telah pergi, semuanya sirna sudah.Bagaimana dengan Lara dan kembarnya, bagaimana dengan amanat yang Rey tinggalkan tiap kali dia pergi satgas, bagaimana dengan Tari? Semua itu berkecamuk dalam pikiran Alex."Kenapa kamu menempatkan aku dalam posis

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 141. Kembalilah Rey

    "Aku mau mengecek persiapan penyambutan Jenasah. Setelah urusanku beres kita akan membahasnya.""Kamu tidak berubah pikirankan, Lex?" Mata Tari yang berkaca-kaca mulai menciptakan kristal. Dia ingin segera mendapat jawaban Alex agar hatinya tenang.Alex menoleh ke dalam, Lara masih terlelap. Meraup wajahnya lalu berpaling ke arah Tari. Sesaat dia bimbang, lalu kemudian menarik Tari dalam pelukkannya."Kasih aku waktu dua hari ini, untuk mengurus segalanya. Setelah itu kita bertemu."Tari mengganguk terpaksa."A-aku .... Aku takut kamu berubah pikiran." Kristal bening itu luruh begitu saja. Alex trenyuh menatap Tari, diusap pelan butiran yang mengalir. Dia telah memiliki impian untuk menghabiskan masa tua bersamanya. Ruang hatinya hampir terisi penuh oleh Tari."Kamu pake apa ke sini.""Taksi. Kamu tau mobilku ada di bengkel. Tidak mungkin aku pake motor, karna kamu pasti marah."Tari pernah dua kali kecelakaan dengan motor hingga tulangnya patah, karena balapan. Hal yang disukainya du

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 140. Harus Kuat

    [Aku lagi di rumah sakit, sedang menjaga Lara.] Tari dengan cepat membaca pesan Alex yang masuk. Saat tahu jika orang yang melamarnya sedang bersama wanita idamannya, hati Tari menjadi tak karuan. Apalagi dia baru saja mengetahui kabar gugurnya Rey dari ayahnya. Tari semakin tak tenang saat nomor Alex tak lagi aktif.Tari mencoba tidak berpikir berlebihan. Hal yang wajar jika Alex ada di rumah sakit karena istri sahabatnya pasti syok, mendengar berita suaminya. Apalagi saat ini sedang hamil. Tari ingin memahami hal itu, namun sisi dirinya yang lain sangat kuatir. Kini tidak ada halangan lagi bagi Alex jika dia ingin meraih hati Lara.Tadinya Tari ingin menanyakan berita tentang Rey, dia akan membahas hal itu setelah mereka bertemu namun rupanya sudah terjawab, Lara berada di rumah sakit pasti karena berita itu. Tari memukul-mukul pelan kepalanya berulang kali."Kenapa kamu masih memikirkan hal konyol seperti itu, sudah jelas-jelas akan menikah kenapa masih cemburu juga." Tari beru

DMCA.com Protection Status