Share

Bab 109. Obat penenang

Penulis: Uci Lurum
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lara kaget bangun saat mendengar suara musik yang menghentak, walau tidak begitu kuat tapi nyatanya mampu mengembalikan dia pada dunia nyata. Dia mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan yang tampak berbeda dengan kamar mereka, lalu menyadari jika masih berada di tempat Alex.

"Mas!" Lara menggoyangkan tangan Rey yang membelit tubuhnya.

"Hhmm."

"Mas bangun Mas, ini udah malam."

"Kita nginap aja di sini, sayang."

"Tapi ...."

Rey kembali meraih pinggang Lara dan memeluknya dengan erat.

"Sangat nyaman meluk kamu, sayang," bisik Rey mesra di telinga Lara dengan suaranya yang serak.

"Iya, Mas tapi ...." bibir Lara dipagut lembut oleh Rey.

"Kamu lapar?" Rey langsung bangun saat teringat mereka belum makan seharian.

"Bukan itu Mas, nggak enak di tempat Alex kita malah ngurung diri seharian di kamar aja."

"Nggak papa, hanya Alex. Dia ngerti kok, masih pengantin baru."

"Malu Mas, dia tau kita lagi ngapain aja seharian di sini" Lara sudah tau tengilnya Alex gimana.

Rey terkekeh.

"Kita mandi dul
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Ati Sumiati
cemburublagi aja si tari
goodnovel comment avatar
windy
tari ngambeknya bakal lama gak ya
goodnovel comment avatar
Mustika Yulianti
sosweet baget sih si rey bikin salah paham terus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 110. Masih teka-teki

    Lara membantu mengancingkan kancing baju dinas yang sedang dikenakan suaminya hingga selesai. Rey menarik kedua tangan Lara lalu menciumnya dengan mesra."Jika sempat Mas akan balik jemput kamu, tapi kalau nggak, kamu ngantor sendiri nggak papa kan? Banyak yang harus Mas selesaikan hari ini.""Nggak papa kok Mas, biasanya juga sendiri."Lara menjauhkan dirinya lalu menatap suaminya dengan seksama dari ujung kepala sampai kaki. Rey tampak gagah dalam balutan seragam loreng darah mengalir, dengan sepatu lengkap, dan baret merahnya. Tubuhnya terlihat jangkung dan tegap, sangat berkharisma."Seganteng ini kah suamiku," tutur Lara speechless dengan penampilan suaminya.Rey tersenyum menarik Lara dalam pelukannya."Secantik ini kah istri Mas, walaupun belum mandi.""Ihh, ngeledek ya." Lara mencubit gemas pinggang Rey. "Siapa yang ngeledek sih, emang bener kok, belum mandi aja secantik ini apalagi kalau sudah mandi, beuhh nggak ada duanya, bikin Mas nggak bisa berpaling." "Dasar gombal!" W

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 111. Siapa lelaki itu?

    Lara agak kesulitan saat menempelkan kartu di pintu karena barang belanjaan yang agak banyak di tangannya, lalu mendorong dengan kakinya. Dia baru saja pulang kantor langsung berbelanja keperluan di dapur yang berkurang. Begitu jam pulang, langsung dia bergegas, karena kuatir keduluan oleh suaminya.Dalam pikirannya jika Rey pulang lebih dulu, pasti suaminya itu yang akan menyiapkan makanan untuk mereka, Lara tidak ingin itu terjadi. Sekali-kali dia ingin berfungsi sebagai seorang istri yang melayani suaminya.Hari ini dia mau memasak makanan kesukaan suaminya. Dua jam telah berlalu, makanan telah terhidang namun suaminya belum juga pulang, langit sudah memerah, senja mulai mengukir keindahannya. Seindah harapan Lara untuk bersanding dengan suaminya menikmati senja.Lara mengeringkan rambutnya yang masih basah, dia baru saja selesai mandi. Semua telah dikerjakan, dari masak sampai membereskan rumah. Waktu terasa begitu lambat bergerak di saat menanti sang suami yang belum juga pulang

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan    Bab 112. Sentuh aku, Mas.

    "Kamu yakin Angela sedang digendong oleh ayah Mas""Maksudnya?" Wajah Lara penuh tanda tanya."Kenapa kamu yakin jika itu ayah Mas?""Memangnya itu bukan ayah Mas?" Lara balik bertanya dengan raut bingung."Mas meminta pendapatmu, ketika melihat foto itu kenapa kamu yakin jika itu ayah Mas.""Yaa ... Karena jelas sekali kalian begitu mirip, Mas lebih mirip sama ayah Mas. Apa wanita itu ibu Mas?"Rey tertegun mendengar pertanyaan Lara."Menurut kamu wanita itu ibu Mas?"Lara menekuk wajahnya dengan bibir manyun, tanda jika dia sedang berpikir keras. Rey menarik tangan Lara hingga mereka terduduk di sofa."Maksudnya gimana sih? Ibu di foto ini bukan ibu Angela yang ada di Bali saat ini atau gimana, aku nggak ngerti Mas.""Ibu dan lelaki itu tidak pernah Mas lihat. Yang ada di Bali sekarang bukan mereka. Lelaki ini yang ada di Bali," tunjuk Rey pada Hengky yang sedang menggendongnya."Terus kenapa Mas bisa bilang jika orang itu Ayah Mas?" tanya Lara semakin tak mengerti."Mas yang menyim

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 113. Tingkah Nakal

    Lara bangun pagi-pagi sekali. Dia tidak mau keduluan oleh suaminya untuk menyiapkan sarapan mereka. Kebiasaan Rey selalu sarapan pakai nasi. Wajar, karena aktifitas Rey membutuhkan energi yang besar, jadi sekalian makan pagi agar kegiatannya tidak terganggu.Lara menghidangkan nasi goreng spesial dengan telur ceplok, udang ebi segar, dan beberapa potong irisan tomat dan ketimun, kesukaan Rey. Tak lupa sambal, di tiap menu apapun itu sambal selalu ada. Rey penyuka makanan pedas tapi sejak dengan Lara untuk masakan tidak pernah pedas karena Rey tahu jika Lara tidak bisa memakan yang pedas, makanya selalu dibuatkan sambal.Lara kembali memperhatikan tatanan pelengkapnya, memiringkan kepalanya dari sisi kiri lalu kembali menatapnya dari sisi kanan, memastikan jika tatanan di atas nasi gorengnya terlihat menarik dan menggugah selerah. Dia memperbaiki letak tomat yang dirasa kurang tepat. Kembali jongkok dan mengamatinya lagi, entah sudah berapa kali dia mengotak-atik posisi tomat dan ket

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 114. Seindah Senja

    Sejak tadi Rey sudah merasa ada yang janggal dengan sikap Angela."Aku sudah menemukan lelaki impianku, dan itu adalah dirimu, Kak Charlie.""Apa kamu sudah tidak waras Angela, aku kakakmu!" "Iya kamu memang kakakku. Kakak yang akan menjagaku seumur hidupku, kakak yang bertanggung jawab atas diriku. Bukan begitu Kak Charlie.""Tentu saja aku akan menjagamu, sebagai seorang Kakak." Urat wajah Rey mengendur setelah tadi menegang saat manangkap maksud yang lain dari kata-kata Angela."Kakak sekaligus seorang suami, aku ingin kita menikah secepatnya."Rey ternganga baru saja dia merasa bersalah karena menyangka yang tidak-tidak tentang Angela. Namun kata-kata Angela barusan nyatanya menguatkan perkiraannya, jika Angela memang tidak waras."Ada apa denganmu. Kamu benar-benar tidak waras, kita saudara tidak mungkin menikah.""Tidak mungkin bagaimana, kamu bukan kakak kandungku, kita lahir dari rahim yang berbeda," tukas Angela dengan mimik heran."Ja-jadi kita bukan saudara? Artinya merek

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 115. Kerinduan Beda Alam

    Rey berada di salah satu kamar hotel di Bali. Dengan penampilan yang berbeda, jambang dan kumis tipis menghiasi wajahnya dia sedang menyamar menjadi seorang kolega bisnis Hengky yang akan meeting dengannya. Tidak lagi muncul sebagai Devin.Rey mulai menemukan titik terang. Sengaja muncul sebagai orang lain karena dia menganalisa jika Hengky sedang dalam pengawasan, bila Hengky adalah sahabat ayahnya pasti berada dipihaknya. Rey yakin Hengky sengaja memberikan bukti itu dan Hengky tentunya tahu jika bukti itu sudah tidak berada lagi dalam brangkasnya. Padahal dia sendiri tahu konsekuensinya, dengan adanya bukti itu dia akan mendekam dalam penjara. Sama saja dengan menggali kubur untuk dirinya sendiri. Tentunya ada sesuatu hal yang luar biasa sehingga seseorang berniat memenjarakan dirinya sendiri. Dari hal itu Rey dapat menyimpulkan jika Hengky dalam tekanan dan sedang diawasi. Bel pintunya berbunyi, Rey yakin jika Hengky yang datang, dia segera membuka pintunya.Begitu Hengky masuk

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 116. Godaan Pelipur Lara

    "Mas yakin jika mereka benar telah tiada?" tanya Lara mengharapkan ada kemungkinan yang lain.Rey berdiri menuju meja rias lalu menarik kursi kecil membawa dan mendudukinya di depan istrinya yang masih terduduk di tepi ranjang. Dia tidak langsung duduk di samping istrinya karena dari perjalanan jauh yang tentu tubuhnya masih kotor."Mas udah mengecek dan memastikan jika mereka memang orang tua Mas. Kedua orang yang kamu duga adalah ayah dan ibuku di foto itu, memang mereka orang tua Mas.""Ya Tuhan, jadi mereka telah tiada?" Rey mengangguk."Mereka tewas di hari yang sama," suara Rey pelan hampir tak terdengar.Mata Lara membulat."Mereka kecelakaan?" Rey menggeleng."Kemungkinan mereka di bunuh.""A-apa Mas! Dibunuh?!"Mata indah Lara melotot tak percaya."Iya.""Ya Tuhan." Lara menutup mulut dengan kedua tangannya. Hatinya meringis, ada yang tersayat di dalam sana.Pantas suaminya begitu bersedih. Wajahnya semakin kusut dan kuyu, Lara turut sedih melihat hal itu, Rey yang selalu te

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab. 117. Curahan Hati

    Rey menatap Lara yang masih tertidur lelap, wajahnya begitu damai. Sejak tadi Rey sudah bangun, namun enggan beranjak, masih subuh memang. Dengan menopang kepalanya sambil berbaring miring, menikmati wajah istrinya yang tak terusik sama sekali. Padahal sejak tadi Rey sudah mencium dan mengganggunya namun tak terusik sama sekali."Capek sekali ya, sayang?" Rey memijit bahu hingga punggung istrinya.Senyum tersungging di sudut bibirnya, mengingat tingkah Lara semalam. Berusaha mendominasi permainan mereka, walaupun belum mahir dan agak kaku tapi tetap mengesankan bagi Rey."Makasi sayang, kamu berusaha menghibur Mas, secinta itu kamu sama Mas sampai paksakan dirimu tapi jujur Mas sangat menyukainya. Kamu begitu menggoda dan menggairahkan semalam." Rey menempelkan mulutnya di telinga Lara sambil berbisik, mendaratkan kecupan kecil di sana.Hal itu membuat Lara terbangun namun tetap mempertahankan posisinya, pura-pura tidur.Rey kembali ke posisi semula dengan menopang kepala sambil be

Bab terbaru

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 148. Rencana Hengky

    Hengky memencet nomor yang ditujunya, hendak melakukan panggilan kepada seseorang yang sangat penting baginya. Orang yang saat ini menjadi satu-satunya orang kepercayaannya, yang akan menyelamatkan dirinya dan keluarganya.[Bagaimana keadaannya? Apakah dia sudah melewati masa kritisnya?] tanya Hengky pada seseorang di seberang sana dengan raut kuatir.[Sudah tuan Hengky. Masa kritisnya telah lewat cuma sampai saat ini belum sadarkan diri.][Tidak mengapa, yang terpenting dia sudah melewati masa kritisnya. Lakukan pelayanan yang terbaik. Apapun itu, lakukanlah saya tidak ingin kehilangan dia.][Bagaimana jika dia siuman dan ingin kembali lagi ke Indonesia?][Saya tidak ingin dia kembali lagi ke sini. Jika kita tidak menyelamatkan dia, tentu saja saat ini dia sudah tiada. Mereka semua pengkhianat, karna itu kedua orang tuanya tiada. Saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.][Dia orang yang berdedikasi pasti akan kembali pada negara dan keluarganya.][Kamu tidak usah kuatir, ha

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 147. Cinta Yang Tak Pernah Hilang

    "Aku punya rahasia," bisik Lara.Alis tebal Alex tertaut, dengan wajah penuh tanya."Kamu ingin tau?"Alex mengganguk ragu."Mereka akan mengambil anak-anakku," bisik Lara tepat di telinga Alex."Jika aku bersedih mereka akan mengambil anak-anakku," ulang Lara dengan wajah serius."Jangan bilang-bilang sama mereka jika aku hanya berpura-pura bahagia, agar mereka tidak mengambil anak-anakku.""Janji kamu tidak akan memberitahu siapapun ya?"Alex mengganguk seperti orang kehilangan akal. Dengan mata lekat pada dua netra bening yang berselimut duka."Mereka siapa?""Dokter dan suster.""Dokter dan suster?""Ssttt ... jangan keras-keras, nanti kedengaran." Mata Lara melebar dengan telunjuk di bibirnya, seolah pembicaraan mereka sangat rahasia dan tidak boleh ada yang mendengarnya. Dengan mata melirik kiri kanan, kuatir ada orang lain di sekitar mereka.Alex menegakkan badannya bersandar di kursi, mengurut-ngurut pelipisnya yang berdenyut nyeri. Dia bingung dengan tingkah Lara yang ambigu,

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 146. Duka Lara

    "A-apa ini kamu, Bang?" tanya Alex sangsi, ketika melihat tubuh yang terbujur kaku dengan seragam kebanggaannya.Saat ini Alex sedang berdiri di depan peti jenasah, yang telah berada di rumah Lara. Baru saja ibadah penutupan untuk selanjutnya akan mengantar jenasah menuju tempat peristirahatannya yang terakhir.Alex yang penasaran mencoba membuka penutup benda yang terbuat dari kayu jati itu dengan ukiran di tiap sisinya. Namun tidak bisa, memang sudah didesain demikian agar tidak lagi bisa terbuka, harus membuka memakai kunci khusus. Alex hanya dapat melihat tanpa menyentuhnya, penutupnya terdiri dari dua lapisan. lapisan teratas terbuat dari kayu yang melindungi lapisan bawahnya yang terbuat dari kaca tapi hanya sebagian saja, dari batas dada ke atas kepala."I-ini bukan kamu, Bang! Aku tau ini bukan kamu." Alex menggeleng tak percaya, karena wajah itu tak dikenalinya. Sudah tak utuh, dan ada perban yang menutupi sebagian wajahnya. Mungkin untuk menutupi agar terlihat lebih baik

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 145. Tingkah Aneh Lara

    Metha berdiri berusaha menenangkan putrinya, namun kedua kakinya pun melemah, hingga sempoyongan, mencengkram piggiran ranjang. Bibi Sri panik, cepat-cepat membantu Metha."Maaass, sakiiit!" lengking Lara dengan kedua tangan masih memegang perutnya, wajahnya terlihat menahan kesakitan yang luar biasa."Dokter, suster!" teriak Bi Sri sekuat-kuatnya, tidak peduli jika itu akan mengganggu pasien lainnya. Memperbaiki duduk Metha lalu menuju tombol menekannya berulang-ulang. Kembali menahan tubuh Metha jangan sampai terjatuh. Metha berusaha mempertahankan dirinya sendiri, kesadarannya hampir hilang, namun kekuatiran pada putrinya membuatnya berusaha untuk tetap sadar."Tolong!"Merasa tidak ada yang mendengar, Bi Sri berlari menuju pintu."Tolooong. Dokter, Suster!"Suara Bi Sri menggema di koridor yang sunyi itu. Memancing gerakan dari orang sekitarnya yang langsung keluar dari ruangan masing-masing. Beberapa orang sudah menuju ruangan Lara lalu berusaha menenangkan Lara dan Metha. Seba

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 144. Lara Syok

    Lara terbangun, melirik ke arah Metha dan kedua kakak perempuannya di samping. Dia tidak tahu jika ayahnya dan Alex sudah menuju bandara untuk penyambutan dan penyerahan jenasah. Sebentar kedua kakaknya akan ikut serta juga, tentunya secara diam-diam tanpa diketahui oleh Lara."Mi, apa belum dapat ponsel Dedek, Mi?" tanya Lara pada Metha yang sedang sibuk menyiapkan sarapannya.Metha menjadi panik mendapat pertanyaan seperti itu lagi dari Lara. Sebelumnya mereka selalu beralasan jika ponselnya belum ditemukan. Sekarang akan tampak mencurigakan bila mengatakan hal itu lagi. Alex sudah menyarankan jika sebaiknya ponselnya diberikan. Sama juga, jika Lara hubungi suaminya, tidak akan tersambung, karena sejak hari itu ponsel Rey tidak aktif lagi.Metha melirik pada kedua saudara Lara yang juga tampak bingung. Kebohongan apalagi yang harus mereka buat untuk menutupi semua itu."Sebentar, Bik Sri akan bawakan, katanya sudah ketemu Dek." Metha mengambil ponselnya, mengirim pesan untuk Bi S

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 143. Rey?

    Kenapa kamu mencintaiku," tanya Alex tiba-tiba.Tari menoleh ke arah Alex dengan mimik heran. Tidak biasanya Alex menanyakan hal itu."Kenapa aku mencintaimu?" Tari mengulangi pertanyaan Alex."Iya, kenapa kamu mencintaiku?""A-aku ... apa aku harus menjawabnya?""Aku bertanya karna ingin mendengar jawabannya,tentu saja kamu harus menjawabnya.""Aku .... "Alex mengangkat keningnya menanti jawaban Tari. Tatapannya menghanyutkan. Semua wanita yang melihatnya akan terhanyut dalam pesonanya. Satu-satunya wanita yang tidak terseret dalam arusnya hanya Lara, karena dia telah memiliki Rey. Namun kini Rey telah pergi, menciptakan ketakutan tersendiri bagi Tari."Karena sejak awal aku menyukaimu. Semakin hari semakin dalam, bukan sekedar menyukai ... tapi sudah sangat mencintaimu, dan ... hatiku tidak bisa berpaling pada yang lain." Kedua pasang netra mereka saling memindai."Kenapa tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?" lanjut Tari.Alex berjalan mendekat. Serta merta membawa Tari dalam p

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 142. Harapan Yang Sirna

    Tangan Alex menggenggam erat ponselnya hingga jari tangannya memutih. Dia baru saja menerima kabar jika jasat Rey telah ditemukan, bersama ketiga jasad lainnya.Sudah lima hari sejak penyambutan dua jenasah yang diterbangkan duluan. Hari ini baru mereka memberi kabar jika jenasah akan diterbangkan setelah melakukan persiapan di sana. Sesegera mungkin, paling terlambat besok, karena kondisi jasad yang tidak memungkinkan lagi untuk bertahan lebih lama.Dunia Alex kembali hancur, sangat terasa lebih hancur dari sebelumnya. Setelah berangan-angan ada sedikit harapan dengan belum ditemukan jasad Rey, masih ada asa saat itu. Berharap Rey berada di suatu tempat dengan nyawa yang masih berada di badannya. Ternyata itu hanya harapan kosong. Rey telah pergi, semuanya sirna sudah.Bagaimana dengan Lara dan kembarnya, bagaimana dengan amanat yang Rey tinggalkan tiap kali dia pergi satgas, bagaimana dengan Tari? Semua itu berkecamuk dalam pikiran Alex."Kenapa kamu menempatkan aku dalam posis

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 141. Kembalilah Rey

    "Aku mau mengecek persiapan penyambutan Jenasah. Setelah urusanku beres kita akan membahasnya.""Kamu tidak berubah pikirankan, Lex?" Mata Tari yang berkaca-kaca mulai menciptakan kristal. Dia ingin segera mendapat jawaban Alex agar hatinya tenang.Alex menoleh ke dalam, Lara masih terlelap. Meraup wajahnya lalu berpaling ke arah Tari. Sesaat dia bimbang, lalu kemudian menarik Tari dalam pelukkannya."Kasih aku waktu dua hari ini, untuk mengurus segalanya. Setelah itu kita bertemu."Tari mengganguk terpaksa."A-aku .... Aku takut kamu berubah pikiran." Kristal bening itu luruh begitu saja. Alex trenyuh menatap Tari, diusap pelan butiran yang mengalir. Dia telah memiliki impian untuk menghabiskan masa tua bersamanya. Ruang hatinya hampir terisi penuh oleh Tari."Kamu pake apa ke sini.""Taksi. Kamu tau mobilku ada di bengkel. Tidak mungkin aku pake motor, karna kamu pasti marah."Tari pernah dua kali kecelakaan dengan motor hingga tulangnya patah, karena balapan. Hal yang disukainya du

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 140. Harus Kuat

    [Aku lagi di rumah sakit, sedang menjaga Lara.] Tari dengan cepat membaca pesan Alex yang masuk. Saat tahu jika orang yang melamarnya sedang bersama wanita idamannya, hati Tari menjadi tak karuan. Apalagi dia baru saja mengetahui kabar gugurnya Rey dari ayahnya. Tari semakin tak tenang saat nomor Alex tak lagi aktif.Tari mencoba tidak berpikir berlebihan. Hal yang wajar jika Alex ada di rumah sakit karena istri sahabatnya pasti syok, mendengar berita suaminya. Apalagi saat ini sedang hamil. Tari ingin memahami hal itu, namun sisi dirinya yang lain sangat kuatir. Kini tidak ada halangan lagi bagi Alex jika dia ingin meraih hati Lara.Tadinya Tari ingin menanyakan berita tentang Rey, dia akan membahas hal itu setelah mereka bertemu namun rupanya sudah terjawab, Lara berada di rumah sakit pasti karena berita itu. Tari memukul-mukul pelan kepalanya berulang kali."Kenapa kamu masih memikirkan hal konyol seperti itu, sudah jelas-jelas akan menikah kenapa masih cemburu juga." Tari beru

DMCA.com Protection Status