Share

Bab 3

Penulis: Gazala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-27 10:13:13
Hari-hari penuh tekanan itu terus berlanjut selama dua hari. Aku dan Kevin masih belum menunjukkan tanda-tanda berbaikan, karena dia sering pulang larut malam saat aku sudah tertidur.

Kamis sore menjelang jam pulang, Lorenzo mengatakan ada klien perusahaan yang perlu kutemui. Namun, ketika aku sampai di restoran yang dimaksud, tidak ada klien sama sekali. Yang kutemui hanyalah Lorenzo yang berpakaian santai berdiri di sana sambil tersenyum lebar menungguku.

"Pak Lorenzo, bukannya saya datang untuk menemui klien?" tanyaku dengan nada sedikit kesal.

"Jenna, jangan terburu-buru. Duduk dulu," jawab Lorenzo santai.

"Aku sudah dengar kabar soal masalahmu belakangan ini. Kamu sering bertengkar sama suamimu, 'kan? Kalau begitu, gimana kalau aku menambah gajimu 10 juta setiap bulan? Sebagai gantinya, temani aku waktu akhir pekan ...."

Ucapannya membuatku terpaku di tempat. Aku tidak tahu bagaimana harus merespons. Melihatku ragu, Lorenzo berdiri dan mendekat. Tiba-tiba, dia berdiri di belakangku dan meletakkan tangannya di pundakku. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajahku.

"Kalau kamu mau, sekarang kita bisa naik ke kamar di lantai atas untuk beristirahat ...," bisiknya sambil tersenyum nakal. Lalu, tangannya bergerak ke arah dadaku. Aku langsung panik dan dengan refleks menahan tangannya.

Namun sayangnya, tepat saat itu, suamiku datang. "Jenna! Kamu ngapain di sini? Kamu diam-diam cari laki-laki lain di belakangku?"

Kevin mendatangiku dengan wajah marah, langsung mendorong Lorenzo hingga terjatuh ke lantai. Untungnya, dua teman Kevin yang datang bersamanya segera menahannya agar situasi tidak semakin buruk.

Di rumah, kami bertengkar hebat. Aku menceritakan semuanya, termasuk bagaimana Lorenzo berusaha "menawarkanku". Sambil menangis keras, aku meluapkan segala perasaanku.

Setelah bertengkar, Kevin akhirnya menyadari bahwa belakangan ini dia terlalu sibuk dan tidak memperhatikanku. Dia berkata mungkin aku mengalami depresi pascamelahirkan dan berjanji akan membawaku liburan ke luar negeri untuk relaksasi.

Sabtu siang, Kevin memesan dua tiket langsung menuju Pulau Fuji. Dia mengatakan ini adalah kesempatan untuk terapi pascamelahirkan dan istirahat sejenak dari semua beban Aku tidak menolak. Bagaimanapun juga, suasana hatiku akhir-akhir ini benar-benar buruk, dan liburan memang terdengar seperti ide bagus.

Setibanya di Pulau Fuji, kami menikmati makan malam di kawasan kuliner setempat. Malamnya, Kevin membawaku ke sebuah klinik terapi misterius. Begitu masuk, aku langsung terkesan dengan suasana eksotis tempat itu. Lampu-lampu cantik dan aroma lembut membuat hati terasa tenang.

"Selamat malam, Nyonya. Saya adalah terapis pribadi Anda. Bolehkah saya mulai?" Aku sedikit kaget ketika seorang pria barat tampan dengan logat yang kurang fasih masuk ke ruang terapi. Senyumnya lembut, sorot matanya menggoda. Seketika, aku merasa sedikit gugup.

"Nyonya, jangan khawatir. Saya ini pilihan khusus dari suami Anda," katanya lembut. Dia menambahkan, "Suami Anda sedang berjalan-jalan di sekitar sini dan akan menjemput Anda dua jam lagi."

Aku tersenyum kecil, lalu mengangguk. Berhubung ini memang diatur oleh Kevin, aku tidak punya alasan untuk menolak.

Kuakui, teknik pijat pria ini sangat luar biasa. Setelah beberapa saat, tubuhku terasa sangat rileks dan nyaman. Ketika selesai memijat area paha dan pinggangku, dia mendekat ke telingaku dan berbisik, "Nyonya, ingin coba layanan spesial kami? Ini bisa memberikan Anda kebahagiaan dua kali lipat."

Ucapannya membuat wajahku langsung memerah. Entah karena suasana atau pengaruh hormon, aku mengangguk setuju.

Melihat persetujuanku, dia tersenyum, lalu perlahan membantu melepas celana pijat sekali pakai yang kukenakan. Tepat saat itu, pintu ruang terapi terbuka, dan seorang pria barat tampan lainnya masuk. Dengan tenang, dia mulai membuka kancing kemejanya ....

Bab terkait

  • Pengobatan Khusus   Bab 4

    Melihat situasi itu, aku langsung panik. "Ini terapi apa sebenarnya? Kenapa harus ada dua terapis?""Nyonya, jangan khawatir. Ini adalah layanan spesial dari tempat kami. Sebentar lagi Anda akan tahu ...." Terapis di depanku tersenyum lembut, mencoba menenangkanku sambil menyodorkan minuman yang sudah mereka siapkan."Nyonya, ruangan ini panas sekali. Saya boleh melepas jaket saya, nggak? Jangan khawatir, di sini semuanya resmi kok ...." Terapis lainnya ikut menjelaskan sambil menyiapkan peralatan terapi.Mungkin karena terlalu tegang atau gugup, aku langsung meminum beberapa teguk minuman itu tanpa berpikir panjang. Setelah itu, aku berbaring di tempat tidur terapi, menunggu prosesnya dimulai. Perlahan, aku merasa tubuhku semakin lelah dan kepalaku terasa berat."Nyonya, bangun. Suami Anda datang menjemput untuk kembali ke hotel." Suara itu samar-samar membangunkanku. Dalam keadaan setengah sadar, aku merasakan seseorang menggendongku di punggungnya. Kepalaku masih pusing dan seluruh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Pengobatan Khusus   Bab 5

    Setelah Lorenzo melemparkanku ke kursi belakang mobil, dia langsung menutup pintu dengan keras. Wajahnya yang semula tersenyum ramah berubah seketika menjadi penuh dengan amarah dan aura mengancam."Kalau nggak mau mati, diamlah. Suamimu sudah kusingkirkan!"Kalimat singkat itu langsung membuatku dilanda ketakutan yang mendalam. Aku merasa tubuhku membeku, sementara pemandangan di luar hanya kegelapan belaka. Tidak ada rumah, tidak ada orang, hanya jalan sepi yang membentang tanpa ujung. Ditambah lagi, para staf di klinik terapi tadi jelas sudah disogok oleh Lorenzo dan menganggapnya benar-benar sebagai suamiku.Aku tidak berani bersuara. Aku hanya duduk diam dengan tubuh gemetar menatap Lorenzo yang kini memasang sabuk pengaman dan menekan pedal gas dengan keras. Mobil melesat kencang menuju jalanan pegunungan yang gelap dan sepi."Pak Lorenzo ... kamu mau bawa aku ke mana?" tanyaku dengan suara bergetar. Aku berusaha tetap tenang sambil mencari cara untuk melunakkan hatinya."Nanti k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Pengobatan Khusus   Bab 6

    "Jalan! Masuk!" Setelah menurunkanku dari mobil, Lorenzo langsung mengikat kedua tanganku dengan tali dan menyeretku ke dalam rumah.Setelah masuk, aku melihat cahaya yang redup dan suasana yang menyeramkan. Seketika, aku ketakutan. Tempat ini seperti vila yang sudah lama tidak dihuni."Pak Lorenzo, kumohon. Lepaskan aku! Aku bisa ... menjadi asistenmu ...."Agar Lorenzo melepaskanku, aku memohon dengan suara memelas. Aku bahkan bersedia menjadi asistennya.Namun, Lorenzo seperti tidak mendengar ucapanku. Dia terus menyeretku masuk. Setelah masuk, dia menyeretku ke sebuah ruangan.Mengejutkannya, saat dia membuka sebuah lemari, di balik sana adalah sebuah pintu. Dari balik pintu, keluar hawa dingin yang menusuk tulang. Aku tak kuasa merinding dan bersin.Kini, aku sungguh ketakutan. Aku sadar, jika Lorenzo membawaku masuk ke sana, aku tidak akan bisa keluar hidup-hidup.Siapa yang akan menyangka di vila terbengkalai seperti ini, terdapat ruang rahasia yang begitu tersembunyi?Aku ingin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Pengobatan Khusus   Bab 7

    Saat ini, Lorenzo benar-benar seperti orang gila. Dia berteriak histeris sambil menarikan tarian yang aneh dan menyeramkan. Setelah mendengar ucapan Lorenzo, aku yakin pria ini sudah gila.Buk! Setelah menenangkan diri, aku meraih sebuah batu. Ketika Lorenzo sedang lengah dan mendoakan calon istrinya yang sudah meninggal itu, aku hendak menghantamkan batu itu ke kepalanya.Namun, ternyata aku telah meremehkan kemampuannya. Dia seperti telah memprediksi seranganku. Saat batu itu hampir mengenai kepala belakangnya, dia mengangkat tangannya dan meraih lenganku. Seketika, aku tidak bisa bergerak."Masih mau kabur? Kalau kamu kabur, gimana dengan Helen? Di mana aku harus mencari mata seindah ini lagi?"Lorenzo menarik lenganku, lalu menoleh dan mencekik leherku. Kemudian, dia menatapku lekat-lekat seperti orang yang kehilangan akal sehat.Aku sungguh ketakutan melihat tingkahnya yang gila ini. Selain itu, aku kesulitan bernapas karena dicekik olehnya. Meskipun begitu, aku tetap memohon, "Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Pengobatan Khusus   Bab 8

    Setelah siuman, aku sudah berbaring di ranjang rumah sakit. Kevin menemaniku di samping dengan setia. Yang mengejutkanku adalah asisten Lorenzo, Siska, juga ada di bangsal dengan mata memerah.Ketika melihatku bangun, Kevin dan Siska menceritakan semuanya secara detail. Ternyata 8 tahun lalu, Lorenzo dan Helen berlibur di Pulau Fuji. Di tengah perjalanan, mereka dirampok oleh sekelompok penjahat.Saat itu, Lorenzo dan Helen melawan sehingga para penjahat itu marah besar. Lorenzo dipukul hingga pingsan, sedangkan Helen bukan hanya dibunuh, tetapi juga matanya dicungkil. Setelah siuman, Lorenzo melihat jenazah Helen di kamar mayat.Meskipun para penjahat berhasil ditangkap dan dihukum, Lorenzo tetap kehilangan calon istrinya. Sejak saat itu, Lorenzo menjadi pendiam. Dia tidak bisa membuka hatinya untuk wanita lain lagi.Selain itu, Lorenzo sering bermimpi buruk. Dia bermimpi Helen meminta matanya kembali. Demi mengungkapkan cintanya dan terbebas dari mimpi buruk itu, Lorenzo menipu Lara

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Pengobatan Khusus   Bab 1

    Namaku Jenna. Tahun ini usiaku 26 tahun dan sekarang aku adalah seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui.Setelah cuti melahirkan selesai, aku kembali bekerja di perusahaan. Setiap hari aku memerah ASI lebih dulu dan menyimpannya di lemari es, lalu meminta ibu mertuaku memberikan susu itu kepada anakku tepat waktu.Meskipun setiap hari aku sudah memerah banyak susu, payudaraku masih sering terasa penuh saat di kantor. Oleh karena itu, aku harus pergi ke toilet untuk memerah dan membuangnya secara diam-diam.Karena hal ini, rekan-rekan kerja laki-laki yang masih lajang di kantor sering memandang dadaku dengan tatapan aneh, sehingga membuatku merasa sangat canggung dan tidak nyaman.Suatu hari, ketika aku mengantarkan laporan ke kantor atasan untuk diperiksa dan ditandatangani, Lorenzo, atasan kami, tiba-tiba memanggilku. "Jenna, bajumu kotor, pergilah ke toilet untuk merapikannya," katanya lembut sambil menunjuk area dadaku.Peringatannya itu langsung membuat wajahku memerah. Dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Pengobatan Khusus   Bab 2

    "Pak Lorenzo, saya ... saya pikirkan dulu!" Aku merasa sangat bingung seketika. Aku buru-buru mundur dua langkah, lalu meraih laporan di meja dan langsung berbalik keluar dari kantor Lorenzo.Begitu keluar dari kantor, aku bertemu dengan asisten Lorenzo saat ini, Siska, di lorong. Siska melihatku keluar dari ruangan Lorenzo dan sepertinya sudah mendengar percakapan sebelumnya.Melihat suasana sepi, Siska menarikku ke samping dan berbisik, "Pak Lorenzo menawarkanmu jadi asistennya, ya? Tapi kamu harus siap mental. Dia itu orangnya ... agak aneh."Setelah berkata demikian, Siska menepuk pundakku dan pergi. Ucapannya membuatku terpaku di tempat.Saat kembali ke meja kerja, pikiranku masih kacau. Begitu jam pulang tiba, aku langsung pulang ke rumah. Di sana, ibu mertuaku sedang menyiapkan makan malam di dapur, sedangkan anakku menangis kencang di tempat tidur.Aku segera menyusui anakku dan menggendongnya hingga tertidur dengan tenang. Sekitar pukul delapan malam, suamiku, Kevin, pulang ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27

Bab terbaru

  • Pengobatan Khusus   Bab 8

    Setelah siuman, aku sudah berbaring di ranjang rumah sakit. Kevin menemaniku di samping dengan setia. Yang mengejutkanku adalah asisten Lorenzo, Siska, juga ada di bangsal dengan mata memerah.Ketika melihatku bangun, Kevin dan Siska menceritakan semuanya secara detail. Ternyata 8 tahun lalu, Lorenzo dan Helen berlibur di Pulau Fuji. Di tengah perjalanan, mereka dirampok oleh sekelompok penjahat.Saat itu, Lorenzo dan Helen melawan sehingga para penjahat itu marah besar. Lorenzo dipukul hingga pingsan, sedangkan Helen bukan hanya dibunuh, tetapi juga matanya dicungkil. Setelah siuman, Lorenzo melihat jenazah Helen di kamar mayat.Meskipun para penjahat berhasil ditangkap dan dihukum, Lorenzo tetap kehilangan calon istrinya. Sejak saat itu, Lorenzo menjadi pendiam. Dia tidak bisa membuka hatinya untuk wanita lain lagi.Selain itu, Lorenzo sering bermimpi buruk. Dia bermimpi Helen meminta matanya kembali. Demi mengungkapkan cintanya dan terbebas dari mimpi buruk itu, Lorenzo menipu Lara

  • Pengobatan Khusus   Bab 7

    Saat ini, Lorenzo benar-benar seperti orang gila. Dia berteriak histeris sambil menarikan tarian yang aneh dan menyeramkan. Setelah mendengar ucapan Lorenzo, aku yakin pria ini sudah gila.Buk! Setelah menenangkan diri, aku meraih sebuah batu. Ketika Lorenzo sedang lengah dan mendoakan calon istrinya yang sudah meninggal itu, aku hendak menghantamkan batu itu ke kepalanya.Namun, ternyata aku telah meremehkan kemampuannya. Dia seperti telah memprediksi seranganku. Saat batu itu hampir mengenai kepala belakangnya, dia mengangkat tangannya dan meraih lenganku. Seketika, aku tidak bisa bergerak."Masih mau kabur? Kalau kamu kabur, gimana dengan Helen? Di mana aku harus mencari mata seindah ini lagi?"Lorenzo menarik lenganku, lalu menoleh dan mencekik leherku. Kemudian, dia menatapku lekat-lekat seperti orang yang kehilangan akal sehat.Aku sungguh ketakutan melihat tingkahnya yang gila ini. Selain itu, aku kesulitan bernapas karena dicekik olehnya. Meskipun begitu, aku tetap memohon, "Pa

  • Pengobatan Khusus   Bab 6

    "Jalan! Masuk!" Setelah menurunkanku dari mobil, Lorenzo langsung mengikat kedua tanganku dengan tali dan menyeretku ke dalam rumah.Setelah masuk, aku melihat cahaya yang redup dan suasana yang menyeramkan. Seketika, aku ketakutan. Tempat ini seperti vila yang sudah lama tidak dihuni."Pak Lorenzo, kumohon. Lepaskan aku! Aku bisa ... menjadi asistenmu ...."Agar Lorenzo melepaskanku, aku memohon dengan suara memelas. Aku bahkan bersedia menjadi asistennya.Namun, Lorenzo seperti tidak mendengar ucapanku. Dia terus menyeretku masuk. Setelah masuk, dia menyeretku ke sebuah ruangan.Mengejutkannya, saat dia membuka sebuah lemari, di balik sana adalah sebuah pintu. Dari balik pintu, keluar hawa dingin yang menusuk tulang. Aku tak kuasa merinding dan bersin.Kini, aku sungguh ketakutan. Aku sadar, jika Lorenzo membawaku masuk ke sana, aku tidak akan bisa keluar hidup-hidup.Siapa yang akan menyangka di vila terbengkalai seperti ini, terdapat ruang rahasia yang begitu tersembunyi?Aku ingin

  • Pengobatan Khusus   Bab 5

    Setelah Lorenzo melemparkanku ke kursi belakang mobil, dia langsung menutup pintu dengan keras. Wajahnya yang semula tersenyum ramah berubah seketika menjadi penuh dengan amarah dan aura mengancam."Kalau nggak mau mati, diamlah. Suamimu sudah kusingkirkan!"Kalimat singkat itu langsung membuatku dilanda ketakutan yang mendalam. Aku merasa tubuhku membeku, sementara pemandangan di luar hanya kegelapan belaka. Tidak ada rumah, tidak ada orang, hanya jalan sepi yang membentang tanpa ujung. Ditambah lagi, para staf di klinik terapi tadi jelas sudah disogok oleh Lorenzo dan menganggapnya benar-benar sebagai suamiku.Aku tidak berani bersuara. Aku hanya duduk diam dengan tubuh gemetar menatap Lorenzo yang kini memasang sabuk pengaman dan menekan pedal gas dengan keras. Mobil melesat kencang menuju jalanan pegunungan yang gelap dan sepi."Pak Lorenzo ... kamu mau bawa aku ke mana?" tanyaku dengan suara bergetar. Aku berusaha tetap tenang sambil mencari cara untuk melunakkan hatinya."Nanti k

  • Pengobatan Khusus   Bab 4

    Melihat situasi itu, aku langsung panik. "Ini terapi apa sebenarnya? Kenapa harus ada dua terapis?""Nyonya, jangan khawatir. Ini adalah layanan spesial dari tempat kami. Sebentar lagi Anda akan tahu ...." Terapis di depanku tersenyum lembut, mencoba menenangkanku sambil menyodorkan minuman yang sudah mereka siapkan."Nyonya, ruangan ini panas sekali. Saya boleh melepas jaket saya, nggak? Jangan khawatir, di sini semuanya resmi kok ...." Terapis lainnya ikut menjelaskan sambil menyiapkan peralatan terapi.Mungkin karena terlalu tegang atau gugup, aku langsung meminum beberapa teguk minuman itu tanpa berpikir panjang. Setelah itu, aku berbaring di tempat tidur terapi, menunggu prosesnya dimulai. Perlahan, aku merasa tubuhku semakin lelah dan kepalaku terasa berat."Nyonya, bangun. Suami Anda datang menjemput untuk kembali ke hotel." Suara itu samar-samar membangunkanku. Dalam keadaan setengah sadar, aku merasakan seseorang menggendongku di punggungnya. Kepalaku masih pusing dan seluruh

  • Pengobatan Khusus   Bab 3

    Hari-hari penuh tekanan itu terus berlanjut selama dua hari. Aku dan Kevin masih belum menunjukkan tanda-tanda berbaikan, karena dia sering pulang larut malam saat aku sudah tertidur.Kamis sore menjelang jam pulang, Lorenzo mengatakan ada klien perusahaan yang perlu kutemui. Namun, ketika aku sampai di restoran yang dimaksud, tidak ada klien sama sekali. Yang kutemui hanyalah Lorenzo yang berpakaian santai berdiri di sana sambil tersenyum lebar menungguku."Pak Lorenzo, bukannya saya datang untuk menemui klien?" tanyaku dengan nada sedikit kesal."Jenna, jangan terburu-buru. Duduk dulu," jawab Lorenzo santai."Aku sudah dengar kabar soal masalahmu belakangan ini. Kamu sering bertengkar sama suamimu, 'kan? Kalau begitu, gimana kalau aku menambah gajimu 10 juta setiap bulan? Sebagai gantinya, temani aku waktu akhir pekan ...."Ucapannya membuatku terpaku di tempat. Aku tidak tahu bagaimana harus merespons. Melihatku ragu, Lorenzo berdiri dan mendekat. Tiba-tiba, dia berdiri di belakangk

  • Pengobatan Khusus   Bab 2

    "Pak Lorenzo, saya ... saya pikirkan dulu!" Aku merasa sangat bingung seketika. Aku buru-buru mundur dua langkah, lalu meraih laporan di meja dan langsung berbalik keluar dari kantor Lorenzo.Begitu keluar dari kantor, aku bertemu dengan asisten Lorenzo saat ini, Siska, di lorong. Siska melihatku keluar dari ruangan Lorenzo dan sepertinya sudah mendengar percakapan sebelumnya.Melihat suasana sepi, Siska menarikku ke samping dan berbisik, "Pak Lorenzo menawarkanmu jadi asistennya, ya? Tapi kamu harus siap mental. Dia itu orangnya ... agak aneh."Setelah berkata demikian, Siska menepuk pundakku dan pergi. Ucapannya membuatku terpaku di tempat.Saat kembali ke meja kerja, pikiranku masih kacau. Begitu jam pulang tiba, aku langsung pulang ke rumah. Di sana, ibu mertuaku sedang menyiapkan makan malam di dapur, sedangkan anakku menangis kencang di tempat tidur.Aku segera menyusui anakku dan menggendongnya hingga tertidur dengan tenang. Sekitar pukul delapan malam, suamiku, Kevin, pulang ke

  • Pengobatan Khusus   Bab 1

    Namaku Jenna. Tahun ini usiaku 26 tahun dan sekarang aku adalah seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui.Setelah cuti melahirkan selesai, aku kembali bekerja di perusahaan. Setiap hari aku memerah ASI lebih dulu dan menyimpannya di lemari es, lalu meminta ibu mertuaku memberikan susu itu kepada anakku tepat waktu.Meskipun setiap hari aku sudah memerah banyak susu, payudaraku masih sering terasa penuh saat di kantor. Oleh karena itu, aku harus pergi ke toilet untuk memerah dan membuangnya secara diam-diam.Karena hal ini, rekan-rekan kerja laki-laki yang masih lajang di kantor sering memandang dadaku dengan tatapan aneh, sehingga membuatku merasa sangat canggung dan tidak nyaman.Suatu hari, ketika aku mengantarkan laporan ke kantor atasan untuk diperiksa dan ditandatangani, Lorenzo, atasan kami, tiba-tiba memanggilku. "Jenna, bajumu kotor, pergilah ke toilet untuk merapikannya," katanya lembut sambil menunjuk area dadaku.Peringatannya itu langsung membuat wajahku memerah. Dengan

DMCA.com Protection Status