Beranda / CEO / Penghangat Ranjang Tuan CEO / Saudara Tiri Menyebalkan

Share

Saudara Tiri Menyebalkan

Penulis: Syifa Safaah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-26 01:40:28

Saat jam makan siang, Athalia segera membereskan pekerjaannya secepat mungkin. Perutnya lapar sekali. Dan ia ingin secepatnya pergi ke pantry kantor.

“Haah, akhirnya selesai juga. Sekarang baru aku bisa mengisi perutku.”

Athalia mendorong kursinya ke belakang, bangkit berdiri, lalu kakinya melangkah cepat menuju pintu lift.

Akan tetapi, saat pintu lift terbuka dan Athalia akan masuk, saat itu juga Athalia tersandung kakinya sendiri dan nyaris terjatuh.

“Aakhhh … “ Athalia menjerit, tubuhnya hampir ambruk ke bawah. Namun seorang lelaki yang baru keluar dari lift itu segera menahannya.

“Hei Nona! Kau tidak apa-apa?” tanya lelaki itu dengan suara maskulin yang terdengar halus.

Dalam dekapan tangan lelaki itu, Athalia menaikan pandangannya, hingga kedua pasang bola mata mereka berserobok satu sama lain.

Dalam sekejap mata, lelaki itu langsung terperangah melihat wajah Athalia yang menurutnya sangat memesona. Bola mata wanita itu yang cokelat muda, tampak cantik baginya.

Athalia segera tersadar. “Oh maaf, Tuan Ayaz. Aku tidak sengaja.” Athalia memperbaiki posisi berdirinya, lalu membenarkan rok spannya yang sedikit terangkat ke atas.

Kepalanya menunduk di depan Ayaz, tadi ia berjalan terlalu ceroboh, sampai membuatnya tersandung oleh kakinya sendiri.

Ayaz tersenyum. “Bukan masalah. Aku tidak merasa keberatan sama sekali. Hanya saja, lain kali mungkin kau harus lebih berhati-hati,” pesannya pada Athalia.

Ayaz adalah anak kandung Jessica, sekaligus saudara tiri Mahesa. 

Athalia tahu siapa Ayaz karena beberapa kali Ayaz datang menemui Mahesa ke ruang kerjanya. Hanya saja, saat itu Ayaz belum memperhatikan keberadaan Athalia. Bahkan Ayaz terkejut, ternyata Athalia cantik juga.

Athalia mengangguk. “Baik, Tuan. Aku permisi.” 

Baru saja Athalia akan masuk ke dalam lift, Ayaz menahan lengannya.

“Tunggu! Kau sekretaris pribadinya Mahesa, bukan?” tanyanya menatap Athalia.

Athalia kembali menoleh, mengangguk dengan memberikan senyum kecil.

“Benar, Tuan Ayaz. Aku sekretarisnya Tuan Mahesa. Apa Anda ingin menemui Tuan Mahesa? Kebetulan, beliau masih berada di ruangannya.” 

“Oh, tentu. Aku memang akan menemuinya. Kalau boleh kutahu, siapa namamu?” 

“Athalia,” jawab Athalia.

“Athalia? Nama yang sangat indah.” 

“Terimakasih atas pujiannya, Tuan. Tapi maaf, aku harus segera pergi ke pantry. Jika tidak, jam makan siangnya akan habis.” Athalia pamit, ia ingin segera menghindari Ayaz yang saat ini masih menatapnya sedalam mungkin.

“Begitu? Baiklah. Kau boleh pergi. Aku juga akan ke ruangan Mahesa.” kata Ayaz sambil tersenyum. “Sampai jumpa lagi, Athalia.”

Athalia hanya tersenyum canggung. Tanpa kata, ia segera masuk ke dalam lift dan meninggalkan Ayaz yang masih mengintai dengan matanya.

Seperginya Athalia, Ayaz menatap pintu lift yang sudah tertutup itu sambil mengurut dagunya dengan ibu jari dan telunjuk.

“Athalia,” desahnya menyebut nama Athalia. “Ke mana saja aku selama ini? Sampai-sampai aku baru menyadari kalau sekretarisnya Mahesa begitu cantik.” Ayaz bergumam sendiri, lalu tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

*** 

Mahesa melirik ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. 

“Sudah waktunya makan siang ternyata,” gumamnya sambil menghembuskan napas pelan. Rupanya Mahesa baru sadar jika sejak tadi ia terlalu asyik bertatap mesra dengan layar monitor di depannya. Hingga ia nyaris melewatkan makan siangnya.

“Jam segini, Athalia pasti sudah pergi ke pantry. Lebih baik aku makan di restoran yang dekat sini saja.” Mahesa bangkit, lalu menyambar jas yang tersampir di kepala kursi kerjanya.

Mahesa baru saja selesai mengenakan jasnya saat suara ketukan pintu terdengar nyaring di telinganya.

“Siapa yang datang di waktu jam makan siang begini? Apa Athalia?” bibirnya bergumam pelan. Tangannya membenarkan kelepak jasnya lalu menepuk-nepuk debu tak kasat mata di sana. Sambil ia berseru.

“Masuk saja!”  

Tak membuang waktu lama, daun pintu langsung mengayun terbuka. Dan Mahesa langsung berdecak kesal ketika melihat Ayaz lah yang datang ke ruangannya.

“Selamat siang saudara tiriku!” sapa Ayaz, mengedipkan mata pada Mahesa.

Membuang napasnya kasar, Mahesa merapatkan rahangnya. Tatapannya tajam menusuk ke arah Ayaz yang kini berjalan mendekat ke arahnya.

“Ada urusan apa kau datang ke sini? Tadi pagi Papa sudah menggangguku, membuat moodku hancur. Lalu sekarang kau?” Mahesa berkacak pinggang, membuat kelepak jassnya tersibak. Matanya menyoroti wajah Ayaz dengan tatapan tak bersahabat.

Ayaz tertawa, menarik kursi kosong yang ada di depan meja kerja Mahesa, lalu mendudukinya sambil menaikan kedua kaki panjangnya ke atas meja.

Tingkahnya tampak santai, seolah ia adalah bossnya di perusahaan ini. Dan hal itu membuat Mahesa semakin muak.

“Tenanglah dulu. Lemaskan mimik wajahmu. Mengapa kau tidak bisa menatapku dengan biasa saja? Ingatlah, Mahesa! Kita ini adalah saudara tiri. Sepuluh tahun yang lalu papamu sudah sah menikahi ibu kandungku.” Ayaz berkata dengan enteng. Bibirnya menampilkan senyum penuh kemenangan pada Mahesa.

Mahesa memutar bola matanya jengah. “Ya. Andai dulu aku berhasil menggagalkan pernikahan mereka. Pasti aku tidak akan pernah memiliki saudara tiri yang sangat menyebalkan sepertimu dan juga Bianca,” ketusnya terang-terangan.

Ayaz hanya menyeringai. Mungkin ia merasa lucu dengan ucapan Mahesa yang lebih seperti seorang anak kecil yang merajuk karena tidak setuju ayahnya menikah lagi.

“Tapi sayangnya semuanya sudah terjadi. Apa yang bisa kau lakukan selain menerima saudara tirimu yang menyebalkan ini?” Ayaz kembali meledek.

Mahesa membuang napasnya lagi dengan kasar, ia berusaha menahan batas kesabarannya agar tangannya tidak melayangkan tinjuan di wajah Ayaz.

Jika sampai itu terjadi, maka Ayaz akan mengadu dan Mahesa sudah bisa menebak siapa yang akan dibela oleh Leuwis.

“Cepat jelaskan! Apa maksud dari kedatanganmu ke ruanganku? Aku tahu, orang sepertimu tidak mungkin datang tanpa maksud licik.” 

Ayaz menarik sebelah ujung bibirnya, tersenyum miring. Kemudian ia menurunkan kedua kakinya yang semula naik ke atas meja. Sembari bertepuk tangan.

“Wah … wah … aku acungi jempol untuk kepekaanmu yang tajam. Kau benar, aku datang menemuimu memang untuk maksud yang terselubung.”

“Katakan saja! Jangan banyak basa-basi!”

“Aku ingin kau menjual dua puluh persen saham perusahaanmu padaku,” pinta Ayaz. Namun malah membuat sudut bibir Mahesa berkedut, menahan tawa.

Seakan ucapan yang baru saja Ayaz lontarkan adalah sebuah lelucon.

“Kau ingin membeli dua puluh persen saham perusahaanku? Sebaiknya kubur saja keinginanmu itu dalam-dalam. Karena sampai kapanpun, aku tidak akan pernah menjual sahamku pada siapapun. Apalagi pada orang sepertimu!” tegas Mahesa.

Mendengar itu, riak wajah Ayaz berubah keruh. Ia merasa kesal karena Mahesa tidak bersedia menjual dua puluh persen saham miliknya.

“Aku adik tirimu. Apa salahnya kau menjual sahammu padaku. Lagipula yang kuminta hanya dua puluh persen saja. Bukan setengahnya!” desak Ayaz.

Kali ini Mahesa yang tertawa. Tawanya terdengar lantang, hingga membuat kening Ayaz berkerut menatapnya. 

Sial! Ayaz merasa sedang dipermalukan sekarang.

“Kau harus tahu, Ayaz. Aku membangun perusahaan ini dari nol, murni dengan keringat dan uangku sendiri. Papaku sama sekali tidak ikut campur di dalamnya. Perusahaan ini milikku! Milik Mahesa Narendra. Jadi hakku ingin menjual sahamnya atau tidak.” Mahesa benar-benar membalas telak ucapan Ayaz.

Lihatlah! Bahkan Ayaz sampai diam tak berkutik saat ini. Karena apa yang dikatakan oleh Mahesa memang benar.

Ia adalah pemilik Narendra Company. Boss besar yang memulai bisnisnya dari nol tanpa campur tangan dari kedua orang tuanya yang sama sekali tidak peduli padanya.

Gagal mendapat apa yang diinginkannya, Ayaz mengepalkan kedua tangannya. Hatinya kesal setengah mati. Ditambah lagi, sekarang Mahesa menatapnya dengan senyum penuh ejekan.

“Kau sudah tahu jawabanku, bukan? Jadi silakan pergilah dari perusahaanku. Pintunya ada di sebelah sana.” Mahesa mengarahkan telunjuknya ke arah pintu. Ia tak segan mengusir Ayaz secara terang-terangan.

Menggertakkan gigi, akhirnya Ayaz pun membalikan badannya. Hendak angkat kaki dari sana. Akan tetapi, tiba-tiba saja langkahnya terhenti dan membuat Mahesa keheranan.

Ayaz kembali berbalik menatap Mahesa. Seulas senyum miring tercetak jelas di bibirnya.

“Oh ya. Aku lupa mengatakan satu hal lagi padamu,” kata Ayaz. Mahesa mengerutkan alisnya.

“Apa?” tanyanya.

“Ternyata sekretarismu cantik juga. Sepertinya akan sangat menyenangkan jika aku membuatnya berada di atas ranjangku,” ucap Ayaz dengan senyum misterius. Kata-katanya berhasil membuat Mahesa membeliakan matanya terkejut.

Setelahnya, Ayaz langsung melengos pergi. Meninggalkan Mahesa yang kini mengepalkan kedua tangannya penuh amarah.

Benaknya membayangkan bagaimana Ayaz yang senang bermain perempuan, akan menyentuh Athalia. Jelas Mahesa tahu kalau Ayaz lebih berengsek darinya. 

“Sialan kau, Ayaz! Kau pikir kau bisa dengan mudah menarik Athalia ke atas ranjangmu? Aku tidak akan pernah membiarkan hal itu. Athalia adalah milikku saat ini. Dan aku tidak suka saat milikku diganggu oleh orang lain.”

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Haniubay
ya ampun yg perebutan Athalia pria mesum semua...
goodnovel comment avatar
Puspita Adi Pratiwi
wed rebutan cewek
goodnovel comment avatar
Falbabajatt
pada akhirnya Mahesa akan mencintai athalia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Mengigau saat Tidur

    Tengah malam, Athalia harus terbangun saat ia samar-samar mendengar suara tangisan seseorang. Perlahan Athalia membuka kelopak matanya, ia menajamkan telinga untuk mencari di mana sumber suara itu. Dan ia terkejut saat menyadari jika suara tangisan yang seperti merintih itu berasal dari bibir Mahesa. “Mahesa?” Athalia bangkit duduk, menatap Mahesa dengan kening yang berkerut dalam. “Apa dia sedang mimpi buruk? Mengapa dia menangis dalam tidurnya?” gumam Athalia sambil terus menumbukkan pandangannya pada wajah Mahesa, memperhatikan raut wajah lelaki itu yang saat ini sedang gelisah seperti sedang mimpi buruk. Keringat dingin membanjiri kening dan pelipisnya, bibir lelaki itu bergetar pelan, menggumamkan kalimat yang tidak Athalia pahami. “Tolong! Jangan! Jangan membunuhku! Aku mohon, jangan! Jangan membunuhku!” Athalia terkejut saat ia mencoba mendekatkan telinganya ke bibir Mahesa untuk mendengar lebih jelas gumaman lelaki itu. “Si—siapa yang akan membunuhnya? Mengapa dia sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Wanita Sederhana yang Memesona

    Bukannya menjawab, Mahesa langsung merenggut kedua pergelangan tangan Athalia yang berada di dasinya. “Aaakhh … “ Athalia meringis saat tangan Mahesa terlalu keras mencekal pergelangan tangannya. “Bukankah sudah kukatakan padamu. Jangan bertanya tentang hal-hal yang pribadi tentangku! Karena aku tidak suka urusanku dicampuri oleh orang lain. Kau tidak berhak mengetahui semua urusanku. Urus saja urusanmu sendiri! Ingatlah kalau tugasmu hanya melayaniku di atas tempat tidur!” Athalia terkejut menatap Mahesa yang saat ini sedang menyilatkan kemarahan di wajahnya. Athalia hanya ingin bertanya, ia tidak menyangka jika Mahesa akan menjadi semarah ini. “Ma-maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi,” cicit Athalia yang merasa takut melihat wajah geram Mahesa. Mahesa tidak menjawab, lelaki itu hanya mendengus kesal lalu melepaskan cekalannya dari tangan Athalia dengan menyentaknya. Kemudian Mahesa berlalu masuk ke dalam walk-in closet yang terdapat di dalam kamar itu. Athalia tergugu meme

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Hubungan yang Terendus

    Setelah berhasil menguasai diri, malam ini Mahesa telah gagah dengan setelan jass yang ia kenakan. Tubuhnya yang tegap dan jangkung, tampak sangat proporsional dengan jass berwarna hitam itu. Lelaki itu baru saja selesai menelpon bawahannya, lalu ia meneguk air minum sambil berdiri di samping meja ruang tengah. “Athalia! Apa yang sedang kau lakukan di atas? Ayo kita berangkat sekarang!” serunya memanggil Athalia yang belum juga menuruni tangga. Tak lama, suara ketukan heels terdengar, membuat Mahesa menoleh ke sumber suara. Akan tetapi, hasratnya seketika kembali melambung tinggi. Gaun merah itu tak berlengan, hanya bertali spageti dan tentu saja membuat pundak Athalia yang putih bersih itu terbuka. Namun tetap elegan dan cantik.Merasa canggung ditatap sangat dalam oleh Mahesa, Athalia pun bertanya, “Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa ada yang salah dengan penampilanku? Apa gaun ini terlalu terbuka?” Ia memang tidak pernah memanggil Mahesa dengan embel-embel ‘Tuan’ jika

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Takut Kehilangan

    “Tidak perlu malu mengatakannya padaku, Athalia. It’s oke. Aku mengerti kalau Mahesa mungkin saja sedang membutuhkan hiburan. Maka dari itu dia memintamu untuk menemani tidurnya. Tapi bolehkan aku tahu, berapa Mahesa membayar tubuhmu?” Ayaz sengaja berbisik di akhir kalimatnya. Kedua tangan Athalia mengepal di atas paha, ia merasa sangat terhina mendengar pertanyaan Ayaz. “Kenapa diam, Athalia? Katakan saja. Kau tahu kalau aku tidak ingin berniat jahat padamu. Aku hanya ingin tahu ada apa di antara kau dengan Mahesa. Itu saja.” Athalia menarik napasnya dalam, menahan kekesalan yang mengumpul dalam hatinya. “Maaf, Tuan Ayaz. Aku ingin pergi ke toilet. Permisi!” baru saja Athalia bangkit dan akan menghindar. Namun Ayaz lebih cepat menahan pergelangan tangannya. “Eitss. Tunggu dulu! Aku belum selesai bicara, Athalia.” Ayaz pun berdiri, tangannya masih memegangi pergelangan tangan Athalia agar wanita itu tidak lari. “Apapun yang Anda katakan dan tanyakan, aku tidak ingin menjawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Athalia lebih Berharga

    Di sisi lain, Mahesa langsung menggendong Athalia. Otomatis, wanita itu melingkarkan kedua lengannya di leher Mahesa. Hal ini jelas membuat semua orang terkejut melihat tubuh basah kuyup Mahesa dan Athalia. Mereka bertanya-tanya, apa yang membuat tubuh mereka basah seperti itu? Jessica dan Leuwis pun sama terkejutnya. “Mahesa. Kau mau ke mana? Mengapa tubuhmu basah kuyup? Lalu kenapa kau menggendong wanita itu?” menghampiri Mahesa, Leuwis segera memberondongnya dengan pertanyaan. Mahesa menghentikan langkah, ia memutar kepalanya dan menoleh pada Leuwis. “Athalia tenggelam di kolam renang. Dan aku yakin kalau kejadian ini bukan kebetulan. Ada seseorang yang sengaja mendorongnya. Begitu pesta selesai, aku ingin bicara dengan Papa dan semua anak-anak tiri Papa,” ucap Mahesa lantas berlalu meninggalkan Leuwis begitu saja. Leuwis menatap bingung pada punggung tegap Mahesa yang perlahan menjauh. “Jadi sekretarisnya Mahesa tenggelam? Bagaimana bisa? Apa iya ada orang yang sengaja me

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Tiba-tiba Perhatian

    "Detik ini aku memberimu peringatan untuk tidak mencoba menyakiti Athalia lagi. Jika kau berani melakukannya, maka aku tidak akan segan membalasnya dengan menggunakan tanganku sendiri! Camkan itu baik-baik!" desis Mahesa sambil menghujamkan tatapan penuh kemarahan pada Bianca."Sayang! Lihat kelakuan putramu! Apa yang dia lakukan pada Bianca.” Jessica mengadu pada Leuwis.Dengan emosi, Leuwis menggertakkan gigi dan menatap Mahesa dengan tajam. “Pulanglah sekarang, Mahesa! Jangan membuat keributan lagi di rumahku. Aku mengundangmu kemari untuk ikut merayakan pesta ulang tahun ibu tirimu. Bukan untuk membuat kegaduhan seperti ini!”Dengan entengnya Mahesa menjawab. “Bahkan tanpa diminta pun, aku memang akan pulang sekarang. Lagipula aku muak lebih lama berada di sekitar orang-orang licik seperti kalian! Selamat malam!” Mahesa membalikan badannya, berjalan tegas keluar meninggalkan semua orang yang saat ini sedang menatap tajam punggung lebarnya.Tapi Mahesa tak peduli. Yang jelas sekara

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Pengganggu Suasana

    "Sudah selesai. Apa yang kau rasakan sekarang? Apakah lukamu masih sakit?" Mahesa bertanya sambil menyetuh pelan luka Athalia. "Tidak. Sekarang sudah jauh lebih baik. Terimakasih banyak.""Hmmm ... " Athalia memanyunkan bibirnya, saat lelaki itu hanya menjawabnya dengan dehaman. Selesai mengobati luka di sikut Athalia, Mahesa kembali memasukan salep ke dalam kotak obat, menutup kotak obat itu dengan rapat. Sampai suara bell yang terdengar, membuat kepala mereka sama-sama menoleh ke arah pintu. "Siapa yang datang?" gumam Athalia bertanya-tanya. Suaranya yang pelan masih mampu terdengar oleh telinga Mahesa. "Paling juga yang datang Jossy dan Ambar," tebak Mahesa asal. Jossy dan Ambar adalah dua orang pelayan yang selalu datang di pagi hari dan pulang sore hari di apartmen milik Mahesa. "Tapi apa iya mereka akan datang sepagi ini?" Athalia sedikit ragu. "Biar aku yang membukanya," kata Mahesa lalu berjalan menuju pintu. Tangannya membuka daun pintu itu, akan tetapi setelahnya, Mah

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Jangan Ikut Campur

    “Lepaskan aku! Kau tidak perlu mendorong-dorong tubuhku seperti ini! Tanpa kau minta pun, aku memang akan pergi.” Leuwis menyentak tangan Mahesa, kemudian ia membenarkan kelepak jassnya. Leuwis menatap Mahesa dengan sedikit perasaan takut yang ia sembunyikan. Pasalnya, Mahesa menatapnya dengan mata yang dingin dan begitu tajam. Leuwis pun keluar dan Mahesa segera menutup pintu apartmennya rapat-rapat. Mahesa tidak ingin Leuwis datang lagi dan kembali menyakitinya dengan cara membuka semua luka di masa lalunya.“Dia tidak boleh kembali! Dia tidak boleh kembali!” gumam Mahesa mengunci pintu apartmennya dengan bibir yang sedikit gemetar.Setelahnya, Mahesa mendudukan dirinya di sofa dengan tangan yang sedikit gemetar pula. Ini adalah hal yang kerap terjadi padanya ketika ia teringat dengan masa lalunya yang kelam.Mahesa menangkup wajahnya dengan kedua tangan, meremas rambutnya dengan mata yang memanas menahan tangis.Tangannya bergetar setiap kali habis berdebat dengan Leuwis soal San

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07

Bab terbaru

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   TAMAT! Akhir Bahagia

    Mahesa menatap pada dokter dengan sorot penuh harap. Dan dokter itu menarik napas sebelum akhirnya berkata.“Keadaan Nyonya Athalia tetap sama. Tapi kita masih bersyukur operasi ini tak memperparah kondisinya. Setelah pulih dari melahirkan, Nyonya Athalia sudah bisa melakukan terapi kankernya di Indonesia. Dia wanita yang kuat, tak banyak yang berhasil bertahan sampai di titik ini,” ungkap dokter itu yang akhirnya membuat Mahesa mendesah lega.Mahesa sangat kagum pada Athalia. Kini ia menatap wajah bayi mungilnya yang tampak memerah. Bayi itu menangis, lalu perawat mengambil alihnya dari tangan Mahesa.“Maaf, Tuan. Kami harus segera memindahkan bayi perempuan Anda ke ruang inkubator.”Mahesa mengangguk mendengar ucapan perawat itu. “Boleh aku ikut mengantar bayiku?” tanya Mahesa, seakan tak rela jika harus berpisah barang hanya sejenak dengan malaikat kecilnya.Perawat dan dokter itu saling pandang,

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Doa dan Harap

    Meski usia kandungan Athalia baru menginjak delapan bulan, namun dokter menyarankan agar bayi Athalia segera dikeluarkan dari kandungannya. Karena akan makin membahayakan kondisi Athalia.Awalnya Athalia sempat menolak dan berdebat kecil dengan Mahesa. Athalia takut terjadi hal buruk pada bayi mungilnya andai dilahirkan premature. Namun Mahesa bersikukuh meyakinkan bahwa dokter tahu yang terbaik. Mahesa juga takut terjadi hal buruk pada bayinya. Tapi ia lebih takut kehilangan Athalia.Akhirnya Athalia luluh setelah Mahesa meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.Dean dan Narsih sudah ada di rumah sakit. Mereka berdua datang ke Jerman. Sedangkan Yasna, Dirly dan keluarga Dean masih di Indonesia. Sengaja sekali Dean tak mau memberitahukan kabar Athalia yang akan dioperasi ini pada mereka agar tak merasa khawatir.“Mahesa, jangan pergi!” Athalia menggenggam erat tangan Mahesa saat perawat mendorong ranjangnya menuju ke ruang operasi.

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Perasaan tak Berubah

    “Dia baik-baik saja.” dokter berkata pada suster setelah ia memeriksa keadaan Athalia.“Tapi dia mengigau terus, dok.”“Tidak apa. Selama kondisinya stabil. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” pungkas dokter yang menangani Athalia. Dokter itu bernama Dokter Greg.Suster itu mengangguk. “Baik, dokter. “ sebenarnya suster itu khawatir terjadi apa-apa pada Athalia, juga karena ia dibayar oleh Dean untuk terus memantau kondisi Athalia dan menginformasikan setiap perkembangannya.Tepat di saat dokter baru saja akan berbalik keluar dari ruangan itu, tiba-tiba mereka mengerutkan kening saat melihat sosok lelaki yang tak dikenal, melangkah memasuki ruang ICU dan menghampiri ranjang Athalia.“Siapa dia?” dokter berbisik pada suster.“Saya tidak tahu, dok,” balas suster itu menggelengkan kepala.Lelaki asing itu adalah Mahesa. Yang ketika melihat pintu ruang ICU tak di

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Akhirnya Menemukanmu

    Tak ingin membuang waktu, Mahesa langsung mengurus keberangkatannya ke Jerman. Dan sebagai seorang ayah yang telah mendukung Mahesa, Leuwis turut membantu segala persiapan putranya.Kini mereka pun telah tiba di bandara. Sebelum masuk ke gate penerbangan, Leuwis menggenggam tangan kanan Mahesa dengan erat.“Apa kau yakin Papa tidak perlu menyusulmu ke sana?” tanya Leuwis, yang sebenarnya ingin ikut.“Tidak perlu, Pa. Papa tunggu saja di sini dan berikan doa yang terbaik untukku.” “Itu pasti. Kau tak perlu memintanya. Papa akan selalu mendoakanmu.”Mahesa tersenyum, sesaat memeluk ayahnya, sebelum kemudian mengurai pelukan dan pamit untuk pergi.Leuwis menghela napas pelan sambil melambaikan tangan, melepaskan kepergian Mahesa yang kini telah menghilang dari pandangan mata.“Semoga keberuntungan dan kebahagiaan selalu menyertaimu, Mahesa,” gumam Leuwis.***Tiba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Temukan Athalia!

    Meski sudah larut malam, Dean tak bisa tidur. Ia masih duduk di ruang tengah sambil menonton TV.Namun, tiba-tiba terdengar suara bell rumahnya yang berdenting.“Ck! Siapa yang bertamu di malam-malam buta begini.” Dean bergumam lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju ke pintu utama.Saat pintu itu dibuka, Dean langsung menghembuskan npaas kasar ketika melihat sosok Mahesa yang berdiri di hadapannya dengan penampilan yang cukup berantakan.Sepertinya Mahesa habis berkelahi. Terlihat dari rahang dan sudut bibirnya yang lebam dan berdarah.“Apa kau sudah gila? Bisakah kau bertamu di waktu yang tepat?” Dean menyindir, baru saja ia akan kembali menutup pintu rumahnya namun tangan Mahesa lebih dulu menahannya dengan kuat, hingga Dean menyerah dan pintu itu pun kembali terbuka lebar.“Sebenarnya apa maumu?” sentak Dean, kesal.“Aku mau kau beritahu aku di mana Athalia berada?” tegas

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Dean Berbohong

    Leuwis tak sanggup saat melihat Mahesa yang sedang kacau seperti ini.“Mahesa,” desah Leuwis bersimpuh duduk di samping Mahesa dan membuat Mahesa membuka kedua matanya hingga bertemu pandang dengan bola mata ayahnya.“Pa … “ Mahesa berbisik pelan. Namun kedua matanya menyiratkan kesedihan. Terihat dari matanya yang memerah dan berkaca-kaca.“Kemarilah, Nak! Kemarilah!” Leuwis membuka tangannya lebar-lebar.Mahesa tahu isyarat itu. Ia pun beringsut duduk dan segera masuk ke dalam pelukan Leuwis. Menghambur memeluk tubuh Leuwis dan menumpahkan tangisnya di dada ayahnya.Mahesa menangis tanpa suara. Hanya saja Leuwis merasa bagian depan bajunya yang basah.“Pa, aku telah kehilangan dia! Aku telah kehilangan Athalia dan anakku! Athalia sedang hamil, Pa. Dia hamil darah dagingku. Berkali-kali aku membujuknya tapi dia tak mau kembali. Aku terlalu banyak menyakitinya. Aku ini lelaki bejat yang sangat menji

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Luka Hati

    Hanya sebentar Leuwis dirawat di rumah sakit. Ia pun sudah boleh pulang ke rumahnya.Selama ada di rumah sakit, tak ada satu pun anggota keluarganya yang menjenguknya selain Mahesa.Entah karena memang mereka tidak tahu Leuwis dirawat, atau mungkin karena mereka tidak peduli sama sekali terhadapnya.Yang jelas, Leuwis merasa kecewa. Ayaz melihat dirinya yang hampir mati, namun sama sekali tak berniat menolongnya.Justru Mahesa lah yang melarikannya ke rumah sakit dan menemaninya meski mereka hanya saling diam dan tak ada satu pun yang berani bicara.“Kau gila, Ayaz! Kau berani melakukan itu pada Papamu? Bagaimana kalau dia masih hidup lalu mengusir kita semua dari rumah ini?”Baru saja Leuwis akan membuka pintu kamar Ayaz untuk menegur anak tirinya itu, namun gerakan Leuwis terhenti saat ia mendengar suara Jessica yang sepertinya sedang berbicara dengan Ayaz.“Masa bodo tentang Leuwis. Dia bukan Papaku. Aku bosan hidup di ba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Diselamatkan oleh Putra yang Dibenci

    “Selama ini aku bekerja untuk memenuhi hidupmu dan keluarga kita. Tapi mengapa kau tak menghargaiku? Setidaknya bantu aku untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini. Bukannya malah menambah masalah di kepalaku!” sentak Leuwis dengan keras.Leuwis marah, tentu saja.Bisa dibilang, Ayaz adalah anak tertua setelah Mahesa. Meskipun Ayaz hanya anak tirinya. Namun Leuwis pikir, sudah sepantasnya Ayaz ikut mengemban tanggung jawab untuk mengurus perusahaan dan membantunya.Bukannya malah hanya berfoya-foya.“Apa masalahnya, Pa? Aku memanggil dua wanita penghibur itu untuk sedikit menyenangkanku. Bagaimana aku bisa bekerja jika hatiku tidak senang?” Ayaz berkata dengan wajah santainya.Membuat bola mata Leuwis melebar.“Tapi kau bisa bersenang-senang di waktu dan tempat yang tepat! Tidak dalam situasi seperti ini!” Leuwis masih tak habis pikir. Ayaz sempat memikirkan kesenangannya di saat mereka terancam hid

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Arti Tulus

    Langit terlihat begitu mendung. Tak secerah tadi pagi, dimana saat mereka asyik bermain sepak bola di halaman belakang rumah Dean.Kini Dean melamun, menatap nanar pada wajah Athalia yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dean menungguinya. Ia mengusir halus semua orang yang hendak ikut menemani Athalia di rumah sakit, termasuk Narsih dan Yasna.“Athalia, kau harus berjanji padaku! Kau akan tetap hidup sampai nanti, sampai Dirly dan anakmu dewasa. Sampai kau berhasil mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya. Jangan pernah pergi sebelum semua itu terjadi. Berjanjilah padaku, Athalia!” Dean meraih tangan kanan Athalia, lalu menciumi jemarinya.Lelaki bertubuh kekar itu tak bisa menahan saat air mata meluruh jatuh melewati pipinya.Hari ini, saat Athalia dibawa ke rumah sakit, dokter memberitahu sebuah kabar yang membuat semua orang terkejut. Tak menyangka. Bahkan terluka.Bagaimana tidak, dokter mengatakan Athalia menderita kanker darah. Dan tak s

DMCA.com Protection Status