Beranda / CEO / Penghangat Ranjang Tuan CEO / Pakailah Gaun Malam yang Kubeli!

Share

Pakailah Gaun Malam yang Kubeli!

Penulis: Syifa Safaah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Athalia! Malam ini kita akan lembur. Masih banyak pekerjaan yang harus kita selesaikan." begitulah ucapan Mahesa saat Athalia masuk ke dalam ruangannya untuk mengantarkan laporan. 

Athalia tidak merasa keberatan, ia tahu jika pekerjaan memang menumpuk akhir-akhir ini. Maka dari itu ia pun mengangguk. 

"Baik, Tuan Mahesa."

"Kalau begitu sekarang kau boleh pergi," kata Mahesa pada Athalia. 

Athalia mengangguk, membalikan tubuhnya hendak keluar dari ruang kerja Mahesa. 

Akan tetapi langkahnya terhenti saat lelaki itu kembali memanggilnya. 

"Athalia! Tunggu!" 

Athalia pun menoleh memutar kepalanya kepada Mahesa. Keningnya bertaut, entah apa maksud lelaki itu menghentikan langkahnya. 

"Iya?" 

Mahesa diam sejenak, menarik napasnya beberapa saat seakan ia merasa ragu untuk mengatakannya. 

Sementara itu mata Athalia memicing, menunggu apa yang akan Mahesa katakan kepadanya.&nb

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Godaan sang Gadis

    Di dalam apartmen, Athalia sedang gelisah menunggu kedatangan Mahesa yang sampai saat ini belum juga pulang ke apartmennya, padahal sekarang sudah pukul dua belas malam. Seharusnya Mahesa sudah pulang.Athalia duduk gelisah di atas sofa yang dekat dengan pintu masuk, sedari tadi matanya tak bisa lepas menatap daun pintu yang menutup di hadapannya.Kedua jemarinya saling bertaut resah di atas pangkuan, Athalia menanti Mahesa yang saat di kantor berpesan bahwa ia ingin melihat Athalia dalam balutan lingeri berwarna merah yang dulu pernah dibelikannya."Apa yang sedang Mahesa lakukan bersama dengan Kiran? Apa mereka akan menghabiskan malam berdua?" mengingat Mahesa yang belum juga pulang, membuat pikiran Athalia menjadi kacau. Benaknya berpikir yang tidak-tidak tentang Mahesa dan Kiran.Sebab yang terakhir Athalia ingat, Mahesa pergi berdua dengan Kiran untuk dinner entah di restoran mana.Tapi kemudian Athalia menggeleng

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Menunggu Mahesa Pulang

    Mendengar ucapan Kiran yang menggodanya, Mahesa hanya mendengus kesal, sebelum kemudian ia melepaskan cengkeraman tangannya dari rahang wanita itu.Meskipun miliknya sudah berdiri sempurna, tetapi batinnya menolak untuk menyentuh Kiran. Justru bayangan tubuh Athalia menguasai pikirannya dalam sekejap mata."Kenapa kau melepaskan cengkeramanmu dari rahangku? Apa kau sudah luluh dengan tubuhku yang begitu menggoda? Jika kau ingin menjamahnya, mengapa harus ragu, Mahesa?" Kiran kembali mengeluskan jari-jemarinya di sekitar dada Mahesa yang bidang.Tubuh jangkung Mahesa semakin gerah, bahkan miliknya pun semakin berdenyut. Tetapi Mahesa malah menangkap kedua tangan Kiran dan menepiskannya dengan sedikit kasar."Sebegitu murahnya kah tubuhmu? Hingga kau menggodaku sampai seperti ini?" tanya Mahesa sambil melemparkan senyum mengejeknya ke arah Kiran.Namun Kiran yang sudah terlanjur mencintai Mahesa, sama sekali tidak peduli

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Berani Membuka Masalalu yang Kelam

    Athalia menunduk dengan pipi yang merona, ia berada di sofa itu memang untuk menunggu Mahesa.Tanpa Athalia menjawab pun, Mahesa sudah bisa menebaknya hanya dengan melihat rona merah di kedua belah pipi wanita itu.Merasakan gairah yang semakin berkobar di dalam dadanya, Mahesa menggeram, menjepit dagu Athalia dengan menggunakan jempol dan telunjuknya. Kemudian mendongkakannya hingga membuat bola mata mereka saling bersinggungan dengan tatapan yang dalam.Athalia menelan ludahnya berat tatkala mata hazel indah milik lelaki itu terasa seperti menghipnotisnya, membekukan seluruh aliran darahnya. Tatapan Mahesa seperti memiliki kekuatan magis yang mampu meluluh lantakkan perasaannya.Untuk sesaat mereka terdiam dan hanya saling pandang satu sama lain. Sampai kemudian bisikan halus terdengar dari mulut Mahesa."I want you, Athalia. I want you and your body," bisiknya tepat di depan wajah Athalia, jarak hidung mereka telah terpan

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Athaliaku

    Arini bisa melihat Mahesa yang mengusap sudut matanya dengan menggunakan ibu jari, lelaki itu menahan tangis ketika menceritakan tentang sosok Bik Atin.Wanita paruh baya itu selalu menjadi sosok pelindungnya sejak kecil. Bik Atin lah yang memeluk Mahesa setiap kali Mahesa mendapatkan ketidakadilan di dalam hidupnya.“Bik Atin itu siapa?” tanya Arini.“Malaikatku,” jawab Mahesa, dia tidak ingin mengatakan kalau Bik Atin adalah pembantunya. Mahesa terlanjur menganggap wanita paruh baya itu sebagai sosok malaikat pelindung.Arini mengulum senyum mendengar jawaban Mahesa. Baiklah, dia tidak akan mengorek tentang Bik Atin. Meskipun Arini merasa sedikit penasaran dengan sosoknya.Tapi dia harus berfokus pada Mahesa. Di sini, Mahesa lah yang menjadi peran utama di dalam kelamnya hidup yang menimpanya.“Maaf jika pertanyaanku kali ini akan menyinggungmu, tapi, apa kau tidak pernah sekali pun merasakan pelukan dari oran

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Tertidur di Pangkuan

    Athalia tercenung, tapi ia mengangguk pelan dan mengangkat kedua tangannya untuk membalas pelukan Mahesa.Sejujurnya, Athalia merasa sangat nyaman dalam pelukan lelaki itu. Namun tingkah Mahesa yang aneh setelah selesai konsul dengan Arini, membuat Athalia merasa kebingungan.Dengan masih memeluk tubuh Athalia yang mungil, Mahesa kembali berkata. “Kau benar, Athalia. Setelah meluapkan semuanya, sekarang hatiku merasa lega. Setidaknya setengah dari beban di hatiku sudah hilang. Aku makin bersemangat untuk bisa sembuh dari semua trauma ini. Aku ingin bisa menjalani kehidupan yang normal seperti orang lain tanpa gangguan dari masa laluku yang pahit. Aku ingin bahagia. Aku ingin bahagia, Athalia. Kau dengar itu, ‘kan? Aku ingin bahagia.”Mata Athalia berkaca-kaca. Mahesa sampai mengulangi kalimatnya beberapa kali saking dia ingin mewujudkan impiannya.Semua belenggu masa lalu yang merantainya harus segera sirna. Mahesa sangat ingin men

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Tersinggung

    “Perutku lapar sekali. Ini aneh. Kenapa aku selalu merasa lapar di tengah malam.” Athalia bangun dari tidurnya. Dia mengubah posisinya menjadi duduk.Matanya melirik ke arah Mahesa yang sedang tidur di samping ranjang. Lelaki itu telungkup, Mahesa langsung pulas setelah percintaan mereka.“Mungkin masih ada makanan di kulkas. Aku akan ke dapur.” Athalia menyibak selimutnya, lalu bergerak pelan saat turun dari ranjang. Dia tak mau mengganggu tidur Mahesa yang lelap.Setelah mengenakan sandal tepleknya, Athalia berjalan keluar kamar. Tujuannya saat ini adalah dapur.Ketika langkahnya tiba di dapur, senyum lebar langsung merekah di bibir manisnya saat ia mendapati sebuah cokelat terlihat begitu menggoda perutnya.“Wah, ada cokelat! Ini milik Mahesa. Tapi dia pasti tidak akan apa-apa jika aku memakannya.” segera Athalia mengambil cokelat itu dan mengunyahnya.“Eumhh … rasanya enak sekali. Cokelat

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Tidak Rela Melepas Athalia

    “Benarkah? Apa semalam aku mendengkur?”Rasanya Athalia tertawa mendengar pertanyaan itu. Sejak kapan Mahesa peduli dengan tidurnya mendengkur atau tidak.Namun Athalia tetap menjawab dengan gelengan kepala.“Tidak. Tidurmu sangat elegan,” jawab Athalia lagi. Mahesa memutar bola matanya, kemudian matanya melirik ke arah kamar, dimana jam dinding terpajang di sana.“Ini sudah jam enam, ‘kan? Sepertinya kita bangun kesiangan. Kita harus pergi ke kantor, Athalia. Aku ada meeting siang ini, bukan?” kata Mahesa lalu bertanya pada Athalia.Athalia kembali mengangguk. “Ya. Kau benar. Kalau begitu aku akan mandi sekarang.”Athalia hendak melangkah menuju kamar, namun Mahesa menangkap tali outer dari gaun malam yang Athalia kenakan, kemudian sengaja menariknya hingga terlepas.Menyadari outer gaun malamnya terlepas, Athalia segera berbalik dan mengerutkan keningnya ke arah Mahesa.

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Anak Sandra!

    “Papa hanya ingin memintamu untuk datang ke perusahaan Papa sekarang juga, Mahesa!” perintah Leuwis dengan suaranya yang tegas.Alis Mahesa terangkat sebelah.“Untuk apa?” tanya Mahesa.“Jangan banyak bertanya, pokoknya datang saja dan lakukan apa yang Papa minta!” tekannya yang seolah memperlakukan Mahesa selayaknya robot yang bisa ia kendalikan.Mahesa mendengus. “Kalau aku tidak mau, bagaimana?” tantang Mahesa, dagunya terangkat, ia sengaja mempermainkan Leuwis.Terdengar suara menggeram di seberang telpon, mungkin Leuwis merasa kesal dan marah begitu mendengar Mahesa yang malah menantangnya.“Jangan mencoba menguji kesabaranku! Aku hanya memintamu datang, itu saja!”“Tapi masalahnya aku tidak mau. Maaf, Pa. Banyak sekali pekerjaan yang harus kuselesaikan. Jadi aku tidak akan menuruti perintah Papa. Aku tidak akan datang ke sana. Sampai jumpa!”TUT

Bab terbaru

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   TAMAT! Akhir Bahagia

    Mahesa menatap pada dokter dengan sorot penuh harap. Dan dokter itu menarik napas sebelum akhirnya berkata.“Keadaan Nyonya Athalia tetap sama. Tapi kita masih bersyukur operasi ini tak memperparah kondisinya. Setelah pulih dari melahirkan, Nyonya Athalia sudah bisa melakukan terapi kankernya di Indonesia. Dia wanita yang kuat, tak banyak yang berhasil bertahan sampai di titik ini,” ungkap dokter itu yang akhirnya membuat Mahesa mendesah lega.Mahesa sangat kagum pada Athalia. Kini ia menatap wajah bayi mungilnya yang tampak memerah. Bayi itu menangis, lalu perawat mengambil alihnya dari tangan Mahesa.“Maaf, Tuan. Kami harus segera memindahkan bayi perempuan Anda ke ruang inkubator.”Mahesa mengangguk mendengar ucapan perawat itu. “Boleh aku ikut mengantar bayiku?” tanya Mahesa, seakan tak rela jika harus berpisah barang hanya sejenak dengan malaikat kecilnya.Perawat dan dokter itu saling pandang,

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Doa dan Harap

    Meski usia kandungan Athalia baru menginjak delapan bulan, namun dokter menyarankan agar bayi Athalia segera dikeluarkan dari kandungannya. Karena akan makin membahayakan kondisi Athalia.Awalnya Athalia sempat menolak dan berdebat kecil dengan Mahesa. Athalia takut terjadi hal buruk pada bayi mungilnya andai dilahirkan premature. Namun Mahesa bersikukuh meyakinkan bahwa dokter tahu yang terbaik. Mahesa juga takut terjadi hal buruk pada bayinya. Tapi ia lebih takut kehilangan Athalia.Akhirnya Athalia luluh setelah Mahesa meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.Dean dan Narsih sudah ada di rumah sakit. Mereka berdua datang ke Jerman. Sedangkan Yasna, Dirly dan keluarga Dean masih di Indonesia. Sengaja sekali Dean tak mau memberitahukan kabar Athalia yang akan dioperasi ini pada mereka agar tak merasa khawatir.“Mahesa, jangan pergi!” Athalia menggenggam erat tangan Mahesa saat perawat mendorong ranjangnya menuju ke ruang operasi.

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Perasaan tak Berubah

    “Dia baik-baik saja.” dokter berkata pada suster setelah ia memeriksa keadaan Athalia.“Tapi dia mengigau terus, dok.”“Tidak apa. Selama kondisinya stabil. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” pungkas dokter yang menangani Athalia. Dokter itu bernama Dokter Greg.Suster itu mengangguk. “Baik, dokter. “ sebenarnya suster itu khawatir terjadi apa-apa pada Athalia, juga karena ia dibayar oleh Dean untuk terus memantau kondisi Athalia dan menginformasikan setiap perkembangannya.Tepat di saat dokter baru saja akan berbalik keluar dari ruangan itu, tiba-tiba mereka mengerutkan kening saat melihat sosok lelaki yang tak dikenal, melangkah memasuki ruang ICU dan menghampiri ranjang Athalia.“Siapa dia?” dokter berbisik pada suster.“Saya tidak tahu, dok,” balas suster itu menggelengkan kepala.Lelaki asing itu adalah Mahesa. Yang ketika melihat pintu ruang ICU tak di

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Akhirnya Menemukanmu

    Tak ingin membuang waktu, Mahesa langsung mengurus keberangkatannya ke Jerman. Dan sebagai seorang ayah yang telah mendukung Mahesa, Leuwis turut membantu segala persiapan putranya.Kini mereka pun telah tiba di bandara. Sebelum masuk ke gate penerbangan, Leuwis menggenggam tangan kanan Mahesa dengan erat.“Apa kau yakin Papa tidak perlu menyusulmu ke sana?” tanya Leuwis, yang sebenarnya ingin ikut.“Tidak perlu, Pa. Papa tunggu saja di sini dan berikan doa yang terbaik untukku.” “Itu pasti. Kau tak perlu memintanya. Papa akan selalu mendoakanmu.”Mahesa tersenyum, sesaat memeluk ayahnya, sebelum kemudian mengurai pelukan dan pamit untuk pergi.Leuwis menghela napas pelan sambil melambaikan tangan, melepaskan kepergian Mahesa yang kini telah menghilang dari pandangan mata.“Semoga keberuntungan dan kebahagiaan selalu menyertaimu, Mahesa,” gumam Leuwis.***Tiba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Temukan Athalia!

    Meski sudah larut malam, Dean tak bisa tidur. Ia masih duduk di ruang tengah sambil menonton TV.Namun, tiba-tiba terdengar suara bell rumahnya yang berdenting.“Ck! Siapa yang bertamu di malam-malam buta begini.” Dean bergumam lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju ke pintu utama.Saat pintu itu dibuka, Dean langsung menghembuskan npaas kasar ketika melihat sosok Mahesa yang berdiri di hadapannya dengan penampilan yang cukup berantakan.Sepertinya Mahesa habis berkelahi. Terlihat dari rahang dan sudut bibirnya yang lebam dan berdarah.“Apa kau sudah gila? Bisakah kau bertamu di waktu yang tepat?” Dean menyindir, baru saja ia akan kembali menutup pintu rumahnya namun tangan Mahesa lebih dulu menahannya dengan kuat, hingga Dean menyerah dan pintu itu pun kembali terbuka lebar.“Sebenarnya apa maumu?” sentak Dean, kesal.“Aku mau kau beritahu aku di mana Athalia berada?” tegas

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Dean Berbohong

    Leuwis tak sanggup saat melihat Mahesa yang sedang kacau seperti ini.“Mahesa,” desah Leuwis bersimpuh duduk di samping Mahesa dan membuat Mahesa membuka kedua matanya hingga bertemu pandang dengan bola mata ayahnya.“Pa … “ Mahesa berbisik pelan. Namun kedua matanya menyiratkan kesedihan. Terihat dari matanya yang memerah dan berkaca-kaca.“Kemarilah, Nak! Kemarilah!” Leuwis membuka tangannya lebar-lebar.Mahesa tahu isyarat itu. Ia pun beringsut duduk dan segera masuk ke dalam pelukan Leuwis. Menghambur memeluk tubuh Leuwis dan menumpahkan tangisnya di dada ayahnya.Mahesa menangis tanpa suara. Hanya saja Leuwis merasa bagian depan bajunya yang basah.“Pa, aku telah kehilangan dia! Aku telah kehilangan Athalia dan anakku! Athalia sedang hamil, Pa. Dia hamil darah dagingku. Berkali-kali aku membujuknya tapi dia tak mau kembali. Aku terlalu banyak menyakitinya. Aku ini lelaki bejat yang sangat menji

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Luka Hati

    Hanya sebentar Leuwis dirawat di rumah sakit. Ia pun sudah boleh pulang ke rumahnya.Selama ada di rumah sakit, tak ada satu pun anggota keluarganya yang menjenguknya selain Mahesa.Entah karena memang mereka tidak tahu Leuwis dirawat, atau mungkin karena mereka tidak peduli sama sekali terhadapnya.Yang jelas, Leuwis merasa kecewa. Ayaz melihat dirinya yang hampir mati, namun sama sekali tak berniat menolongnya.Justru Mahesa lah yang melarikannya ke rumah sakit dan menemaninya meski mereka hanya saling diam dan tak ada satu pun yang berani bicara.“Kau gila, Ayaz! Kau berani melakukan itu pada Papamu? Bagaimana kalau dia masih hidup lalu mengusir kita semua dari rumah ini?”Baru saja Leuwis akan membuka pintu kamar Ayaz untuk menegur anak tirinya itu, namun gerakan Leuwis terhenti saat ia mendengar suara Jessica yang sepertinya sedang berbicara dengan Ayaz.“Masa bodo tentang Leuwis. Dia bukan Papaku. Aku bosan hidup di ba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Diselamatkan oleh Putra yang Dibenci

    “Selama ini aku bekerja untuk memenuhi hidupmu dan keluarga kita. Tapi mengapa kau tak menghargaiku? Setidaknya bantu aku untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini. Bukannya malah menambah masalah di kepalaku!” sentak Leuwis dengan keras.Leuwis marah, tentu saja.Bisa dibilang, Ayaz adalah anak tertua setelah Mahesa. Meskipun Ayaz hanya anak tirinya. Namun Leuwis pikir, sudah sepantasnya Ayaz ikut mengemban tanggung jawab untuk mengurus perusahaan dan membantunya.Bukannya malah hanya berfoya-foya.“Apa masalahnya, Pa? Aku memanggil dua wanita penghibur itu untuk sedikit menyenangkanku. Bagaimana aku bisa bekerja jika hatiku tidak senang?” Ayaz berkata dengan wajah santainya.Membuat bola mata Leuwis melebar.“Tapi kau bisa bersenang-senang di waktu dan tempat yang tepat! Tidak dalam situasi seperti ini!” Leuwis masih tak habis pikir. Ayaz sempat memikirkan kesenangannya di saat mereka terancam hid

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Arti Tulus

    Langit terlihat begitu mendung. Tak secerah tadi pagi, dimana saat mereka asyik bermain sepak bola di halaman belakang rumah Dean.Kini Dean melamun, menatap nanar pada wajah Athalia yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dean menungguinya. Ia mengusir halus semua orang yang hendak ikut menemani Athalia di rumah sakit, termasuk Narsih dan Yasna.“Athalia, kau harus berjanji padaku! Kau akan tetap hidup sampai nanti, sampai Dirly dan anakmu dewasa. Sampai kau berhasil mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya. Jangan pernah pergi sebelum semua itu terjadi. Berjanjilah padaku, Athalia!” Dean meraih tangan kanan Athalia, lalu menciumi jemarinya.Lelaki bertubuh kekar itu tak bisa menahan saat air mata meluruh jatuh melewati pipinya.Hari ini, saat Athalia dibawa ke rumah sakit, dokter memberitahu sebuah kabar yang membuat semua orang terkejut. Tak menyangka. Bahkan terluka.Bagaimana tidak, dokter mengatakan Athalia menderita kanker darah. Dan tak s

DMCA.com Protection Status