Mendengar permintaan Dean, Athalia masih membisu, kepalanya menunduk dalam.
Hatinya gelisah apakah sebaiknya ia menolak atau menyanggupi permintaan lelaki di hadapannya itu. Sedangkan Athalia tak tega melihat wajah memohon Dean saat ini.Terlebih Athalia pun begitu merindukan Dirly. Bocah laki-laki yang berhasil merebut hatinya.“Bagaimana, Athalia? Aku menunggu jawabanmu. Jujur, jika kau menolaknya, aku tidak tahu bagaimana caranya memberitahu Dirly. Dia memiliki harapan yang sangat besar untuk bertemu denganmu. Kau pasti tahu kalau Dirly telah menganggapmu sebagai bagian dalam hidupnya. Dia sangat menyayangimu,” tutur Dean yang makin melemahkan pertahanan Athalia.Meski sebenarnya Athalia masih berada dalam keraguan karena Damar yang membencinya dan melarangnya berhubungan dengan Dean, tapi pada akhirnya Athalia juga tak bisa menahan rasa rindunya terhadap Dirly.“Baiklah, apa pun yang akan terjadi nanti aku akan siap menghadapinya“Kejutan apa, Pa?” tanya Dirly, ingin tahu.Namun Dean mengelengkan kepalanya. “Bukan rahasia namanya kalau Papa kasih tahu sekarang.”Mendengar itu, Dirly mengerucutkan bibirnya sambil menutup buku gambarnya.“Ayo bersiap-siap! Papa tunggu lima belas menit, kau harus segera turun. Kita tidak punya banyak waktu, sayang. Percayalah, kejutan ini sangat spesial dan kau takkan kecewa melihatnya.” Dean mengecup kening Dirly lalu bangkit berdiri dari duduknya.Setelahnya, Dean pun berlalu pergi keluar dari kamar bocah itu.Seperginya Dean, Dirly mengerutkan keningnya. “Sebenarnya Papa ingin memberiku kejutan apa?” gumam Dirly.Tapi Dirly tak terlalu banyak berpikir. Dean pasti akan lama menunggunya. Dirly pun melompat turun dari tempat tidur dan segera memilih baju di lemari.***“Kita sudah sampai!” seru Dean setelah menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah restoran mewah.Di
Jantung Athalia berdegup sangat keras ketika langkah Mahesa dan Kiran makin dekat ke arah mejanya.Saat itu Mahesa pun tak sengaja menatap ke depan sana, hingga membuat kedua bola matanya bersinggungan dengan bola mata Athalia yang berwarna coklat muda.“Atalia?” pekik Mahesa dalam hati.Kiran yang juga menyadari keberadaan Athalia di dalam restoran itu, seketika berdecih jijik.“Ck! Mengapa Athalia selalu saja mengganggu momen romantisku dengan Mahesa? Aku muak sekali melihat wajah wanita murahan itu! Athalia sudah seperti benalu yang terus mengganggu kebahagiaanku,” batin Kiran lalu ia memutar bola matanya malas.Tapi meski begitu, Kiran yang sadar bahwa Mahesa pun mengetahui keberadaan Dean dan Athalia, ia segera mengapit lengan Mahesa dan menunjukan sikap manisnya.“Sayang, bukankah itu temanmu yang bernama Dean, ‘kan? Lihat! Dia sedang bersama Athalia,” ucap Kiran pada Mahesa yang berdiri di sam
“Atalia, apakah makanannya enak?” Dean bertanya dan membuat Athalia terkejut, lalu segera menatapnya.“Iya, Dean. Makanannya sangat enak. Aku menyukainya,” ucap Athalia sedikit gugup.Sikap Athalia yang terlihat aneh membuat Dean mengernyitkan alisnya.“Athalia, kau kenapa? Apa kau sedang sakit?” Dean bertanya.Athalia menggelengkan kepala.“Tidak, Dean. Aku baik-baik saja.”“Wajah Mama kenapa pucat? Mama sungguh baik-baik saja ‘kan?” kali ini Dirly yang bertanya, membuat Athalia gelisah. Namun Athalia tak urung mengangguk kembali.“Jangan khawatir, Dirly. Mama baik-baik saja,” jawab Athalia sambil mengusap lembut puncak kepala Dirly, membuat bocah itu mengembangkan senyum di bibirnya.Akan tetapi Dean masih merasa ada yang aneh dengan sikap Athalia, sebab beberapa kali Dean mengajaknya bicara, kadang Athalia tak fokus menatapnya. Perhatiannya seperti ter
“Pa, Mana Mama? Kenapa Mama lama sekali di toiletnya?” Dirly bertanya pada Dean sembari kepalanya celingukan mencari Athalia yang tak kunjung kembali dari toilet.Dean tersenyum mengacak pelan rambut Dirly, kemudian bersidekap sambil memandangi wajah putranya itu.“Mungkin sebentar lagi Mama Athalia akan kembali,” jawab Dean.Dirly manggut-manggut, lalu kembali menghabiskan makanan yang masih tersisa di piringnya.Sampai tak lama kemudian, Dean mengalihkan matanya ke arah kiri ketika menyadari Athalia berjalan mendekati meja mereka.Dean tersenyum lega melihat Athalia telah kembali dari toilet, tapi senyum itu lenyap seketika saat matanya tertuju pada bibir Athalia yang lipsticknya tampak sedikit berantakan.“Mama kenapa lama di toiletnya?” Dirly langsung bertanya saat Athalia kembali duduk di kursinya semula.Ditanya seperti itu, Athalia bingung harus menjawab apa. Tentu saja tak mungkin Athalia menjawab y
Karena hari ini butik Nora libur, maka Athalia lah yang berbelanja ke pasar. Di dalam secarik kertas, ada daftar belanjaan yang harus Athalia beli. Tentu saja diantaranya kebanyakan adalah bahan untuk Narsih berjualan.Karena jarak pasar yang lumayan jauh, Athalia pun naik angkutan umum. Setelah mendapat semua barang belanjaannya, ia pun kembali pulang dengan angkutan umum yang lain.Akan tetapi, mata Athalia tiba-tiba menyipit saat melihat orang-orang berkerumun di tepi jalan. Keningnya berkerut, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.“Wah, ada perampokan,” seru sopir angkot yang membuat Athalia cukup terkejut.Perampokan?Athalia kembali menajamkan penglihatannya, dan ia terhenyak saat melihat dari celah-celah kerumunan itu, ada seseorang yang sangat dikenalinya sedang berdiri ketakutan, dia adalah Rita, yang ternyata sedang disandra oleh seorang lelaki yang mengenakan topeng kain di kepalanya. Sebilah pisau siap menikam leher Rita andai Rita
Mendengar suara Damar yang mengejek Athalia, membuat Rita memasang wajah tak suka.“Pa, jangan berkata seperti itu pada Athalia!” tegas Rita.“Kenapa, Ma? Untuk appa membela wanita ini? Apakah dia sudah mempengaruhimu hingga kau membelanya?” Damar bertanya pada Rita, lalu ia memutar wajah dan menghadap pada Athalia yang berdiri diam di depannya.“Kau.” Damar menunjuk wajah Athalia. “Menjauhlah dari keluargaku! Baik itu Dean, Dirly atau pun istriku. Aku tidak suka melihatmu di sekitar mereka,” ketus Damar yang membuat ulu hati Athalia terasa sakit.“Athalia tidak bersalah, Pa—““Cukup, Ma! Wanita rendahan seperti dia tak perlu dibela. Mama diam. Papa sedang bicara pada wanita ini agar dia paham di mana posisinya.”Damar mendelik pada istrinya, memerintahkan Rita untuk menutup mulutnya dan berhenti melakukan pembelaan terhadap Athalia.Namun Rita merasa tak tega. Seba
Ternyata Narsih jatuh sakit akibat kelelahan. Dan ia dirawat selama tiga hari berturut-turut. Selama Narsih dirawat, Athalia memilih cuti dulu dari pekerjaannya dan menemani Narsih.Sebab tak mungkin Athalia meninggalkan ibunya sendirian di rumah sakit sedangkan Yasna bersekolah.“Untunglah Bu Nora begitu baik memberikanmu waktu untuk cuti, Athalia. Maaf, Ibu malah membuatmu repot,” ucap Narsih pada Athalia ketika Athalia sedang menyuapinya.Athalia tersenyum, menggelengkan kepala. “Apanya yang repot, Bu? Aku tidak merasa direpotkan sama sekali. Aku senang karena sore ini Ibu sudah boleh pulang,” balas Athalia, seraya menyentuh tangan Narsih.“Tapi Athalia, bagaimana cara membayar biaya rumah sakit ini. Ini bukan rumah sakit yang murah. Biayanya pasti akan membengkak setelah Ibu dirawat selama berhari-hari.” Narsih memasang raut khawatir.“Coba kau pergi ke rumah dan pecahkan saja celengan Ibu. Mungkin itu bisa sedik
Mendengar nama Athalia, Mahesa mengernyitkan alisnya. Merasa tak percaya jika Athalia datang ke kantornya.“Untuk apa Athalia ingin bertemu denganku?” tanya Mahesa dalam hati.Tapi kemudian,Mahesa menyunggingkan sebelah ujung bibirnya, tersenyum culas.“Baiklah, suruh dia masuk ke ruang kerjaku!”“Baik, Tuan Mahesa.”Mahesa pun menutup sambungan telponnya dan kembali menaruh gagang telpon itu ke tempatnya.Setelahnya, Mahesa menautkan kedua tangannya di bawah dagu seraya mengulas senyum lebar.“Athalia, apa yang membuatmu ingin masuk ke kandang macan? Apa kau sudah merasa bosan hidup susah dan ingin melempar tubuhmu padaku?” gumam Mahesa dengan senyum puasnya.Tak berselang lama, pintu ruang kerjanya diketuk dari luar. Dan Mahesa sudah bisa menebak siapa yang datang.“Masuk!”Daun pintu itu pun terbuka perlahan, Mahesa menegakan duduknya, menanti seseorang yang ingin m