Share

Acara Penghargaan

Penulis: Syifa Safaah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Begitu mendengar kabar dari Bik Inah bahwa cucu mereka sedang sakit, Rita dan Damar langsung pergi ke rumah Dean. Bahkan mereka sampai rela membatalkan penerbangan ke Surabaya hanya agar bisa melihat keadaan Dirly.

Hancur hati mereka saat melihat kondisi Dirly yang lemah. Sebelah tangannya dihias oleh selang infusan.

“Dirly, ayo makan dulu! Nenek suapin ya, sayang.” duduk di samping ranjang Dirly, Rita menyodorkan sendok ke depan mulut cucunya, berharap Dirly mau membuka mulut dan menelan makanannya.

Namun bocah itu tetap terdiam. Hanya menunduk dengan tatapan yang lesu.

“Dirly, kau ingin pergi ke toko buku dan membeli koleksi komik lagi, ‘kan? Papa akan mengajakmu ke sana. Tapi kau harus menghabiskan makananmu. Apa kau masih ingat yang pernah Papa katakan? Jagoan tidak pernah cengeng.” Dean berkata karena melihat mata Dirly yang memang memerah tanda habis menangis.

Sejak tadi pagi, Dirly belum memasukan apa pun ke dalam perutnya. Bocah itu menutup rapat mulutnya dan menolak makan mau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Tak Bisa Melihat Ketulusan

    “Kau tidak ingin hadir di acara yang sangat penting bagiku? Apakah menurutmu pekerjaanmu adalah segalanya dibandingkan perasaan calon istrimu sendiri?” Mahesa mendengkus pelan, merasa Kiran mulai drama.“Aku banyak pekerjaan di kantor. Dan kau tahu itu, ‘kan?”“Ya sudah, aku pergi sendiri saja. Semenjak kau berselingkuh dengan Athalia, wanita itu berhasil mencuci otakmu dan tak sayang lagi padaku. Padahal dulu kau selalu menganggap aku sebagai prioritasmu. Tapi sekarang… “ mata Kiran mulai berkaca-kaca, membuat Mahesa membuang napas kesal dan memijit keningnya.Merasa jengah melihat Kiran dan tak ingin berdebat, maka mau tak mau Mahesa mengangguk. “Baiklah, acaranya minggu depan, bukan? Aku akan pergi denganmu. Kau senang?” Mahesa mengangkat sebelah alisnya.Ucapan lelaki itu membuat selarik senyum tersungging di bibir Kiran.*** Begitu mendapat kabar dari Dean bahwa Dirly sedang sakit, Athalia tak berpikir dua kali untuk segera datang ke rumah Dean.Kini Athalia sudah ada di dalam

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Wanita Manipulatif

    Malam ini acara awards digelar di sebuah gedung luas yang tertutup. Seperti yang dikatakan oleh Sisy, ada ruangan khusus untuk artis-artis tertentu yang menjadi tamu spesial.Athalia pun sedang mengerjakan tugasnya. Bukan cuma ia saja yang bertugas membersihkan dan melayani artis di sana. Ada sekitar empat orang lainnya yang berkerja sepertinya.Ada LCD besar di dalam ruangan khusus itu yang menampilkan setiap rangkaian acara awards di atas panggung. Para artis yang diundang khusus, mereka cukup duduk di ruangan khusus itu dengan sofa empuk—di sana. Kemudian menikmati tayangan sambil mengobrol santai sambil menikmati jamuan yang disediakan.Dan Athalia tidak tahu kalau salah satu artis yang diundang secara khusus itu adalah Kiran Ardelia.“Mahesa, nanti akan banyak wartawan yang meliput kita saat kita keluar dari mobil. Aku minta kau tersenyum walau sedikit saja, tunjukan kalau kau adalah kekasihku yang sangat romantis.” mobil mewah Mahesa berhenti tepat di depan red carpet.Kiran lan

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Penghargaan yang Gagal

    “Jangan khawatir. Istri Anda hanya mengalami pendarahan kecil. Biarkan saja dia beristirahat sejenak. Beberapa jam lagi, baru Anda boleh membawanya pulang,” ucap Dokter setelah menangani Athalia.Mahesa ingin menyela dokter itu dan mengoreksi bahwa Athalia bukanlah istrinya. Tapi akhirnya Mahesa menutup mulutnya kembali dan membiarkan dokter itu dengan kesimpulannya.“Mungkin karena membawa wanita yang sedang hamil, jadi dokter itu menganggap Athalia adalah istriku. Ck! Lucu sekali!” decak Mahesa dalam hati.Setelah dokter itu berlalu pergi. Mahesa pun melangkah masuk ke ruang rawat Athalia. Berdiri di samping ranjang dan hanya mengamati wajah cantiknya yang matanya masih terpejam rapat.Mungkin karena lelah, Athalia sampai tertidur saat di mobil. Dan Mahesa menggendongnya ke dalam rumah sakit.Perlahan mata Athalia mengerjap lalu terbuka. Ia tercenung sesaat melihat tubuh jangkung Mahesa berdiri di samping ranjangnya dan sedang memperhatikannya dengan tatapan yang entah.“Mahesa?” gu

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Apakah Dia Teman Tidur Mahesa?

    Mahesa tampak sedang duduk di balik meja kerjanya dengan wajah serius ketika Athalia mengetuk pintu dari luar.“Masuk!” suara berat itu menyahut, membuat Athalia membuang napas pelan, sebelum kemudian memutar kenop, dan mendorong daun pintu hingga sedikit terbuka.“Maaf, Tuan. Ada laporan penting yang harus Anda periksa dan tanda tangani,” ucap Athalia, memberitahu, sambil satu tangannya menutup pintu dengan hati-hati.“Hmm … letakan saja di atas meja,” sahut Mahesa tanpa melepaskan pandangan dari layar monitor di depannya.Athalia menelan berat salivanya, kerongkongannya tiba-tiba mendadak kering. Mahesa mengabaikannya. Seakan Athalia adalah makhluk yang menjijikan jika ditatap.“Baik, Tuan Mahesa.” namun Athalia mengangguk, tersenyum kecil dan membawa map itu dengan langkah jenjangnya.Setelah menaruhnya di atas meja, Athalia sedikit melirik Mahesa dengan ujung matanya, berharap ada sapaan atau perintah lain dari lelaki itu, kemudian menatapnya. Setidaknya agar Athalia tak merasa di

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Sekretaris yang Baik

    “Athalia! Laporan ini harus sampai di tangan Tuan Mahesa sebelum jam makan siang, karena ini sangat penting, kau mengerti?” salah seorang petinggi dari divisi keuangan, mendatangi meja Athalia dan menyerahkan sebuah laporan yang katanya harus segera diberikan kepada Mahesa.“Harus sekarang?” “Ya. Harus sekarang kalau bisa. Lebih cepat lebih baik. Lagipula jam makan siang tinggal lima belas menit lagi.” Athalia mengangguk, lalu orang itu pergi setelah urusannya selesai dengan Athalia.Athalia menunduk, menatap pada laporan yang ada di tangannya, kemudian mengalihkan pandangan ke arah pintu ruang kerja CEO yang tertutup rapat itu.“Ini sudah hampir jam dua belas, tapi wanita tadi masih berada di dalam ruangan Mahesa. Apa aku—“ Athalia tak melanjutkan kalimatnya, dia sedang berpikir keras, apakah sebaiknya dia mengantarkan laporan itu sekarang?Tapi bagaimana jika di dalam sana, Mahesa ternyata sedang … Athalia memejamkan mata, mengusir jauh-jauh pikiran negatifnya. “Laporan ini san

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Perusahaan Leuwis Bangkrut

    “Apa yang terjadi dengan kakakmu, Yasna?”“Aku tidak tahu, Bu. Sejak kembali tinggal bersama kita, Kak Athalia murung. Aku hampir tidak pernah melihatnya tersenyum dan tertawa. Padahal biasanya kita selalu bercanda.” Yasna menarik napas pelan setelah menjawab pertanyaan Narsih.Mendengar ucapan Yasna, riak wajah Narsih berubah khawatir. Manik mata mereka mengamati punggung Athalia yang saat ini sedang duduk di atas kursi, sebelah tangannya keluar dari jendela kamar, menopang dagu, kepalanya mendongkak, matanya jauh menatap pada salah satu benda luar angkasa yang tampak menghias di atas langit, begitu indah.Narsih dan Yasna memperhatikan di ambang pintu kamar Athalia yang terbuka. Athalia nyaris selalu melewatkan makan malamnya. Ia memilih menghabiskan waktu sendirian untuk melamun daripada mengobrol di atas meja makan bersama dengan ibu dan adiknya.Bukankah wajar jika hal itu membuat Narsih dan Yasna khawatir?

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Cemburu yang Menyakitkan

    “Saya tahu Anda pasti akan terkejut, Tuan. Oleh karena itu saya meminta maaf. Tapi, menurut saya perusahaan ini sudah sangat bermasalah. Dan saya tidak bisa terus bekerja di perusahaan ini lagi,” jujurnya.Leuwis mengacak rambut dengan gusar, lalu matanya menatap marah pada sekretarisnya yang sebelumnya ia sangka akan setia bekerja di perusahaanya.Di saat banyak karyawan yang memilih mengundurkan diri karena mengetahui kondisi perusahaan yang sudah mulai karam, sekarang, giliran sekretarisnya yang akan meninggalkannya.“Terserah, Tiana! Jika kau ingin pergi, pergi saja sana! Kalian semua membuatku muak! Tidak ada satu pun yang bisa kuandalkan! Semuanya membuatku kesal! Cepat pergi sana! Dan jangan pernah tunjukkan lagi wajahmu di hadapanku!” Leuwis menggebrak meja dengan keras, membuat Tiana tersentak kaget hingga memegangi dadanya.Lalu Leuwis mengarahkan telunjuk ke arah pintu, mengusir Tiana dengan hardikannya.Dengan perasaan tak

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Rasa Mual

    “Mahesa! Sayang! Maaf aku terlambat!” suara lembut seorang wanita membuat Athalia mengangkat kepala.Jessy baru saja masuk melewati pintu toko, lalu sedikit berlari ke arah Mahesa, kemudian memeluknya sesaat, tanpa merasa malu di depan pramuniaga yang wajahnya sudah memerah.“Apa yang kau beli? Kau membeli sesuatu untukku, ‘kan?” Jessy mendongkak dan bertanya, sebelah tangannya menggelayut di lengan kekar Mahesa, sebelahnya lagi mencoba membuka papper bag yang baru saja diberi oleh pramuniaga tadi, mencoba melihat isi di dalamnya.“Jangan! Ini rahasia. Tapi aku membelinya memang untukmu. Aku akan memberikannya saat pesta perusahaan nanti,” ucap Mahesa, sedikit menjauhkan jemari lentik Jessy dari papper bag yang dipegangnya.Athalia menelan salivanya yang terasa berat, pandangannya tertuju ke bawah menatap pada heels hitam yang dikenakannya. Setidaknya itu lebih baik daripada memandangi

Bab terbaru

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   TAMAT! Akhir Bahagia

    Mahesa menatap pada dokter dengan sorot penuh harap. Dan dokter itu menarik napas sebelum akhirnya berkata.“Keadaan Nyonya Athalia tetap sama. Tapi kita masih bersyukur operasi ini tak memperparah kondisinya. Setelah pulih dari melahirkan, Nyonya Athalia sudah bisa melakukan terapi kankernya di Indonesia. Dia wanita yang kuat, tak banyak yang berhasil bertahan sampai di titik ini,” ungkap dokter itu yang akhirnya membuat Mahesa mendesah lega.Mahesa sangat kagum pada Athalia. Kini ia menatap wajah bayi mungilnya yang tampak memerah. Bayi itu menangis, lalu perawat mengambil alihnya dari tangan Mahesa.“Maaf, Tuan. Kami harus segera memindahkan bayi perempuan Anda ke ruang inkubator.”Mahesa mengangguk mendengar ucapan perawat itu. “Boleh aku ikut mengantar bayiku?” tanya Mahesa, seakan tak rela jika harus berpisah barang hanya sejenak dengan malaikat kecilnya.Perawat dan dokter itu saling pandang,

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Doa dan Harap

    Meski usia kandungan Athalia baru menginjak delapan bulan, namun dokter menyarankan agar bayi Athalia segera dikeluarkan dari kandungannya. Karena akan makin membahayakan kondisi Athalia.Awalnya Athalia sempat menolak dan berdebat kecil dengan Mahesa. Athalia takut terjadi hal buruk pada bayi mungilnya andai dilahirkan premature. Namun Mahesa bersikukuh meyakinkan bahwa dokter tahu yang terbaik. Mahesa juga takut terjadi hal buruk pada bayinya. Tapi ia lebih takut kehilangan Athalia.Akhirnya Athalia luluh setelah Mahesa meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.Dean dan Narsih sudah ada di rumah sakit. Mereka berdua datang ke Jerman. Sedangkan Yasna, Dirly dan keluarga Dean masih di Indonesia. Sengaja sekali Dean tak mau memberitahukan kabar Athalia yang akan dioperasi ini pada mereka agar tak merasa khawatir.“Mahesa, jangan pergi!” Athalia menggenggam erat tangan Mahesa saat perawat mendorong ranjangnya menuju ke ruang operasi.

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Perasaan tak Berubah

    “Dia baik-baik saja.” dokter berkata pada suster setelah ia memeriksa keadaan Athalia.“Tapi dia mengigau terus, dok.”“Tidak apa. Selama kondisinya stabil. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” pungkas dokter yang menangani Athalia. Dokter itu bernama Dokter Greg.Suster itu mengangguk. “Baik, dokter. “ sebenarnya suster itu khawatir terjadi apa-apa pada Athalia, juga karena ia dibayar oleh Dean untuk terus memantau kondisi Athalia dan menginformasikan setiap perkembangannya.Tepat di saat dokter baru saja akan berbalik keluar dari ruangan itu, tiba-tiba mereka mengerutkan kening saat melihat sosok lelaki yang tak dikenal, melangkah memasuki ruang ICU dan menghampiri ranjang Athalia.“Siapa dia?” dokter berbisik pada suster.“Saya tidak tahu, dok,” balas suster itu menggelengkan kepala.Lelaki asing itu adalah Mahesa. Yang ketika melihat pintu ruang ICU tak di

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Akhirnya Menemukanmu

    Tak ingin membuang waktu, Mahesa langsung mengurus keberangkatannya ke Jerman. Dan sebagai seorang ayah yang telah mendukung Mahesa, Leuwis turut membantu segala persiapan putranya.Kini mereka pun telah tiba di bandara. Sebelum masuk ke gate penerbangan, Leuwis menggenggam tangan kanan Mahesa dengan erat.“Apa kau yakin Papa tidak perlu menyusulmu ke sana?” tanya Leuwis, yang sebenarnya ingin ikut.“Tidak perlu, Pa. Papa tunggu saja di sini dan berikan doa yang terbaik untukku.” “Itu pasti. Kau tak perlu memintanya. Papa akan selalu mendoakanmu.”Mahesa tersenyum, sesaat memeluk ayahnya, sebelum kemudian mengurai pelukan dan pamit untuk pergi.Leuwis menghela napas pelan sambil melambaikan tangan, melepaskan kepergian Mahesa yang kini telah menghilang dari pandangan mata.“Semoga keberuntungan dan kebahagiaan selalu menyertaimu, Mahesa,” gumam Leuwis.***Tiba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Temukan Athalia!

    Meski sudah larut malam, Dean tak bisa tidur. Ia masih duduk di ruang tengah sambil menonton TV.Namun, tiba-tiba terdengar suara bell rumahnya yang berdenting.“Ck! Siapa yang bertamu di malam-malam buta begini.” Dean bergumam lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju ke pintu utama.Saat pintu itu dibuka, Dean langsung menghembuskan npaas kasar ketika melihat sosok Mahesa yang berdiri di hadapannya dengan penampilan yang cukup berantakan.Sepertinya Mahesa habis berkelahi. Terlihat dari rahang dan sudut bibirnya yang lebam dan berdarah.“Apa kau sudah gila? Bisakah kau bertamu di waktu yang tepat?” Dean menyindir, baru saja ia akan kembali menutup pintu rumahnya namun tangan Mahesa lebih dulu menahannya dengan kuat, hingga Dean menyerah dan pintu itu pun kembali terbuka lebar.“Sebenarnya apa maumu?” sentak Dean, kesal.“Aku mau kau beritahu aku di mana Athalia berada?” tegas

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Dean Berbohong

    Leuwis tak sanggup saat melihat Mahesa yang sedang kacau seperti ini.“Mahesa,” desah Leuwis bersimpuh duduk di samping Mahesa dan membuat Mahesa membuka kedua matanya hingga bertemu pandang dengan bola mata ayahnya.“Pa … “ Mahesa berbisik pelan. Namun kedua matanya menyiratkan kesedihan. Terihat dari matanya yang memerah dan berkaca-kaca.“Kemarilah, Nak! Kemarilah!” Leuwis membuka tangannya lebar-lebar.Mahesa tahu isyarat itu. Ia pun beringsut duduk dan segera masuk ke dalam pelukan Leuwis. Menghambur memeluk tubuh Leuwis dan menumpahkan tangisnya di dada ayahnya.Mahesa menangis tanpa suara. Hanya saja Leuwis merasa bagian depan bajunya yang basah.“Pa, aku telah kehilangan dia! Aku telah kehilangan Athalia dan anakku! Athalia sedang hamil, Pa. Dia hamil darah dagingku. Berkali-kali aku membujuknya tapi dia tak mau kembali. Aku terlalu banyak menyakitinya. Aku ini lelaki bejat yang sangat menji

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Luka Hati

    Hanya sebentar Leuwis dirawat di rumah sakit. Ia pun sudah boleh pulang ke rumahnya.Selama ada di rumah sakit, tak ada satu pun anggota keluarganya yang menjenguknya selain Mahesa.Entah karena memang mereka tidak tahu Leuwis dirawat, atau mungkin karena mereka tidak peduli sama sekali terhadapnya.Yang jelas, Leuwis merasa kecewa. Ayaz melihat dirinya yang hampir mati, namun sama sekali tak berniat menolongnya.Justru Mahesa lah yang melarikannya ke rumah sakit dan menemaninya meski mereka hanya saling diam dan tak ada satu pun yang berani bicara.“Kau gila, Ayaz! Kau berani melakukan itu pada Papamu? Bagaimana kalau dia masih hidup lalu mengusir kita semua dari rumah ini?”Baru saja Leuwis akan membuka pintu kamar Ayaz untuk menegur anak tirinya itu, namun gerakan Leuwis terhenti saat ia mendengar suara Jessica yang sepertinya sedang berbicara dengan Ayaz.“Masa bodo tentang Leuwis. Dia bukan Papaku. Aku bosan hidup di ba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Diselamatkan oleh Putra yang Dibenci

    “Selama ini aku bekerja untuk memenuhi hidupmu dan keluarga kita. Tapi mengapa kau tak menghargaiku? Setidaknya bantu aku untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini. Bukannya malah menambah masalah di kepalaku!” sentak Leuwis dengan keras.Leuwis marah, tentu saja.Bisa dibilang, Ayaz adalah anak tertua setelah Mahesa. Meskipun Ayaz hanya anak tirinya. Namun Leuwis pikir, sudah sepantasnya Ayaz ikut mengemban tanggung jawab untuk mengurus perusahaan dan membantunya.Bukannya malah hanya berfoya-foya.“Apa masalahnya, Pa? Aku memanggil dua wanita penghibur itu untuk sedikit menyenangkanku. Bagaimana aku bisa bekerja jika hatiku tidak senang?” Ayaz berkata dengan wajah santainya.Membuat bola mata Leuwis melebar.“Tapi kau bisa bersenang-senang di waktu dan tempat yang tepat! Tidak dalam situasi seperti ini!” Leuwis masih tak habis pikir. Ayaz sempat memikirkan kesenangannya di saat mereka terancam hid

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Arti Tulus

    Langit terlihat begitu mendung. Tak secerah tadi pagi, dimana saat mereka asyik bermain sepak bola di halaman belakang rumah Dean.Kini Dean melamun, menatap nanar pada wajah Athalia yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dean menungguinya. Ia mengusir halus semua orang yang hendak ikut menemani Athalia di rumah sakit, termasuk Narsih dan Yasna.“Athalia, kau harus berjanji padaku! Kau akan tetap hidup sampai nanti, sampai Dirly dan anakmu dewasa. Sampai kau berhasil mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya. Jangan pernah pergi sebelum semua itu terjadi. Berjanjilah padaku, Athalia!” Dean meraih tangan kanan Athalia, lalu menciumi jemarinya.Lelaki bertubuh kekar itu tak bisa menahan saat air mata meluruh jatuh melewati pipinya.Hari ini, saat Athalia dibawa ke rumah sakit, dokter memberitahu sebuah kabar yang membuat semua orang terkejut. Tak menyangka. Bahkan terluka.Bagaimana tidak, dokter mengatakan Athalia menderita kanker darah. Dan tak s

DMCA.com Protection Status