Senyuman lebar yang terlukis di bibirnya menjadi mengecil saat Alexa menyindir dia yang tidak bisa menjawab pertanyaannya. Ia hanya membutuhkan dua jawaban di antara salah satunya, tapi malah dijawab panjang dengan pertanyaan kembali.“Tidak.”Jawaban Deana sangat singkat dan ketus setelah disindir Alexa. Alexa mengangguk paham atas sikap yang ditampakkan oleh dia dengan sengaja atau pun tidak sengaja. Sikapnya sudah tergambar jelas bahwa dia menyembunyikan hubungan mereka.“Jika tidak ada kepentingan lagi di sini, bisa keluar dari ruangan saya,” usir Deana.Alexa melirik kotak berwarna merah muda yang terdapat lubang panjang berukuran lonjong itu sambil tersenyum miring. Semua akan terbukti pada kamera pengintai di beberapa ruangan yang peluangnya lebih besar untuk melakukan hal yang tidak pantas saat bekerja.Alexa hanya menunggu memainkan waktu dan membongkar pada waktu yang tepat. Ia bukan wanita bodoh yang tidak mengerti teknologi dan lebih cerdas dari pada Deana.Wanita yang ber
“Iya. Hari ini, tepat tanggal empat belas Februari merupakan hari kasih sayang sedunia. Kamu lupa tanggal atau tidak pernah melihat tanggal?”Frank menggoda Alexa yang memang tidak pernah memeriksa tanggal dan hari di kalender. Alexa hanya mengandalkan waktu dengan melihat di layar handphone tanpa memerhatikan tanggal setiap bulan.Alexa tersenyum tipis sembari melirik karyawan perhiasan dan memukul lengannya pelan. Karyawan toko itu ikut tersenyum sambil terkekeh.“Wajar, ya, Kak tidak tahu tanggal,” kata karyawan toko perhiasan.“Iya. Biasa, kalau sibuk itu jarang memeriksa tanggal dan hari di kalender.”Alexa terkekeh lalu mencari perhiasan yang diinginkan olehnya. Ia menginginkan kalung yang kecil dan memiliki liontin yang manis dan imut. Bola mata sibuk mencari kalung di antara beberapa perhiasan yang menonjol dan mengkilap.Lima menit berlalu, ia menemukan kalung yang sesuai dengan keinginan lalu menunjuk dan diambilkan oleh karyawan yang melayaninya. Karyawan itu memperlihatkan
Alexa merasa ada yang menyentuh di lengan dengan tekstur lembut. Sontak, ia menoleh ke sisi kanan dan ditampakkan pemandangan boneka koala yang berukuran sama dengan tubuhnya. Garisan panjang terukir di bibirnya sembari menatap Frank yang tersenyum juga.Boneka koala adalah boneka kesukaannya. Karakter koala yang imut, lucu dan manis itu juga bisa dipeluk ketika di kamar dan dalam keadaan sendiri. Selain itu, koala juga termasuk hewan yang manja dan minta digendong tanpa seizin maupun tidak.Alexa mengambil boneka koala besar itu. “Terima kasih.”“Sama-sama. Kamu suka?”Alexa mengangguk cepat. “Suka.”“Aku memilih ini karena terlihat manis seperti kamu.”Lagi dan lagi, dia membuatnya tersenyum tanpa alasan. Tanpa sengaja juga, dia bisa menemukan boneka kesukaannya karena tidak pernah bertanya kepadanya.Perut Alexa berbunyi dengan keras sampai terdengar oleh Frank. Frank tertawa mendengar perutnya yang berbunyi keras.“Kalau lapar itu bilang dan jangan gengsi. Setelah makan, jangan lu
“Tidak apa, artinya kamu tidak pernah menjadi milikmu dan siap menerima risiko yang pernah kulakukan padamu,” jawab Frank lembut.“Kamu ti—”Bibir Frank menempel dan mengecup bibirnya secepat kilat hingga membuat perkataannya terputus. Frank tidak ingin mendengar kalimat penolakan atas yang telah dilakukan. Dia siap bertanggung jawab atas apa pun yang terjadi padanya.“Jangan menolak tanggung jawabku. Aku siap menerimamu dalam keadaan apa pun ketika kondisi ke depan semakin memburuk dan siap menerima anak yang ada dalam rahimmu,” ucap Frank dengan netra teduhnya seraya mengusap bibir Alexa.Alexa menatap Frank dengan kelopak mata yang dipenuhi dengan butiran bening. Ia mengecup bibirnya perlahan selama dua menit.“Terima kasih banyak untuk semuanya.”Frank mengangguk sambil tersenyum dan mengelus pipinya lembut. Sikap dewasa Frank membuatnya nyaman ketika berada di sampingnya. Dia sangat mengerti keadaannya untuk saat ini dan tidak pernah memaksa untuk melakukan apa pun.Alexa tidak i
“Kalau nyari Pak Barnett tunggu saja dia datang karena dia pasti datang hanya saja tadi terlambat bangun karena ada hal yang dilakukan bersama saya semalam,” jawab Alexa yang menambahkan kalimat ambigu lalu tersenyum miring dan menatapnya lamat.Alexa ingin mengetahui reaksinya ketika mengatakan demikian. Bola mata membulat, mematung dan alis sedikit bertaut membuatnya tersenyum. Tidak lama, Deana mengeluarkan senyuman palsu dan nadanya bergetar ketika hendak pamit kepadanya.“Ah, begitu. Baiklah. Saya ke ruangan sebentar, Bu.”Deana meninggalkan Alexa yang telah mendekati pintu ruangannya lalu memasuki ruangan dengan senyuman lebar dan puas melihatnya yang sedang dikelilingi api. Sikap seperti itu tidak bisa disembunyikan sehingga dimanfaatkan olehnya untuk kepuasan diri dan melihat secara langsung ketika merespons ucapannya seperti itu.Uji coba Alexa ampuh seratus persen sehingga bukti itu semakin kuat untuk pisah dengan Barnett. Setelah acara di luar kantor berakhir, ia mengurus s
“Kelelahan saja, Pa.”“Bener?”“Iya, Pa. Alexa tadi juga sempat tidur di ruang kesehatan dan diberi vitamin juga sama Dokter yang jaga di sana.”“Syukurlah. Kalau kamu lelah, jangan ikut survey tempat, ya. Biar Deana dan yang lain berangkat ke sana.”Alexa melirik Barnett yang tertunduk sembari memerhatikan laptop dengan rahang yang keras hanya terdiam tanpa membantah satu kata pun. Kebisuannya membuat Alexa memikirkan hal yang akan dilakukan padanya atau yang diucapkan olehnya.“Tidak perlu, Pa. Alexa masih sanggup dan sesekali jalan-jalan juga,” tolak Alexa lembut lalu tersenyum lebar.“Sungguh? Kalau lelah dan sakit jangan dipaksa berangkat, Nak Alexa.”“Kamu jang—”“Aku gak apa.”Alexa memotong perkataan Barnett secepat kilat. Ia berusaha mempertahankan diri untuk tetap berangkat survey tempat dengan intonasi penekanan. Barnett terlihat berusaha perhatian kepadanya dengan cara melarang berangkat, tetapi ditolak dan disanggah olehnya.Barnett menatap heran ke arahnya ketika ia mena
“Orang dewasa sudah pintar argumentasi makanya sering melanggar,” balas Barnett ketus.“Bukan, seperti itu, Bar. Orang dewasa sering melanggar karena rasa penasarannya lebih besar dari pada anak kecil yang rasa takut terhadap banyak hal itu lebih besar sehingga sering patuh.”Kelvin mengeluarkan argumentasi tentang kalimat sindiran Alexa mengenai orang dewasa sering melanggar aturan. Alexa menoleh ke arah Barnett dan Kelvin dengan senyuman lebar sambil menggeleng pelan.“Ish, ketahuan sering melanggar aturan,” desis Alexa.“Memangnya kamu gak pernah melanggar aturan?” tanya Kelvin.Alexa menoleh ke arahnya. “Aku?” tunjuk diri sendiri.“Iya, kamu.”Alexa tertawa. “Jelas, pernah.”“Dasar,” celetuk Barnett sembari menoleh ke arahnya.Satu jam lebih lima belas menit, ia tiba di tempat berkemah pertama. Ia turun bersama Barnett dan Frank. Mereka mendatangi kantor pengelola tempat berkemah untuk meminta izin kepada karyawan untuk menyewa tempat dan peralatan dalam acara outbound kantor sert
Alexa hanya tersenyum tipis sembari menatap teman lamanya itu. Hanya senyuman sebagai jawaban dari pertanyaannya karena cukup menggambarkan suasana hati saat ini.“Kenapa senyuman manismu yang dikeluarkan?” tanya Nikkie lembut sembari memegang tangannya.“Itu jawabanku, Nikkie,” jawabnya dengan intonasi penekanan lalu tersenyum lebar.Nikkie sedikit memundurkan wajahnya dengan senyuman panjang yang terlukis di bibirnya dan satu mata menyipit. Dia seolah-olah memahami yang ditampakkan olehnya sehingga jantungnya sedikit berdegup kencang.“Ah, sudah kuduga, hidupmu pasti bahagia dan tentram karena suamimu adalah anak dari konglomerat dan CEO perusahaan teknologi terbesar di negara ini.” Nikkie menepuk lengannya sambil tertawa dan mendongak ke langit villa.Nikkie terlihat sedang membayangkan kehidupan Alexa bagaikan Sang Ratu di dalam kerajaan yang dilayani oleh banyak asisten rumah tangga. Dia tidak berhenti bicara dan tampak senang membayangkan kehidupan yang terlihat dan disangka men
“Maafkan kami yang tidak bisa menyelamatkan nyawanya. Mas Frank telah meninggalkan kita semua.” Dokter yang pernah menanganinya memberikan kabar buruk kepada Alexa, Barnett, Helena dan Bayu.Ia mematung dengan kaki yang sudah tak kuat menahan apa pun yang didengar dan tubuhnya hingga terduduk lemas sambil menggendong Ali dan ditangkap oleh Barnett yang ikut duduk di lantai. Alexa menggeleng pelan sambil mengalirkan butiran bening di pipi.“Tidak mungkin, Frank orangnya kuat, mana mungkin dia meninggal. Dokter berbohong kepadaku.”Helena mengambil Ali dan menggendong lalu menjauh dari situasi yang memanas dan sedih hingga berdiri di dekat dinding yang masih bisa memantau kakaknya dan Alexa. Alexa berdiri sembari menyingkirkan Barnett lalu menarik jas putih itu.“Katakan pada saya, Dok bahwa Dokter berbohong, kan atas kematian Frank? Dia sudah kuat beberapa tahun untuk melawan penyakitnya, tapi kenapa dia menyerah begitu saja disaat aku dengannya mau menikah, Dok? Katakan kalau itu boho
“Katanya sudah lama, tapi tidak pernah memberitahuku tentang penyakitnya dengan alasan tidak ingin membuatku sedih, tapi kalau sudah seperti ini bag—”“Dia sudah baik melakukannya seperti itu karena kondisimu saat itu sedang terpuruk sehingga menurutnya tidak ingin membebani dan menambah pikiranmu karena aku yang berbuat masalah,” sela Barnett yang mencoba untuk memberi pengertian kepadanya.“Iya, lebih baik seperti itu,” kata Alexa menegaskannya.Barnett terdiam saat Alexa menegaskan kalimatnya. Ia mengusap kening Ali setelah selesai minum ASI lalu memandangi tulisan sedang beroperasi berwarna merah dan menyala dengan harapan hasil yang baik dan bisa melanjutkan hidup bersamanya.“Aku tadi menemukan dua kertas putih di atas nakas di kamar yang berada di kamar utama yang terlipat dan terdapat nama berbeda,” ucap Helena sambil mengeluarkan dua kertas putih itu dan diberikan kepada pemilik yang tertulis di kertas itu.Alexa dan Barnett hendak membuka surat itu, Dokter dan satu perawat k
Nada dering panjang berbunyi keras saat Alexa menuju Apartemen Frank. Ia merogoh wadah kotak di samping kursi mobil dan menemukannya. Nomor tak dikenal menghubunginya beberapa kali lalu mengangkat panggilan masuk dari nomor itu.“Lama sekali mengangkat panggilan masuknya!” sentak seorang pria di balik handphone.Alexa mengernyitkan dahi. “Siapa?”“Bayu!”“Ada apa? Kenapa kamu marah-marah?”“Cepetan ke rumah sakit internasional,” jawab Bayu yang terdengar tangisan bayi yang melengking.“Kamu sedang menggendong anakku?”“Iya, cepetan datang ke Rumah sakit Internasional sekarang! Kondisi Frank drop!” pekik Bayu panik lalu menutup panggilan masuk darinya.Alexa memutar balik arah tujuannya menjadi ke Rumah Sakit Internasional dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia harus segera tiba di sana sebelum memasuki jam dua belas siang agar tidak terjebak macet.Ia membunyikan klakson ketika ada mobil yang mencoba untuk mendahuluinya dan menghalangi jalur perjalanannya. Namun, ketika hendak memasuk
Barnett mengalihkan kepala dari tangannya lalu menatap Helena yang berdiri dengan mengalirkan butiran bening di pipi dengan deras. Dia meminta untuk mendekat padanya dan Helena duduk di samping Barnett dan Frank.“Psikologi Papa terganggu, Dik.”“Astaga, Papa,” rengek Helena terisak.Helena memeluk erat Barnett saat mendengar kondisi papanya yang sakit. Mereka terlihat menyesali perbuatan yang sering membantah dan membangkang orang tuanya, apalagi hanya memiliki satu orang tua dalam hidupnya.Alexa melihat adik kaka berpelukan menjadi sedih karena berusaha keras menjaga orang tua yang sudah lansia dan hanya tersisa satu orang. Semua harus didasari oleh kejadian terlebih dahulu untuk merekatkan hubungannya.Semua selalu mengalami keterlambatan untuk menjadi satu. Jika tidak seperti itu maka siapa pun tidak akan pernah merasakan kembali ke keluarga yang sudah retak.“Barnett, Helena, aku pulang dulu, ya. Alexa sudah punya anak kecil, jadi maaf tidak bisa lama-lama seperti biasa.”“Iya,
Kelvin tertawa keras ketika melihat Barnett yang sangat khawatir kepadanya. Dia tidak pernah berbuat khawatir kepada adiknya dan membuatnya merasa aneh. Kelvin semakin menjambak rambut Helena hingga membuatnya mengerang.Sontak, Reynard memegang kaki Kelvin dengan erat. Dia seakan memohon untuk melepas tangan dari rambutnya. Kelvin menyingkirkan tangan pria lansia itu dengan keras sampai tersungkur di lantai.“Kelvin!” teriak Barnett dengan wajah semakin merah padam.“Apa? Jika kamu berniat mengganti hak kuasa maka Raja pengusaha dan adikmu yang cantik ini mati di tanganku!”“Kamu mengancamku juga percuma karena aku sudah mengesahkannya ke notaris.”“Kamu!”Kelvin menembak pundak Helena dan Helena berteriak kesakitan sembari memegang pundaknya yang mengalirkan air berwarna merah segar. Sontak, semua orang membulatkan bola mata dan membuat Alexa memajukan langkahnya, tapi ditahan oleh Frank.Frank memasuki ruangan luas yang kosong terlebih dahulu dengan mengendap-endap dan disusul oleh
Bola menyebar ke seluruh benda yang ada di kamarnya dan berhenti di meja dekat sofa. Meja kayu persegi panjang ter dapat botol yang digunakan wadah untuknya setelah memompa ASI.“Dia pintar juga bisa menidurkan Ali tanpa membangunkanku. Aku sangat bersyukur memilikimu, Sayang karena kamu adalah pria sigap tanpa diberitahu dan diminta tolong. Semoga kamu adalah jodoh terakhirku dalam seumur hidupku dan mudah-mudahan kamu sembuh agar bisa menikah dan punya anak darimu.”Alexa berbicara lirih dengan penuh harapan sembari menatapnya lamat dari kejauhan. Wajah tampan dengan garis rahangnya yang tegas membuat nyaman seakan tidak pernah memaki, menghakimi dan merendahkanku. Bahkan cara menegurnya sangat lembut tanpa membentak, meskipun ia tahu bahwa Frank sangat kesal dan marah kepadanya.Butiran mengalir bening ketika mengingat penyakit yang ganas menginap di tubuhnya. Namun, ia berjanji merawat Frank dengan berusaha keras untuk menyembuhkannya.Frank terbangun dari tidur dengan per
“Dia sakit kanker perut stadium empat. Dia menahan rasa sakit yang luar biasa dan memiliki motivasi sembuh dari penyakitnya karena seorang wanita yang membuatnya lebih baik dan nyaman dalam menjalani hidup.”Dokter membeberkan penyakit Frank yang semakin parah. Sontak, butiran bening mengalir deras sambil menutup bibirnya yang ternganga. Frank tidak pernah memberitahu tentang penyakit yang menggerogoti tubuhnya dan terlihat sehat.Alexa memukul lengannya pelan sembari terisak dan ditinggal oleh Dokter untuk diberi ruang privasi di antara mereka. Dokter yang menanganinya adalah Dokter yang sudah lama merawatnya dan memberi asupan obat.Frank memegang tangannya lalu memeluk erat. Dia tidak pernah tega dan maksud untuk menyembunyikan penyakitnya. Dia selalu memikirkan perasaan orang lain dan mementingkan kebahagiaan orang lain.“Jahat!”“Maaf.”“Kalau kamu sakit seharusnya bilang ke aku, jangan disembunyikan. Aku minta sama kamu untuk selalu berkata jujur atas apa pun yang terjadi. Janga
“Dia baru sadar, Mbak. Sedari tadi belum sadar dan hanya memanggil nama Mbak terus. Apakah Mbak tadi mengajak bicara pasien?”“Iya, Dok. Saya tadi mengajak bicara dan merespons tangan saya dengan menggenggam erat.”“Tidak apa, Mbak. Pasien koma mendengar yang dikatakan oleh kita sehingga dia merespons dan merangsang otaknya untuk sadar. Jadi, kami sangat berterima kasih kepada Mbak karena perkiraan kami tersadar dari koma bakalan lama, ternyata tidak.”“Kalau boleh tahu, kenapa Dokter memvonis dia bakal lama sadar dari komanya? Apa yang mengenainya?”“Selain tembakan, dia juga mengalami gagar otak. Bagian kepalanya pecah sehingga menurut kami lama, tapi takdir tidak ada yang tahu sehingga bangun lebih cepat. Kami akan mengabari keluarganya.”“Baik, Dok. Terima kasih.”Ia pun baru tahu bahwa mengajak bicara orang koma akan mempercepat alam bawah sadar dan meningkatkan fungsi otak. Alexa bersyukur bisa membuat Barnett terbangun dari koma dan dijadikan saksi untuk kasus istri dan sahabat
“Jangan mikirin itu dulu, kamu harus sudah ada di sana secepat mungkin. Ayo berangkat!”Frank menggandeng tangan Alexa lalu berpamitan ke Ibu dan keluar dari rumahnya. Mereka pergi ke rumah sakit menggunakan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Lima belas menit berlalu, mereka tiba di rumah sakit lalu mengambil langkah seribu menuju IGD dan disuguhkan pemandangan Helena memeluk ayahnya sambil terisak.“Helena, Papa.”“Mbak Alexa!”“Masuk, Nak. Ada perawat yang berjaga di sana untuk menunggumu karena harus menggunakan pakaian rumah sakit.”Alexa bergegas masuk rumah sakit dan melepas tangan Frank. Ia mengenakan pakaian rumah sakit lalu masuk ke ruangan dan melihat Barnett memanggil namanya.“Dia dari tadi memanggil nama saya, Sus?”“Iya, Mbak. Apakah Mbak adalah Mbak Alexa?”“Baiklah. Saya tinggal, ya, Mbak.”Alexa duduk di samping Barnett dengan memegang tangannya yang diinpus. Hati merasa terenyuh saat melihat kondisinya saat ini.“Aku di sini, Barnett,” kata Alexa sambil mengus