“Hmm? Aku biasanya juga tersenyum,” jawab Barnett yang mengempiskan senyumannya ketika semua orang menoleh ke arahnya.Alexa tersenyum tipis saat melihat Barnett yang menyiutkan senyumannya saat ketahuan adiknya sedang tersenyum. Dia memang jarang tersenyum selama mengenalnya. Bahkan, Helena yang notabenenya adalah sudah lama bersamanya sampai berkata demikian.Ia tidak terlalu memusingkan apa yang terjadi padanya dan apa yang pernah dilakukan sekaligus kebiasannya. Namun, tanpa diminta, informasi tentang dirinya terbuka mulai hal yang tidak pernah dilakukan olehnya.Alexa berangkat ke kantor bersama Barnett. Dua hari berangkat bersama meskipun dalam keadaan terpaksa karena tidak ingin membuat mertuanya curiga kepadanya.“Besok masakin aku sayur kangkung dan kare ayam,” kata Barnett yang membuyarkan keheningan di dalam mobil.Bola mata terbelalak saat dia memintanya masak makanan kesukaannya. Alexa menoleh dengan mengangkat kedua alisnya dan menatap lamat tanpa mengucapkan satu kata p
“Saat saya wawancara dia sebagai karyawan baru di sini, dia tidak masuk kriteria, tapi karena Pak Kelvin yang memiliki jabatan tinggi setelah Pak Barnett yang meminta saya untuk menerimanya dengan cara meyakinkan saya bahwa dia adalah wanita yang cerdas dan berkompeten di bidang Sekretaris. Namun, kenyataan yang pernah saya ketahui adalah Bu Deana tidak memiliki kemampuan apa pun sampai harus diikutkan kursus tentang Microsoft Office dan Bahasa Inggris oleh Pak Kelvin karena dia adalah kekasihnya.”Alexa terdiam dengan pikiran yang terus berputar tentang mereka. Apakah seorang kekasih sampai melakukan hal banyak kepada seorang wanita yang dicintai dan ingin satu kantor dengannya? Apakah mereka tidak bosan bertemu secara terus menerus? Atau ada hal lain yang menjadi tujuan utama mereka?Ia memijat kening perlahan setelah mengetahui kenyataan Deana yang tidak diterima bekerja di perusahaan ini. Ada hal yang sangat janggal di antara mereka karena Kelvin sampai melakukan hal itu untuk bis
Alexa mengalihkan pandangan ke meja berwarna cokelat muda dengan sebuah kode yang bertuliskan scan di sini untuk mengakses menu. Ia berpikir bahwa ada sesuatu yang direncanakan oleh mereka berdua dan berasal dari masa lalu ayahnya yang tidak diketahui olehnya.Namun, satu sisi berpikir semua itu tampak aneh karena saat usia dia yang sudah cukup mengetahui hal yang seharusnya diketahui. Banyak spekulasi yang bersarang di kepala tentang sebab akibat yang terpaksa atau sengaja dilakukan olehnya.“Saat Papa membeli perusahaan ayah Kelvin, apakah Kelvin mengetahui hal tersebut atau belum disampaikan oleh ayahnya?” tanya Alexa dengan intonasi penekanan.“Aku kurang tahu, Mbak, tapi sepertinya belum diberitahu oleh ayahnya karena saat Om Lindsey dalam keadaan sakaratul maut, aku berada di sana bersama Papa, Mama, Kak Barnett. Om Lindsey tampak ingin menyampaikan sesuatu, tetapi bibir tidak bisa mengatakan satu kata pun hingga napas berhenti dan monitor berbunyi panjang dan menampakkan garis
Dengan hati yang tersayat ketika mendengar suara seksi suaminya bersama wanita lain dan terdengar sangat menikmati. Dada seperti diikat kencang dengan napas yang sulit dikeluarkan.Ia mengambil handphone lalu mencari celah untuk memastikan yang dilakukan oleh Barnett di dalam ruang kerja. Namun, ia tidak memiliki celah untuk merekam aktivitas mereka dan hanya merekam suara yang terdengar.Dua hal itu membuat Alexa bimbang dan ragu. Sontak, hitungan detik muncul cara lain untuk membuktikan kebenaran di dalam ruang kerja. Ia menoleh ke serong kiri belakang untuk memastikan posisi kamera pengawas menghadap ruangannya dan ternyata, posisi kamera pengawas tepat berada depan pintu ruangan sehingga bisa merekam siapa pun yang masuk dan keluar.Alexa merekam suara Barnett dan perempuan yang menikmati setiap sentuhan selama lima belas menit. Setelah itu, ia mendengar percakapan intim yang terdengar lesu dan lelah dengan membahas pernikahan.“Sayang, bagaimana kalau istrimu tahu kalau kita suda
Barnett meletakkan gelas di meja dengan kasar sampai berbunyi dan membuatnya terkejut. Dia mendekatinya dengan santai sambil tersenyum miring lalu memegang dagunya.“Kenapa kamu tanya kepadaku? Di mana belanjaanmu? Kamu baru pulang dan tidak belanja?”Alexa menangkis tangan kekarnya sembari menatap tajam lalu tersenyum miring dan berdesis. Barnett seakan suami yang siap siaga dan memerhatikan istri ketika bertanyaan tentang belanjaan.“Kamu tanya di mana belanjaanku?”“Iya. Aku minta kamu untuk dimasakkan besok dengan menu yang kuinginkan.”Alexa tertawa. “Wah, maaf, aku bukan pembantu yang punya tenaga lebih untuk mengurusimu. Aku tahu itu kewajibanku, tapi apakah kamu pernah menjalankan tugas dan kewajibanmu sebagai suami?”Barnett terdiam sembari menatap istrinya yang melotot setelah melontarkan pertanyaan tentang tugas dan kewajibannya. Dia memang tidak pernah menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami, bahkan melindunginya pun tidak pernah.Hanya sentuhan pertama kali lalu dit
“Agar kamu bisa fokus bekerja, Alexa. Biar Mama atau Ibu kamu yang datang ke rumah.”“Pa, merawat Barnett adalah tugas Alexa. Jangan membuat Mama atau ibu kepikiran, ya. Kasihan mereka karena Mama dan Ibu sudah lama merawat Alexa dan Barnett. Jadi, aku tidak mau merepotkan.”Papa Reynard terdiam sambil menghela napas panjang dan tampak memikirkan yang dibicarakan oleh Alexa. Ada benarnya dari semua ucapannya karena mereka sudah suami istri dan menjadi tugas dan tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahannya.“Baiklah. Mama dan Papa tidak salah memilihmu sebagai istri Barnett karena kamu sangat sabar dalam menghadapi pria yang belum selesai dengan masa lalunya, keras kepala dan acuh tak acuh. Helena saja tidak bisa sesabar kamu, tapi kamu sabar banget meskipun dia sering dingin kepadamu. Jangan heran kalau Papa tahu yang kamu alami dan perbuatan Barnett kepadamu. Papa menunggu waktu untuk menyelesaikan masalahnya.”“Masalah dia acuh tak acuh dan yang lain, serahkan kepada Alexa, ya
“Pak Barnett sedang tidak enak badan semalam. Kemungkinan besok atau lusa baru masuk kerja.”“Baik, Bu. Saya mau minta tanda tangan untuk kepentingan kuliah.”Alexa sibuk di depan monitor untuk mencetak laporan keuangan yang telah dibuat olehnya semalam lalu menoleh ke berbagai arah dalam ruangannya untuk memastikan tidak ada orang selain mereka.“Kepentingan kuliah? Mendesak?”“Sebenarnya terakhir besok pagi, Bu untuk meminta izin melakukan penelitian di sini.”“Saya bawa pulang ke rumah dan besok pagi saya berikan ke kamu.”“Beneran, Bu? Tidak apa-apa?”“Jangan bocor ke siapa pun karena kamu mendesak. Jadi, saya usahakan dan bilang ke Barnett.”“Baik, Bu. Terima kasih.”Rekan kerja tersenyum lebar lalu memberikan sebuah dokumen yang cukup tebal lalu dimasukkan ke dalam tasnya. Setelah proses mencetak laporan keuangan selesai, ia merapikan dokumen dan diberi klip lalu pamit kepada rekan kerjanya.“Kamu tidak makan siang?”“Maaf, Bu lagi puasa.”“Eh, Bu Alexa. Mau pergi, Bu?”“Saya ma
“Terima kasih.”Alexa menyingkirkan tangan dari bibirnya. Kaget bukan main ketika Barnett mengucapkan hal yang tidak pernah keluar dari mulutnya. Bahkan, suaranya sangat lembut ketika mengatakan yang seharusnya keluar ketika sudah ditolong atau dibantu.“Sama-sama. Makan sampai habis, ya. Banyak orang yang menunggumu di kantor karena masalah pekerjaan dan butuh tanda tanganmu.”“Iya. Aku sembuh bentar lagi.”Alexa tersenyum malu sambil mengarahkan makanan ke mulutnya hingga tak ada satu sayur atau bubur yang tertinggal di mangkok. Napsu makan Barnett ternyata sangat bagus dan lebih menyenangkan ketika dia nurut dan menghargainya.Piring dan mangkok yang sudah tidak ada makanan, diletakkan di atas nakas lalu gilirannya makan. Namun, baru sesuap sendok, ia teringat dokumen rekan kerja yang masih kuliah dan membutuhkan tanda tangannya karena kebutuhan kuliah.Alexa melangkah ke tasnya lalu melihat masih ada lima kamera pengawas di dalam tasnya. Ia melirik ke kanan dan kiri untuk mencari
“Maafkan kami yang tidak bisa menyelamatkan nyawanya. Mas Frank telah meninggalkan kita semua.” Dokter yang pernah menanganinya memberikan kabar buruk kepada Alexa, Barnett, Helena dan Bayu.Ia mematung dengan kaki yang sudah tak kuat menahan apa pun yang didengar dan tubuhnya hingga terduduk lemas sambil menggendong Ali dan ditangkap oleh Barnett yang ikut duduk di lantai. Alexa menggeleng pelan sambil mengalirkan butiran bening di pipi.“Tidak mungkin, Frank orangnya kuat, mana mungkin dia meninggal. Dokter berbohong kepadaku.”Helena mengambil Ali dan menggendong lalu menjauh dari situasi yang memanas dan sedih hingga berdiri di dekat dinding yang masih bisa memantau kakaknya dan Alexa. Alexa berdiri sembari menyingkirkan Barnett lalu menarik jas putih itu.“Katakan pada saya, Dok bahwa Dokter berbohong, kan atas kematian Frank? Dia sudah kuat beberapa tahun untuk melawan penyakitnya, tapi kenapa dia menyerah begitu saja disaat aku dengannya mau menikah, Dok? Katakan kalau itu boho
“Katanya sudah lama, tapi tidak pernah memberitahuku tentang penyakitnya dengan alasan tidak ingin membuatku sedih, tapi kalau sudah seperti ini bag—”“Dia sudah baik melakukannya seperti itu karena kondisimu saat itu sedang terpuruk sehingga menurutnya tidak ingin membebani dan menambah pikiranmu karena aku yang berbuat masalah,” sela Barnett yang mencoba untuk memberi pengertian kepadanya.“Iya, lebih baik seperti itu,” kata Alexa menegaskannya.Barnett terdiam saat Alexa menegaskan kalimatnya. Ia mengusap kening Ali setelah selesai minum ASI lalu memandangi tulisan sedang beroperasi berwarna merah dan menyala dengan harapan hasil yang baik dan bisa melanjutkan hidup bersamanya.“Aku tadi menemukan dua kertas putih di atas nakas di kamar yang berada di kamar utama yang terlipat dan terdapat nama berbeda,” ucap Helena sambil mengeluarkan dua kertas putih itu dan diberikan kepada pemilik yang tertulis di kertas itu.Alexa dan Barnett hendak membuka surat itu, Dokter dan satu perawat k
Nada dering panjang berbunyi keras saat Alexa menuju Apartemen Frank. Ia merogoh wadah kotak di samping kursi mobil dan menemukannya. Nomor tak dikenal menghubunginya beberapa kali lalu mengangkat panggilan masuk dari nomor itu.“Lama sekali mengangkat panggilan masuknya!” sentak seorang pria di balik handphone.Alexa mengernyitkan dahi. “Siapa?”“Bayu!”“Ada apa? Kenapa kamu marah-marah?”“Cepetan ke rumah sakit internasional,” jawab Bayu yang terdengar tangisan bayi yang melengking.“Kamu sedang menggendong anakku?”“Iya, cepetan datang ke Rumah sakit Internasional sekarang! Kondisi Frank drop!” pekik Bayu panik lalu menutup panggilan masuk darinya.Alexa memutar balik arah tujuannya menjadi ke Rumah Sakit Internasional dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia harus segera tiba di sana sebelum memasuki jam dua belas siang agar tidak terjebak macet.Ia membunyikan klakson ketika ada mobil yang mencoba untuk mendahuluinya dan menghalangi jalur perjalanannya. Namun, ketika hendak memasuk
Barnett mengalihkan kepala dari tangannya lalu menatap Helena yang berdiri dengan mengalirkan butiran bening di pipi dengan deras. Dia meminta untuk mendekat padanya dan Helena duduk di samping Barnett dan Frank.“Psikologi Papa terganggu, Dik.”“Astaga, Papa,” rengek Helena terisak.Helena memeluk erat Barnett saat mendengar kondisi papanya yang sakit. Mereka terlihat menyesali perbuatan yang sering membantah dan membangkang orang tuanya, apalagi hanya memiliki satu orang tua dalam hidupnya.Alexa melihat adik kaka berpelukan menjadi sedih karena berusaha keras menjaga orang tua yang sudah lansia dan hanya tersisa satu orang. Semua harus didasari oleh kejadian terlebih dahulu untuk merekatkan hubungannya.Semua selalu mengalami keterlambatan untuk menjadi satu. Jika tidak seperti itu maka siapa pun tidak akan pernah merasakan kembali ke keluarga yang sudah retak.“Barnett, Helena, aku pulang dulu, ya. Alexa sudah punya anak kecil, jadi maaf tidak bisa lama-lama seperti biasa.”“Iya,
Kelvin tertawa keras ketika melihat Barnett yang sangat khawatir kepadanya. Dia tidak pernah berbuat khawatir kepada adiknya dan membuatnya merasa aneh. Kelvin semakin menjambak rambut Helena hingga membuatnya mengerang.Sontak, Reynard memegang kaki Kelvin dengan erat. Dia seakan memohon untuk melepas tangan dari rambutnya. Kelvin menyingkirkan tangan pria lansia itu dengan keras sampai tersungkur di lantai.“Kelvin!” teriak Barnett dengan wajah semakin merah padam.“Apa? Jika kamu berniat mengganti hak kuasa maka Raja pengusaha dan adikmu yang cantik ini mati di tanganku!”“Kamu mengancamku juga percuma karena aku sudah mengesahkannya ke notaris.”“Kamu!”Kelvin menembak pundak Helena dan Helena berteriak kesakitan sembari memegang pundaknya yang mengalirkan air berwarna merah segar. Sontak, semua orang membulatkan bola mata dan membuat Alexa memajukan langkahnya, tapi ditahan oleh Frank.Frank memasuki ruangan luas yang kosong terlebih dahulu dengan mengendap-endap dan disusul oleh
Bola menyebar ke seluruh benda yang ada di kamarnya dan berhenti di meja dekat sofa. Meja kayu persegi panjang ter dapat botol yang digunakan wadah untuknya setelah memompa ASI.“Dia pintar juga bisa menidurkan Ali tanpa membangunkanku. Aku sangat bersyukur memilikimu, Sayang karena kamu adalah pria sigap tanpa diberitahu dan diminta tolong. Semoga kamu adalah jodoh terakhirku dalam seumur hidupku dan mudah-mudahan kamu sembuh agar bisa menikah dan punya anak darimu.”Alexa berbicara lirih dengan penuh harapan sembari menatapnya lamat dari kejauhan. Wajah tampan dengan garis rahangnya yang tegas membuat nyaman seakan tidak pernah memaki, menghakimi dan merendahkanku. Bahkan cara menegurnya sangat lembut tanpa membentak, meskipun ia tahu bahwa Frank sangat kesal dan marah kepadanya.Butiran mengalir bening ketika mengingat penyakit yang ganas menginap di tubuhnya. Namun, ia berjanji merawat Frank dengan berusaha keras untuk menyembuhkannya.Frank terbangun dari tidur dengan per
“Dia sakit kanker perut stadium empat. Dia menahan rasa sakit yang luar biasa dan memiliki motivasi sembuh dari penyakitnya karena seorang wanita yang membuatnya lebih baik dan nyaman dalam menjalani hidup.”Dokter membeberkan penyakit Frank yang semakin parah. Sontak, butiran bening mengalir deras sambil menutup bibirnya yang ternganga. Frank tidak pernah memberitahu tentang penyakit yang menggerogoti tubuhnya dan terlihat sehat.Alexa memukul lengannya pelan sembari terisak dan ditinggal oleh Dokter untuk diberi ruang privasi di antara mereka. Dokter yang menanganinya adalah Dokter yang sudah lama merawatnya dan memberi asupan obat.Frank memegang tangannya lalu memeluk erat. Dia tidak pernah tega dan maksud untuk menyembunyikan penyakitnya. Dia selalu memikirkan perasaan orang lain dan mementingkan kebahagiaan orang lain.“Jahat!”“Maaf.”“Kalau kamu sakit seharusnya bilang ke aku, jangan disembunyikan. Aku minta sama kamu untuk selalu berkata jujur atas apa pun yang terjadi. Janga
“Dia baru sadar, Mbak. Sedari tadi belum sadar dan hanya memanggil nama Mbak terus. Apakah Mbak tadi mengajak bicara pasien?”“Iya, Dok. Saya tadi mengajak bicara dan merespons tangan saya dengan menggenggam erat.”“Tidak apa, Mbak. Pasien koma mendengar yang dikatakan oleh kita sehingga dia merespons dan merangsang otaknya untuk sadar. Jadi, kami sangat berterima kasih kepada Mbak karena perkiraan kami tersadar dari koma bakalan lama, ternyata tidak.”“Kalau boleh tahu, kenapa Dokter memvonis dia bakal lama sadar dari komanya? Apa yang mengenainya?”“Selain tembakan, dia juga mengalami gagar otak. Bagian kepalanya pecah sehingga menurut kami lama, tapi takdir tidak ada yang tahu sehingga bangun lebih cepat. Kami akan mengabari keluarganya.”“Baik, Dok. Terima kasih.”Ia pun baru tahu bahwa mengajak bicara orang koma akan mempercepat alam bawah sadar dan meningkatkan fungsi otak. Alexa bersyukur bisa membuat Barnett terbangun dari koma dan dijadikan saksi untuk kasus istri dan sahabat
“Jangan mikirin itu dulu, kamu harus sudah ada di sana secepat mungkin. Ayo berangkat!”Frank menggandeng tangan Alexa lalu berpamitan ke Ibu dan keluar dari rumahnya. Mereka pergi ke rumah sakit menggunakan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Lima belas menit berlalu, mereka tiba di rumah sakit lalu mengambil langkah seribu menuju IGD dan disuguhkan pemandangan Helena memeluk ayahnya sambil terisak.“Helena, Papa.”“Mbak Alexa!”“Masuk, Nak. Ada perawat yang berjaga di sana untuk menunggumu karena harus menggunakan pakaian rumah sakit.”Alexa bergegas masuk rumah sakit dan melepas tangan Frank. Ia mengenakan pakaian rumah sakit lalu masuk ke ruangan dan melihat Barnett memanggil namanya.“Dia dari tadi memanggil nama saya, Sus?”“Iya, Mbak. Apakah Mbak adalah Mbak Alexa?”“Baiklah. Saya tinggal, ya, Mbak.”Alexa duduk di samping Barnett dengan memegang tangannya yang diinpus. Hati merasa terenyuh saat melihat kondisinya saat ini.“Aku di sini, Barnett,” kata Alexa sambil mengus