Frank menoleh ke sumber suara. Bola mata membulat lebar, reflek berdiri ketika melihat perubahan Alexa seratus delapan puluh derajat. Seorang atlet karate mengenakan pakaian feminin dan memoles wajahnya menggunakan make up membuat sahabatnya terkesima dengan kecantikan yang tersembunyi.Frank menatapnya tanpa berkedip sembari melangkah perlahan. Alexa didorong pelan oleh pria genit itu ketika melihat temannya yang tertarik dengan seorang wanita di depannya hingga terjatuh di pelukannya. Dia reflek menangkap tubuhnya dengan memeluk pinggang kecilnya dan wajah yang sangat berdekatan.“Kamu sangat cantik, Alexa.”“Terima kasih. Semua ini karena kamu, Frank.”Alexa tersenyum sembari menatap lamat ketika wajah berdekatan. Ia bisa merasakan napas hangat di pipi. Bahkan, tatapannya sesekali beralih ke bibir Alexa.“Kalau mau lanjut bermesraan di tempat lain, ya,” kata pria genit itu.Pelukan terlepas ketika dia mengatakan hal itu. Alexa dan Frank berdehem sambil mengalihkan tubuhnya. Alexa m
“Apa?”“Sentuh aku!” seru Alexa meninggi dan bola mata membulat.Frank mengalihkan pandangan dan menyingkirkan tangannya ketika mendengar permintaan Alexa yang ingin disentuh. Dia menggeleng beberapa kali sambil memberi jarak posisi duduknya, tetapi tangan Alexa memegang tangan kekarnya dengan erat.Pandangan Frank teralihkan dan memandangi pandangan sendu milik wanita yang dicintai olehnya. Dia terkejut ketika Alexa meminta untuk disentuh olehnya. Dia ingin sekali menyentuhnya, tetapi tidak dalam tanpa pernikahan dengannya sehingga berat untuk menerimanya.“Sentuh aku, Frank!”“Tidak, aku tidak berani menyentuhmu kalau tidak ada pernikahan denganku!” Frank menolak keras permintaan sahabatnya itu.“Aku masih gadis, Frank.”Frank terdiam saat mendengar pengakuan Alexa masih gadis. Entah apa yang terjadi di antara mereka sampai tidak ada sentuhan. Namun, satu sisi, dia teringat dengan perkataannya di malam pertamanya yang sibuk dengan suaminya.“Sentuh aku!” seru Alexa kesekian kali.Ha
“Ikut aku ke ruangan.”Barnett meminta Alexa untuk ikut ke ruangannya bersama Deana. Alexa sudah bisa menebak atas hal yang hendak dibicarakan olehnya. Ia hendak memasuki ruangannya, Deana diminta untuk tidak ikut masuk dan ikut campur urusannya.“Kamu ngapain ikut ke sini?”“Aku ada urusan dengan Pak Barnett.”“Aku? Kamu bisa menggunakan kata saya saat bicara dengan saya atau yang lainnya?” Alexa menegur Deana tegas.“Masuk Alexa.”Deana terdiam ketika ditegur oleh Alexa. Alexa masuk ruangan Barnett dengan menutup pintu rapat dan menguncinya lalu merapatkan kordennya agar tidak dilihat oleh orang lain. Ia duduk di depannya dengan pura-pura tidak tahu hal apa pun.“Semalam di mana kamu?”“Aku? Kenapa kamu tanya keberadaanku? Penting buatmu? Tidak, kan?” tanya Alexa sambil menunjuknya dan tersenyum miring.“Aku tanya keberadaanmu karena tidak mau ketahuan Papa yang di mana, hubungan rumah tangga terjadi sesuatu.”“Hubungan rumah tangga kita memang sudah terjadi sesuatu dan semuanya dar
Pengganti Frank untuk Alexa saat tidak bersamanya adalah boneka beruang dengan hiasan pita di sebelah kanan, mengenakan pakaian terusan berwarna putih dan terdapat love di bagian tengah pakaiannya.Melihat boneka beruang lucu masih bisa dipegang dan diusap dengan tangannya membuat garisan panjang di bibir tak mereda sembari memandanginya. Hadiah pertama yang didapatkan olehnya dari seorang pria. Selama menjadi sahabatnya, dia tidak pernah memberi apa pun kepadanya.“Terima kasih untuk boneka lucu ini.”“Sama-sama. Kamu suka sama bonekanya?”“Aku suka karena dia manis dan menggemaskan,” jawabnya yang tiada henti menorehkan senyuman kepadanya.“Saat kamu marah dan tidak ada aku di sampingmu, kamu bisa peluk, cubit dan yang membuatmu puas.”Alexa hanya tersenyum saat mendengar ucapannya yang tiada henti untuk mengingatkannya. Saat ini, suasana hatinya sedang tak karuan dengan berbagai macam masalah yang ditimbulkan oleh suaminya.‘Andai kamu adalah suamiku, aku pasti bahagia bersamamu, t
“Apa?”“Kamu tidak dengar kata-kataku?” Barnett bertanya dengan intonasi penekanan.“Aku mendengarnya, tapi berikan alasan yang kuat saat Kakak mengusirnya!” tekan Helena sampai keluar urat lehernya.“Bawa dia keluar atau aku yang menyeret dia keluar dari rumah ini!” ancam Barnett menekan.Helena menggeleng pelan sembari meneteskan butiran bening ketika Barnett memintanya untuk mengusir Jayde, teman spesialnya. Entah apa yang terjadi padanya sampai berbicara keras kepada adiknya.Alexa hanya terdiam saat melihat ketegasan Barnett yang mengusir seorang pria yang dibawa oleh Helena. Dia tidak bisa membantu adik iparnya ketika suaminya sudah melakukan ekspresi seperti itu. Pasti ada sesuatu yang diketahui oleh Barnett tentang sosok Jayde.“Kakak jahat!” bentak Helena seraya menghentakkan kaki ke lantai dan membanting kursi di lantai.“Tidak apa, Sayang. Kamu tidak boleh bersikap seperti itu kepada kakakmu,” kata Jayde menenangkan Helena.“Lihat Kak, dia membelamu tanpa menyalahkanmu!” ge
Helena hanya mengangkat kedua pundaknya bersamaan. Dia tidak menanyakan tujuan ke mana Barnett pergi. Alexa memegang pundaknya sekilas dengan senyuman tipis.Pria beristri tidak mengatakan tujuan ke mana dia pergi membuat Alexa menaruh kecurigaan kepadanya bahwa dia pergi dengan wanita lain sehingga tidak ingin diketahui keberadaannya.Wajar dia menaruh perasaan seperti itu karena hari libur, pergi membawa koper di pagi hari sangatlah tidak wajar. Tidak ada pekerjaan penting minggu ini, apalagi hari libur.Alexa terduduk di kursi meja makan dengan memandangi meja polos berwarna cokelat muda dan dahi mengernyit. Jantung berdegup kencang ketika Barnett tidak ada di sampingnya.Apakah harus menanyakan kepada Papa tentang pekerjaannya di hari libur? Namun, semua itu tidaklah benar. Jika bertanya pada mertua malah menjadi masalah besar, apalagi ancamannya terhadap Barnett dan teringat dengan ucapan ibunya.Helaan napas panjang keluar dari hidungnya. Ia berharap mertua dan orang tuanya tida
Sikap Helena yang sudah membaik kepada Barnett membuatnya tersenyum karena mereka bisa dekat dan bertanya banyak hal sehingga Alexa berada di dekatnya dan cukup mendengar.Alexa juga ingin tahu yang dikatakan oleh Barnett terkait keberadaannya. Apakah dia berbohong atau tidak. Semua bisa diselidiki dengan cara yang mudah dan ketahuan saat dia berbohong.“Kakak ada di … Bandung.”“Wah, ada acara di Bandung sampai membawa koper segala?”“Acara kantor dan sampai hari minggu. Jadi, kamu temani Alexa dulu.”“Kalau ada acara apa pun itu berkabar sama istri atau orang rumah kalau ada orang di rumah. Kakak jangan melakukan kebiasaan yang dulu masih sendiri agar Mbak Alexa gak khawatir dan memiliki pemikiran yang buruk.”“Ssst diam.”“Aku gak akan diam sampai Kakak bilang iya. Kakak sudah menikah dan istri berhak tahu di mana pun suaminya pergi dan sama siapa. Jangan dingin dan kaku jadi pria, Kak!” cerocos Helena sembari melirik Alexa.“Berisik. Kakak masih hmm … sibuk.”“Kak—”Panggilan terp
Mendengar pengakuan dari seorang wanita yang tidak dikenal, tiba-tiba menghubunginya membuat hatinya semakin hancur bahwa Barnett telah bermain api di belakangnya. Ia tidak pernah menyangka bahwa pernikahan yang belum sampai puluhan tahun harus mengalami yang tidak diinginkan.Namun, semua peristiwa itu tidak akan terjadi padanya, jikalau Tuhan tidak menghendakinya. Air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya meluber tanpa batas. Isak tangis memenuhi seluruh rumahnya yang luas.Kesendirian dalam rumah menjadi kesempatan untuk meluapkan kekecewaan dan kesedihan yang mendalam. Bahkan, ia teringat kejadian semalam saat Barnett memperlakukannya dengan lembut dan kasih sayang besar.Alexa mengira bahwa sikap manis itu selalu ada dalam dirinya, tetapi hanyalah sebuah harapan yang berkepanjangan. Perlakuan manis itu bisa digunakan untuk alasan bahwa dia telah menyentuhnya.Apakah hanya sekali menyentuh yang sangat nikmat bisa membuatnya mengandung anak darinya?Akhirnya, ia mendapatkan jawaba
“Maafkan kami yang tidak bisa menyelamatkan nyawanya. Mas Frank telah meninggalkan kita semua.” Dokter yang pernah menanganinya memberikan kabar buruk kepada Alexa, Barnett, Helena dan Bayu.Ia mematung dengan kaki yang sudah tak kuat menahan apa pun yang didengar dan tubuhnya hingga terduduk lemas sambil menggendong Ali dan ditangkap oleh Barnett yang ikut duduk di lantai. Alexa menggeleng pelan sambil mengalirkan butiran bening di pipi.“Tidak mungkin, Frank orangnya kuat, mana mungkin dia meninggal. Dokter berbohong kepadaku.”Helena mengambil Ali dan menggendong lalu menjauh dari situasi yang memanas dan sedih hingga berdiri di dekat dinding yang masih bisa memantau kakaknya dan Alexa. Alexa berdiri sembari menyingkirkan Barnett lalu menarik jas putih itu.“Katakan pada saya, Dok bahwa Dokter berbohong, kan atas kematian Frank? Dia sudah kuat beberapa tahun untuk melawan penyakitnya, tapi kenapa dia menyerah begitu saja disaat aku dengannya mau menikah, Dok? Katakan kalau itu boho
“Katanya sudah lama, tapi tidak pernah memberitahuku tentang penyakitnya dengan alasan tidak ingin membuatku sedih, tapi kalau sudah seperti ini bag—”“Dia sudah baik melakukannya seperti itu karena kondisimu saat itu sedang terpuruk sehingga menurutnya tidak ingin membebani dan menambah pikiranmu karena aku yang berbuat masalah,” sela Barnett yang mencoba untuk memberi pengertian kepadanya.“Iya, lebih baik seperti itu,” kata Alexa menegaskannya.Barnett terdiam saat Alexa menegaskan kalimatnya. Ia mengusap kening Ali setelah selesai minum ASI lalu memandangi tulisan sedang beroperasi berwarna merah dan menyala dengan harapan hasil yang baik dan bisa melanjutkan hidup bersamanya.“Aku tadi menemukan dua kertas putih di atas nakas di kamar yang berada di kamar utama yang terlipat dan terdapat nama berbeda,” ucap Helena sambil mengeluarkan dua kertas putih itu dan diberikan kepada pemilik yang tertulis di kertas itu.Alexa dan Barnett hendak membuka surat itu, Dokter dan satu perawat k
Nada dering panjang berbunyi keras saat Alexa menuju Apartemen Frank. Ia merogoh wadah kotak di samping kursi mobil dan menemukannya. Nomor tak dikenal menghubunginya beberapa kali lalu mengangkat panggilan masuk dari nomor itu.“Lama sekali mengangkat panggilan masuknya!” sentak seorang pria di balik handphone.Alexa mengernyitkan dahi. “Siapa?”“Bayu!”“Ada apa? Kenapa kamu marah-marah?”“Cepetan ke rumah sakit internasional,” jawab Bayu yang terdengar tangisan bayi yang melengking.“Kamu sedang menggendong anakku?”“Iya, cepetan datang ke Rumah sakit Internasional sekarang! Kondisi Frank drop!” pekik Bayu panik lalu menutup panggilan masuk darinya.Alexa memutar balik arah tujuannya menjadi ke Rumah Sakit Internasional dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia harus segera tiba di sana sebelum memasuki jam dua belas siang agar tidak terjebak macet.Ia membunyikan klakson ketika ada mobil yang mencoba untuk mendahuluinya dan menghalangi jalur perjalanannya. Namun, ketika hendak memasuk
Barnett mengalihkan kepala dari tangannya lalu menatap Helena yang berdiri dengan mengalirkan butiran bening di pipi dengan deras. Dia meminta untuk mendekat padanya dan Helena duduk di samping Barnett dan Frank.“Psikologi Papa terganggu, Dik.”“Astaga, Papa,” rengek Helena terisak.Helena memeluk erat Barnett saat mendengar kondisi papanya yang sakit. Mereka terlihat menyesali perbuatan yang sering membantah dan membangkang orang tuanya, apalagi hanya memiliki satu orang tua dalam hidupnya.Alexa melihat adik kaka berpelukan menjadi sedih karena berusaha keras menjaga orang tua yang sudah lansia dan hanya tersisa satu orang. Semua harus didasari oleh kejadian terlebih dahulu untuk merekatkan hubungannya.Semua selalu mengalami keterlambatan untuk menjadi satu. Jika tidak seperti itu maka siapa pun tidak akan pernah merasakan kembali ke keluarga yang sudah retak.“Barnett, Helena, aku pulang dulu, ya. Alexa sudah punya anak kecil, jadi maaf tidak bisa lama-lama seperti biasa.”“Iya,
Kelvin tertawa keras ketika melihat Barnett yang sangat khawatir kepadanya. Dia tidak pernah berbuat khawatir kepada adiknya dan membuatnya merasa aneh. Kelvin semakin menjambak rambut Helena hingga membuatnya mengerang.Sontak, Reynard memegang kaki Kelvin dengan erat. Dia seakan memohon untuk melepas tangan dari rambutnya. Kelvin menyingkirkan tangan pria lansia itu dengan keras sampai tersungkur di lantai.“Kelvin!” teriak Barnett dengan wajah semakin merah padam.“Apa? Jika kamu berniat mengganti hak kuasa maka Raja pengusaha dan adikmu yang cantik ini mati di tanganku!”“Kamu mengancamku juga percuma karena aku sudah mengesahkannya ke notaris.”“Kamu!”Kelvin menembak pundak Helena dan Helena berteriak kesakitan sembari memegang pundaknya yang mengalirkan air berwarna merah segar. Sontak, semua orang membulatkan bola mata dan membuat Alexa memajukan langkahnya, tapi ditahan oleh Frank.Frank memasuki ruangan luas yang kosong terlebih dahulu dengan mengendap-endap dan disusul oleh
Bola menyebar ke seluruh benda yang ada di kamarnya dan berhenti di meja dekat sofa. Meja kayu persegi panjang ter dapat botol yang digunakan wadah untuknya setelah memompa ASI.“Dia pintar juga bisa menidurkan Ali tanpa membangunkanku. Aku sangat bersyukur memilikimu, Sayang karena kamu adalah pria sigap tanpa diberitahu dan diminta tolong. Semoga kamu adalah jodoh terakhirku dalam seumur hidupku dan mudah-mudahan kamu sembuh agar bisa menikah dan punya anak darimu.”Alexa berbicara lirih dengan penuh harapan sembari menatapnya lamat dari kejauhan. Wajah tampan dengan garis rahangnya yang tegas membuat nyaman seakan tidak pernah memaki, menghakimi dan merendahkanku. Bahkan cara menegurnya sangat lembut tanpa membentak, meskipun ia tahu bahwa Frank sangat kesal dan marah kepadanya.Butiran mengalir bening ketika mengingat penyakit yang ganas menginap di tubuhnya. Namun, ia berjanji merawat Frank dengan berusaha keras untuk menyembuhkannya.Frank terbangun dari tidur dengan per
“Dia sakit kanker perut stadium empat. Dia menahan rasa sakit yang luar biasa dan memiliki motivasi sembuh dari penyakitnya karena seorang wanita yang membuatnya lebih baik dan nyaman dalam menjalani hidup.”Dokter membeberkan penyakit Frank yang semakin parah. Sontak, butiran bening mengalir deras sambil menutup bibirnya yang ternganga. Frank tidak pernah memberitahu tentang penyakit yang menggerogoti tubuhnya dan terlihat sehat.Alexa memukul lengannya pelan sembari terisak dan ditinggal oleh Dokter untuk diberi ruang privasi di antara mereka. Dokter yang menanganinya adalah Dokter yang sudah lama merawatnya dan memberi asupan obat.Frank memegang tangannya lalu memeluk erat. Dia tidak pernah tega dan maksud untuk menyembunyikan penyakitnya. Dia selalu memikirkan perasaan orang lain dan mementingkan kebahagiaan orang lain.“Jahat!”“Maaf.”“Kalau kamu sakit seharusnya bilang ke aku, jangan disembunyikan. Aku minta sama kamu untuk selalu berkata jujur atas apa pun yang terjadi. Janga
“Dia baru sadar, Mbak. Sedari tadi belum sadar dan hanya memanggil nama Mbak terus. Apakah Mbak tadi mengajak bicara pasien?”“Iya, Dok. Saya tadi mengajak bicara dan merespons tangan saya dengan menggenggam erat.”“Tidak apa, Mbak. Pasien koma mendengar yang dikatakan oleh kita sehingga dia merespons dan merangsang otaknya untuk sadar. Jadi, kami sangat berterima kasih kepada Mbak karena perkiraan kami tersadar dari koma bakalan lama, ternyata tidak.”“Kalau boleh tahu, kenapa Dokter memvonis dia bakal lama sadar dari komanya? Apa yang mengenainya?”“Selain tembakan, dia juga mengalami gagar otak. Bagian kepalanya pecah sehingga menurut kami lama, tapi takdir tidak ada yang tahu sehingga bangun lebih cepat. Kami akan mengabari keluarganya.”“Baik, Dok. Terima kasih.”Ia pun baru tahu bahwa mengajak bicara orang koma akan mempercepat alam bawah sadar dan meningkatkan fungsi otak. Alexa bersyukur bisa membuat Barnett terbangun dari koma dan dijadikan saksi untuk kasus istri dan sahabat
“Jangan mikirin itu dulu, kamu harus sudah ada di sana secepat mungkin. Ayo berangkat!”Frank menggandeng tangan Alexa lalu berpamitan ke Ibu dan keluar dari rumahnya. Mereka pergi ke rumah sakit menggunakan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Lima belas menit berlalu, mereka tiba di rumah sakit lalu mengambil langkah seribu menuju IGD dan disuguhkan pemandangan Helena memeluk ayahnya sambil terisak.“Helena, Papa.”“Mbak Alexa!”“Masuk, Nak. Ada perawat yang berjaga di sana untuk menunggumu karena harus menggunakan pakaian rumah sakit.”Alexa bergegas masuk rumah sakit dan melepas tangan Frank. Ia mengenakan pakaian rumah sakit lalu masuk ke ruangan dan melihat Barnett memanggil namanya.“Dia dari tadi memanggil nama saya, Sus?”“Iya, Mbak. Apakah Mbak adalah Mbak Alexa?”“Baiklah. Saya tinggal, ya, Mbak.”Alexa duduk di samping Barnett dengan memegang tangannya yang diinpus. Hati merasa terenyuh saat melihat kondisinya saat ini.“Aku di sini, Barnett,” kata Alexa sambil mengus