“Iya, saya mengizinkanmu untuk melakukan itu.”Frank tersenyum lebar ketika mendapatkan izin mengazankan anak Alexa sambil mengecup punggung tangannya. Dia tidak ingin melangkahi Barnett sebelum mendapatkan izin dari orang tuanya.“Permisi, siapa yang mengazani anak ibu Alexa?”“Saya, Dok.”“Baik, ikut saya.”Beberapa perawat keluar ruangan dengan sebuah kotak yang terdapat bayi berkulit merah sedang tertidur lalu berhenti ketika Ayah Alexa menghadang mereka. Ayah tersenyum haru melihat kondisi cucu pertamanya dan dikerumuni oleh Nenek dan kakeknya dengan senyuman lebar.“Cucuku tampan sekali,” kata Reynard dengan mata berbinar.“Dok, saya boleh ambil foto keponakan saya?” tanya Helena yang meminta izin untuk mengambil foto.“Silakan, tapi jangan menggunakan lampu handphone, ya.”“Oke, Dok.”Helena mengambil foto anak Alexa beberapa kali lalu Dokter dan perawat membawa bayi itu ke ruang inkubator bersama Frank. Mereka masuk ruangan terlebih dahulu sembari menunggu Frank mengenakan pak
“Aku telah mengazani anakmu dan memberi nama juga.”Alexa dengan mata membulat dan tampak marah kepadanya malah tersenyum lebar sambil memegang tangannya. Dugaan Frank terhadapnya pun salah.“Tidak apa. Kamu calon suamiku, kan dan belajar jadi Ayah sejak dini,” balas Alexa lembut yang memahami keadaan saat ini.“Kamu gak marah?”Alexa menggeleng pelan. “Untuk apa aku marah? Kamu juga pasti sudah dapat izin dari Ibu dan Ayah untuk mengazani anakku.”Frank mengangguk cepat sambil tersenyum lebar. “Aku sudah mendapatkan izin dari mereka dan Pak Reynard, selaku kakek dari bayimu.”Alis terangkat beberapa menit setelah mendengar pengakuan dari Frank yang ternyata Reynard memberikan izin padanya untuk mengazani cucunya. Ia heran dengan sikapnya karena tidak ada kakek mana pun di dunia ini yang mengizinkan pria lain mengazani cucu pertama dari anaknya.Namun, berdasarkan yang dikatakan oleh Frank bahwa Reynard telah mempertimbangkan banyak hal setelah melihat kejadian yang tidak diinginkan.
“Rumah orang tua Nyonya Alexa dan rumah sebagai hadiah pernikahannya terbakar! Tetangga gotong royong untuk memadamkan apinya dan menunggu kedatangan damkar. Saya tanya tadi siapa yang tahu kejadian ini adalah satu keluarga yang baru saja datang dari liburan, rumahnya tepat berada di seberang rumah orang tua Nyonya Alexa. Seorang pria yang bernama Aldi itu melihat dua orang berpakaian hitam dengan penutup wajah sambil berlarian secepat mungkin dan mau mengejarnya, tapi tidak jadi karena anaknya menangis ketakutan saat melihat api.”“Astaga, lalu bagaimana yang ada di rumah Alexa? Apakah ada saksi yang melihat?” tanya Frank dengan intonasi penekanan.“Saya belum sempat tanya pada Paijo yang bertugas di rumah Nyonya Alexa, Bos. Sepertinya ada telpon masuk yang mengantre dan kemungkinan itu Paijo, Bos.”“Oke. Kabari saya terus.”Frank mematikan panggilan masuk dari anak buah yang memantau rumah orang tua Alexa. Hitungan detik, dia mendapatkan panggilan masuk dari Paijo yang tertulis di l
Frank menghentikan langkah lalu mengangkat panggilan masuk dari Barnett yang tiga kali menghubunginya. Jika seseorang menghubungi orang lain dengan panggilan lebih dari satu kali artinya ada yang penting untuk dikatakan.“Iya?”“Di mana rumah sakit Alexa melahirkan?”“Apa pedulimu?”“Itu anakku.”“Anakmu? Bukankah kamu tidak pernah mengakui anak dalam kandungannya selama ini? sekarang kamu mengakuinya?” tanya Frank yang menekan suara kesalnya.“Anggap saja dia anakku.”“Aku tidak mengira kamu masih sama saja. Asal kamu tahu saja, kamu sudah gila karena pengaruh Deana yang berusaha menghancurkan hidupmu dan mengambil seluruh hartamu. Bahkan, Kelvin juga sudah merencanakan untuk merebut perusahaan yang kamu kelola dengan alasan mengambil alih kembali perusahaan ayahnya yang dia kira telah direbut oleh papamu.”“Sungguh? Mana ada dia begitu. Dia teman baikku.”“Aku sudah rugi waktu dan tenagaku untuk bicara denganmu.”“Di mana rumah sakit Alexa melahirkan?” tanya Barnett kedua kali.“Car
“Iya, Bu. Ada dua orang yang membakar rumah kita.”Tangan Ibu mencengkeram tangan Alexa dengan erat sembari otot leher menegang ketika mendengar berita rumahnya terbakar. Rumah yang berusaha dibeli dari hasil gajinya dengan Ayah yang diwarnai banyak warna kehidupan dalam rumah itu telah dihancurkan oleh orang tak bertanggung jawab.“Rumah kita, Pak,” kata Ibu dengan bergetar.“Sabar, ya, Bu.”“Kita hanya dibolehkan memiliki rumah pribadi sampai usia segini, Pak selanjutnya bergantung pada anak.”“Tidak. Ayah dan Ibu punya rumah lagi, Alexa yang membelikan untuk Ibu dan Ayah.”“Uang dari mana kamu, Nak untuk membeli rumah? Harga rumah sekarang mahal sekali,” tanya Ibu bergetar sembari meneteskan air mata.“Alexa punya uang, Bu. Ibu tenang saja dan katakan mau beli di mana.”“Tidak usah, Nak. Ibu dan Ayah ngekos saja.”Alexa menggenggam erat tangan Ayah dan Ibu sembari menghela napas panjang saat mendengar penolakan ibu dan malah memilih tinggal di sebuah rumah yang seluasnya tiga sampa
“Aku mau tunjukkan semua bukti kepadamu secara langsung dan bawa perempuan yang bernama Alexa. Semua ada hubungan dengannya.”“Alexa terlibat? Tidak mungkin!”“Kamu datang sekarang bersamanya di kafe perpustakaan.”Frank mematikan panggilan masuk dari Bayu lalu menatap Alexa yang sibuk menonton televisi setelah mendapatkan rumah yang cocok untuk orang tuanya. Dia tampak tidak percaya dengan semua yang dikatakan Bayu karena telah mengenal perempuan yang ada di sampingnya itu.Namun, ada sesuatu yang membuatnya curiga kepada Alexa. Sesuatu itu disimpan lama olehnya tanpa diceritakan kepadanya.Frank menghela napas panjang. “Alexa.”“Iya?”“Sebelum kita datang ke rumah itu mampir ke kafe perpustakaan, ya.”“Kamu lapar? Jam berapa?” tanya Alexa sembari menatap lamat.“Aku ada janji dengan seseorang yang membawa bukti terkait pelaku yang membakar rumah orang tuamu dan rumah pernikahanmu siang ini. Dia minta padaku untuk berangkat sekarang.”“Bagaimana dengan bayiku?”“Jangan khawatir. Kamu
“Dia masih di IGD rumah sakit Internasional. Keadaannya koma dan belum ada kabar lagi darinya hingga saat ini.”“Lalu, di mana Deana dan Kelvin sembunyi?”“Sementara dia bersembunyi di apartemen Kelvin dan ak—”Perkataan Bayu terputus saat bola mata mengarah ke televisi yang ada di belakang Alexa dan Frank. Suara televisi tidak terdengar sama sekali lalu Alexa yang matanya tidak mengarah kepadanya mengikuti sorot mata yang fokus di belakangnya. Sontak, Alexa melotot sambil meminta karyawan kafe untuk memperbesar suara televisi.“Berita terkini, seorang CEO perusahaan teknologi terbesar di negara sedang dirawat di rumah sakit dan ditemukan dalam keadaan tertembak di bagian bahu dan perut di apartemen mewahnya. Kini, kondisi CEO sekaligus pewaris tunggal grup Hart masih tidak sadarkan diri. Apa yang terjadi dengannya? Apakah semuanya berkaitan dengan orang terkasih yang haus harta atau rebutan kekuasaan yang tak pernah ada habisnya?”Bola mata membulat ketika Alexa mendengar berita Barn
“Harga sesuai di aplikasi, Mbak.”“Baik, Pak. Saya kirim uangnya, ya. Berapa nomor rekeningnya?”Bapak itu menunjukkan nomor rekening yang berada di handphone kepadanya lalu diketik dan mengirim uang sesuai jumlah rumah yang ada pada diiklan. Setelah membayar, pemilik rumah masuk ke dalam lalu keluar rumah sembari membawa dua map warna kuning dan diberikan kepadanya.Alexa menerima dua map kuning itu lalu memeriksa semua dokumen yang ada di map itu dan terdapat beberapa berkas di dalamnya, termasuk surat kepemilikan rumah. Sontak, Alexa membulatkan bola mata dengan mata berbinar saat melihat dokumen rumah yang sudah di tangannya.“Terima kasih, Pak.”“Sama-sama, Pak. Saya boleh minta alamat rumah Mbak yang sekarang untuk mengirim surat kepemilikan rumah? Karena seminggu akan mengirim surat itu dengan nama Mbak.”“Apartemen Austin Hall, Pak,” jawab Frank sambil tersenyum.“Apartemen mewah?”“Iya. Nanti titipkan resepsionis dengan atas nama Frank.”“Baik, Mas. Saya minta nomor handphone
“Maafkan kami yang tidak bisa menyelamatkan nyawanya. Mas Frank telah meninggalkan kita semua.” Dokter yang pernah menanganinya memberikan kabar buruk kepada Alexa, Barnett, Helena dan Bayu.Ia mematung dengan kaki yang sudah tak kuat menahan apa pun yang didengar dan tubuhnya hingga terduduk lemas sambil menggendong Ali dan ditangkap oleh Barnett yang ikut duduk di lantai. Alexa menggeleng pelan sambil mengalirkan butiran bening di pipi.“Tidak mungkin, Frank orangnya kuat, mana mungkin dia meninggal. Dokter berbohong kepadaku.”Helena mengambil Ali dan menggendong lalu menjauh dari situasi yang memanas dan sedih hingga berdiri di dekat dinding yang masih bisa memantau kakaknya dan Alexa. Alexa berdiri sembari menyingkirkan Barnett lalu menarik jas putih itu.“Katakan pada saya, Dok bahwa Dokter berbohong, kan atas kematian Frank? Dia sudah kuat beberapa tahun untuk melawan penyakitnya, tapi kenapa dia menyerah begitu saja disaat aku dengannya mau menikah, Dok? Katakan kalau itu boho
“Katanya sudah lama, tapi tidak pernah memberitahuku tentang penyakitnya dengan alasan tidak ingin membuatku sedih, tapi kalau sudah seperti ini bag—”“Dia sudah baik melakukannya seperti itu karena kondisimu saat itu sedang terpuruk sehingga menurutnya tidak ingin membebani dan menambah pikiranmu karena aku yang berbuat masalah,” sela Barnett yang mencoba untuk memberi pengertian kepadanya.“Iya, lebih baik seperti itu,” kata Alexa menegaskannya.Barnett terdiam saat Alexa menegaskan kalimatnya. Ia mengusap kening Ali setelah selesai minum ASI lalu memandangi tulisan sedang beroperasi berwarna merah dan menyala dengan harapan hasil yang baik dan bisa melanjutkan hidup bersamanya.“Aku tadi menemukan dua kertas putih di atas nakas di kamar yang berada di kamar utama yang terlipat dan terdapat nama berbeda,” ucap Helena sambil mengeluarkan dua kertas putih itu dan diberikan kepada pemilik yang tertulis di kertas itu.Alexa dan Barnett hendak membuka surat itu, Dokter dan satu perawat k
Nada dering panjang berbunyi keras saat Alexa menuju Apartemen Frank. Ia merogoh wadah kotak di samping kursi mobil dan menemukannya. Nomor tak dikenal menghubunginya beberapa kali lalu mengangkat panggilan masuk dari nomor itu.“Lama sekali mengangkat panggilan masuknya!” sentak seorang pria di balik handphone.Alexa mengernyitkan dahi. “Siapa?”“Bayu!”“Ada apa? Kenapa kamu marah-marah?”“Cepetan ke rumah sakit internasional,” jawab Bayu yang terdengar tangisan bayi yang melengking.“Kamu sedang menggendong anakku?”“Iya, cepetan datang ke Rumah sakit Internasional sekarang! Kondisi Frank drop!” pekik Bayu panik lalu menutup panggilan masuk darinya.Alexa memutar balik arah tujuannya menjadi ke Rumah Sakit Internasional dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia harus segera tiba di sana sebelum memasuki jam dua belas siang agar tidak terjebak macet.Ia membunyikan klakson ketika ada mobil yang mencoba untuk mendahuluinya dan menghalangi jalur perjalanannya. Namun, ketika hendak memasuk
Barnett mengalihkan kepala dari tangannya lalu menatap Helena yang berdiri dengan mengalirkan butiran bening di pipi dengan deras. Dia meminta untuk mendekat padanya dan Helena duduk di samping Barnett dan Frank.“Psikologi Papa terganggu, Dik.”“Astaga, Papa,” rengek Helena terisak.Helena memeluk erat Barnett saat mendengar kondisi papanya yang sakit. Mereka terlihat menyesali perbuatan yang sering membantah dan membangkang orang tuanya, apalagi hanya memiliki satu orang tua dalam hidupnya.Alexa melihat adik kaka berpelukan menjadi sedih karena berusaha keras menjaga orang tua yang sudah lansia dan hanya tersisa satu orang. Semua harus didasari oleh kejadian terlebih dahulu untuk merekatkan hubungannya.Semua selalu mengalami keterlambatan untuk menjadi satu. Jika tidak seperti itu maka siapa pun tidak akan pernah merasakan kembali ke keluarga yang sudah retak.“Barnett, Helena, aku pulang dulu, ya. Alexa sudah punya anak kecil, jadi maaf tidak bisa lama-lama seperti biasa.”“Iya,
Kelvin tertawa keras ketika melihat Barnett yang sangat khawatir kepadanya. Dia tidak pernah berbuat khawatir kepada adiknya dan membuatnya merasa aneh. Kelvin semakin menjambak rambut Helena hingga membuatnya mengerang.Sontak, Reynard memegang kaki Kelvin dengan erat. Dia seakan memohon untuk melepas tangan dari rambutnya. Kelvin menyingkirkan tangan pria lansia itu dengan keras sampai tersungkur di lantai.“Kelvin!” teriak Barnett dengan wajah semakin merah padam.“Apa? Jika kamu berniat mengganti hak kuasa maka Raja pengusaha dan adikmu yang cantik ini mati di tanganku!”“Kamu mengancamku juga percuma karena aku sudah mengesahkannya ke notaris.”“Kamu!”Kelvin menembak pundak Helena dan Helena berteriak kesakitan sembari memegang pundaknya yang mengalirkan air berwarna merah segar. Sontak, semua orang membulatkan bola mata dan membuat Alexa memajukan langkahnya, tapi ditahan oleh Frank.Frank memasuki ruangan luas yang kosong terlebih dahulu dengan mengendap-endap dan disusul oleh
Bola menyebar ke seluruh benda yang ada di kamarnya dan berhenti di meja dekat sofa. Meja kayu persegi panjang ter dapat botol yang digunakan wadah untuknya setelah memompa ASI.“Dia pintar juga bisa menidurkan Ali tanpa membangunkanku. Aku sangat bersyukur memilikimu, Sayang karena kamu adalah pria sigap tanpa diberitahu dan diminta tolong. Semoga kamu adalah jodoh terakhirku dalam seumur hidupku dan mudah-mudahan kamu sembuh agar bisa menikah dan punya anak darimu.”Alexa berbicara lirih dengan penuh harapan sembari menatapnya lamat dari kejauhan. Wajah tampan dengan garis rahangnya yang tegas membuat nyaman seakan tidak pernah memaki, menghakimi dan merendahkanku. Bahkan cara menegurnya sangat lembut tanpa membentak, meskipun ia tahu bahwa Frank sangat kesal dan marah kepadanya.Butiran mengalir bening ketika mengingat penyakit yang ganas menginap di tubuhnya. Namun, ia berjanji merawat Frank dengan berusaha keras untuk menyembuhkannya.Frank terbangun dari tidur dengan per
“Dia sakit kanker perut stadium empat. Dia menahan rasa sakit yang luar biasa dan memiliki motivasi sembuh dari penyakitnya karena seorang wanita yang membuatnya lebih baik dan nyaman dalam menjalani hidup.”Dokter membeberkan penyakit Frank yang semakin parah. Sontak, butiran bening mengalir deras sambil menutup bibirnya yang ternganga. Frank tidak pernah memberitahu tentang penyakit yang menggerogoti tubuhnya dan terlihat sehat.Alexa memukul lengannya pelan sembari terisak dan ditinggal oleh Dokter untuk diberi ruang privasi di antara mereka. Dokter yang menanganinya adalah Dokter yang sudah lama merawatnya dan memberi asupan obat.Frank memegang tangannya lalu memeluk erat. Dia tidak pernah tega dan maksud untuk menyembunyikan penyakitnya. Dia selalu memikirkan perasaan orang lain dan mementingkan kebahagiaan orang lain.“Jahat!”“Maaf.”“Kalau kamu sakit seharusnya bilang ke aku, jangan disembunyikan. Aku minta sama kamu untuk selalu berkata jujur atas apa pun yang terjadi. Janga
“Dia baru sadar, Mbak. Sedari tadi belum sadar dan hanya memanggil nama Mbak terus. Apakah Mbak tadi mengajak bicara pasien?”“Iya, Dok. Saya tadi mengajak bicara dan merespons tangan saya dengan menggenggam erat.”“Tidak apa, Mbak. Pasien koma mendengar yang dikatakan oleh kita sehingga dia merespons dan merangsang otaknya untuk sadar. Jadi, kami sangat berterima kasih kepada Mbak karena perkiraan kami tersadar dari koma bakalan lama, ternyata tidak.”“Kalau boleh tahu, kenapa Dokter memvonis dia bakal lama sadar dari komanya? Apa yang mengenainya?”“Selain tembakan, dia juga mengalami gagar otak. Bagian kepalanya pecah sehingga menurut kami lama, tapi takdir tidak ada yang tahu sehingga bangun lebih cepat. Kami akan mengabari keluarganya.”“Baik, Dok. Terima kasih.”Ia pun baru tahu bahwa mengajak bicara orang koma akan mempercepat alam bawah sadar dan meningkatkan fungsi otak. Alexa bersyukur bisa membuat Barnett terbangun dari koma dan dijadikan saksi untuk kasus istri dan sahabat
“Jangan mikirin itu dulu, kamu harus sudah ada di sana secepat mungkin. Ayo berangkat!”Frank menggandeng tangan Alexa lalu berpamitan ke Ibu dan keluar dari rumahnya. Mereka pergi ke rumah sakit menggunakan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Lima belas menit berlalu, mereka tiba di rumah sakit lalu mengambil langkah seribu menuju IGD dan disuguhkan pemandangan Helena memeluk ayahnya sambil terisak.“Helena, Papa.”“Mbak Alexa!”“Masuk, Nak. Ada perawat yang berjaga di sana untuk menunggumu karena harus menggunakan pakaian rumah sakit.”Alexa bergegas masuk rumah sakit dan melepas tangan Frank. Ia mengenakan pakaian rumah sakit lalu masuk ke ruangan dan melihat Barnett memanggil namanya.“Dia dari tadi memanggil nama saya, Sus?”“Iya, Mbak. Apakah Mbak adalah Mbak Alexa?”“Baiklah. Saya tinggal, ya, Mbak.”Alexa duduk di samping Barnett dengan memegang tangannya yang diinpus. Hati merasa terenyuh saat melihat kondisinya saat ini.“Aku di sini, Barnett,” kata Alexa sambil mengus