Saat tinju Martis dan Lancelot bertemu, kilatan cahaya yang mempesona muncul, dan getaran kuat merambat melalui udara. Lancelot terdorong mundur oleh kekuatan benturan itu, dan matanya yang biasanya merah terang berubah menjadi warna asli biru muda yang dikenal Martis. Martis, yang sekarang diperkuat oleh artefak, merasakan perubahan dalam dirinya. Energi yang diberikan artefak membuatnya merasa lebih kuat dan lebih tahan lama. Dia merasa seolah-olah dia bisa bertarung selamanya. Namun, yang lebih penting, Martis melihat perubahan pada Lancelot. Dia bisa melihat kebingungan di wajah anaknya, dan untuk pertama kalinya sejak pertarungan dimulai, dia melihat sedikit dari Lancelot yang sebenarnya muncul kembali. "Ibu...? Ayah...?" Lancelot bergumam, suaranya penuh kebingungan. Martis merasa hatinya bergetar mendengar suara anaknya. Dia tahu ini adalah kesempatan dirinya. Dia harus menggunakan kekuatan artefak untuk membebaskan Lancelot dari pengaruh kegelapan. "Dengarkan aku, Lancelot
Shadow Master merasa marah dan frustasi. Kegagalannya dalam mengendalikan Lancelot membuatnya semakin gelap hati. Dia bersumpah untuk terus mengganggu dan menghalangi Martis dalam setiap langkahnya, bersumpah untuk membalas dendam atas kekacauan yang telah terjadi. Dalam kegelapan ruangannya yang gelap, Shadow Master merenungkan kegagalannya dalam menghadapi Martis. Kemarahannya memuncak saat dia menyadari bahwa Martis terus menghalangi rencananya. "Aku harus mencari strategi baru. Benar, aku masih memiliki beberapa pasukan Bayangan Elit. The Silent Hand tidak akan runtuh hanya ulah segelintir orang seperti dia!" Dengan penuh kebencian, Shadow Master merencanakan cara baru untuk menyingkirkan Martis. Dia memanggil pasukan bayangannya yang setia dan memberikan perintah untuk menyerang Martis dengan kekuatan penuh. "Kali ini, tugas kalian adalah membunuh Martis. Aku tidak perduli, hidup atau mati, bawa dia ke hadapanku." Dengan tegas Shadow Master memberikan perintahnya. "Siap, Bos
Lancelot merasa khawatir melihat ayahnya yang tiba-tiba merasa tidak enak badan. Ia buru-buru berdiri dan mengamati ayahnya dengan cemas. "Ayah, kenapa? Apa yang terjadi padamu?" tanyanya dengan khawatir. Martis menahan rasa sakit yang mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia mencoba tersenyum menenangkan putranya. "Jangan khawatir, Lancelot. Aku akan baik-baik saja," jawabnya. Namun, Lancelot bisa melihat bahwa ayahnya sedang mengalami sesuatu yang buruk. Tiba-tiba, ia melihat aura kegelapan muncul di sekitar Martis dan menyerap ke dalam tubuhnya. "Ayah, apa yang terjadi?" tanya Lancelot panik. Martis merasakan kekuatan hitam yang menyerang tubuhnya dan mencoba mengontrolnya. Dia tahu bahwa kekuatan tersebut akan membahayakan orang-orang di sekitarnya jika tidak segera dihentikan. Kondisinya mulai memburuk, dan Martis harus bertindak cepat. "Lancelot, aku butuh bantuanmu. Kamu harus mengeluarkan artefak kedua yang kita dapatkan tadi," kata Martis dengan nafas yang tersengal-sengal
Lancelot tersenyum gembira, ia merasa senang bisa berlatih tanding dengan ayahnya. Mereka berdua lalu pergi ke area latihan yang telah dipilih oleh Martis. Sesampainya di sana, Lancelot melihat bahwa lokasinya sangat luas. Di tengah-tengah lokasi tersebut, ada beberapa pohon besar yang berjejeran membentuk area lapangan. Area tersebut biasa digunakan sebagai tempat latihan bagi para pemburu dan pencari saga. Martis dan Lancelot bersiap untuk memulai latih tanding. Lancelot mengeluarkan teknik baru yang didapatkannya dari sistem dan Martis siap menantangnya. Mereka berdua berdiri saling berhadapan, siap untuk memulai latihan. "Lets go!" seru Martis, lalu ia langsung mengeluarkan serangan mengarah ke arah Lancelot. Lancelot dengan sigap mengeksekusi teknik barunya, ia dengan cepat menghindari serangan Martis dan menyerang balik. Serangan Lancelot meluncur deras mengenai tubuh Martis, namun ayahnya dengan sinar matanya yang tajam dan kecepatan yang tinggi berhasil menghindar. "Kamu s
Namun tak ada jawaban yang membalas teriakan Martis. Mereka semakin panik setelah menemukan jejak-jejak darah di sekitar kemah dan api unggun yang masih menyala."Ayah, ada jejak-jejak darah di sini. Aku rasa Ibu dan Bibi Layla dibawa orang-orang jahat," kata Lancelot dengan suara gemetar.Martis merasa sedih dan marah saat mendengar perkiraan putranya. Ia tahu betapa berbahayanya lingkungan dalam hutan tempat tinggal mereka. Ia mencoba menahan amarahnya, tapi tetap merasa bertanggung jawab atas keamanan keluarganya."Kita harus mencari tahu di mana Ibumu dan Layla berada dan menyelamatkan mereka. Ingat, keluarga adalah segalanya." Martis kemudian melakukan persiapan untuk perjalanan pencariannya.Pada malam harinya, Lancelot dan Martis memulai perjalanan mereka dalam pencarian Mia dan Layla. Mereka melewati hutan yang semakin dalam dan lebat. Suara-suara binatang yang menyeramkan mengisi keheningan malam. Mereka harus terus melanjutkan perjalanan mereka dan menghadapi apa pun yang da
Martis dan Lancelot merasa terkejut dan terkecoh setelah mendengar penjelasan Shadow Master. Mereka merasa telah ditipu dan berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Ayah, apa yang harus kita lakukan? Bagaimana jika Shadow Master itu benar-benar sedang menyiapkan jebakan lainnya?" tanya Lancelot khawatir.Martis memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Ia menyadari bahwa keamanan keluarganya sedang terancam, dan ia harus melakukan sesuatu untuk melindungi mereka."Kita harus lebih waspada dan mengambil langkah yang tepat untuk menghadapi serangan Shadow Master. Kita harus mempersiapkan diri dengan baik dan meningkatkan kemampuan kita. Dan nanti, ketika kita bertemu dengannya lagi, kita harus benar-benar mengamati apakah serangannya nyata, atau hanya ilusi saja seperti yang sebelumnya," kata Martis dengan tegas.Lancelot mendengarkan dengan cermat saran ayahnya, dan ia siap untuk bekerja keras lebih keras lagi agar bisa membantu ayahnya dalam menghadapi serangan b
Martis berdiri tegak, menatap pria yang tergeletak di tanah dengan tatapan tajam. Dia merasa puas melihat ekspresi terkejut di wajah pria itu."Kami tahu kamu mengintai kami," kata Martis dengan suara yang tenang namun penuh ancaman. "Kamu pikir kami begitu bodoh untuk tidak menyadari kehadiranmu?"Pria itu berusaha untuk bangkit, tapi Martis dengan cepat menekannya kembali ke tanah dengan sepatunya. "Kamu tidak akan pergi ke mana-mana," katanya dengan suara yang tegas.Lancelot, yang berdiri di samping Martis, tersenyum sinis. "Kau pikir kami begitu mudah ditipu?" tanyanya dengan nada mengejek. "Kami bukan orang-orang yang bisa kau mainkan begitu saja."Mereka berdua berdiri di atas pria itu, menatapnya dengan tatapan yang penuh kebencian dan kemarahan. Mereka tahu bahwa pria ini adalah musuh mereka, dan mereka tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.Kemudian Martis mengikat pria itu lalu bersiap untuk menginterogasinya."Baiklah, apa tujuan Shadow Master mengirimmu mengintai kam
Pria itu menelan ludah, merasa takut dan gugup. Dia tahu bahwa Martis bukanlah orang yang bisa dia mainkan. Dia tahu bahwa dia harus menjawab pertanyaan Martis dengan jujur, atau dia akan merasakan sakit yang tak terbayangkan."Shadow Master... dia ingin kamu mati," jawab pria itu dengan suara gemetar. "Dia merasa terancam olehmu. Dia merasa bahwa kamu adalah ancaman terbesar bagi rencananya."Martis mendengus, tidak terkejut dengan jawaban itu. "Dan apa rencananya? Apa yang dia coba lakukan?"Pria itu menelan ludah lagi, merasa semakin gugup. "Dia... dia ingin menguasai dunia. Dia ingin memperluas kekuasaannya dan mengendalikan semua orang. Dan dia merasa bahwa kamu adalah satu-satunya yang bisa menghalangi rencananya."Martis merenung, memikirkan informasi yang baru saja dia dapatkan. Dia harus berhati-hati dan berpikir dengan jernih. Dia harus membuat rencana untuk menghadapi Shadow Master dan menghentikan rencananya.Lalu Martis bertanya lagi, "Apakah kau hanya seorang diri mengin